Berita Viral

Rincian Gaji Vinsensia Guru Honorer di NTT Jalan Kaki 6 Km Lewati Hutan, Pantesan Cuma Rp 300 Ribu

Inilah rincian gaji Vinsensia Ervina Talluma guru honorer di NTT yang jalan kaki 6 Km melewati hutan. Pantesan cuma Rp 300 ribu.

Facebook Tribun Flores
GURU JALAN KAKI - Momen Vinsensia Ervina Talluma, guru honorer di NTT yang rela jalan kaki 6 Km dan lewati hutan demi bisa ngajar. 

SURYA.co.id - Kisah perjuangan Vinsensia Ervina Talluma sebagai guru honorer di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) sedang jadi sorotan.

Pasalnya, Vinsensia harus berjalan kaki sejauh 6 kilometer (pulang-pergi) setiap hari untuk bisa mengajar.

Dan jarak tempuhnya bisa mencapai tiga jam.

Medan sulit dan hutan yang lebat tak menjadi halangan baginya.

Meski sudah berjuang sedemikian keras, gaji yang diterima Vinsensia terbilang tak seberapa.

Ia cuma menerima Rp 300 ribu per bulan.

Lantas, seperti apa rincian gajinya?

Ternyata gaji Rp 300 ribu tersebut adalah patungan dari dana komite dan dana BOS.

Baca juga: Perjuangan Vinsensia Guru Honorer yang Rela Jalan Kaki 3 Jam Demi ke Sekolah, Gaji Cuma Rp 300 Ribu

Dari komite dibayar Rp150 per bulan dan dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebesar Rp150 ribu sebulan.

Diketahui, Vinsensia Ervina Talluma merupakan guru honorer yang mengajar di SDK 064 Watubala di Desa Wairterang, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, NTT.

Sejak menjadi guru honorer pada 5 Februari 2024, setiap harinya ia harus menempuh perjalanan enam kilometer ke sekolah.

Dengan hati tulus, dirinya mengajar anak-anak di dusun terpencil yang merupakan sekolah jarak jauh dari SDK 064 Watubala.

Di sekolah jarak jauh Wairbukang dari SDK 064 Watubala ini terdapat delapan siswa kelas satu yang belajar.

Mereka belajar di bawah pondok bekas bangunan mahasiswa kuliah kerja nyata (KKN) yang sebelumnya digunakan untuk taman baca.

Sementara itu, untuk kelas 2-6 harus menempuh perjalanan 6 kilometer ke sekolah induk di SDK 064 Watubala di Desa Wairterang, Kecamatan Waigete.

Setiap pagi, Ervina berangkat ke sekolah pada pukul 06.30 WITA, agar sampai ke sekolah tepat waktu.

Perjalanan panjang dari rumah ke sekolah melewati hutan, mendaki bebatuan, dan kadang harus menyeberang kali apabila terjadi banjir.

Di saat musim hujan, anak-anak diberi tugas dan belajar di rumah karena akses ke sekolah tidak bisa dilalui.

"Jalan kaki menuju sekolah ini enam kilometer jaraknya, dengan melewati hutan, kali, dan melewati bebatuan," katanya, melansir dari Facebook Tribun Flores.

Meski demikian, Ervina hanya diberi gaji 300 ribu per bulan.

Rinciannya yakni dari komite dibayar Rp150 per bulan dan dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebesar Rp150 ribu sebulan.

Kondisi gaji 300 ribu per bulan ini, kata Ervina tidak mencukupi biaya hidup sehari-hari.

Apalagi dirinya juga sudah berkeluarga. 

Dengan kondisi gaji demikian, Ervina mencari alternatif pendapatan lain seperti berjualan sembako di rumah.

"Gajinya itu dari Komite dikasih dengan Rp150 ribu per bulan. Terus dari dana BOS dapat Rp150 ribu per bulan, jadi digabung Rp300 ribu," beber Ervina.

"Kalau kondisi seperti ini untuk kami yang sudah berkeluarga memang sangat tidak cukup."

"Tapi mau bagaimana demi anak-anak, tugas kami tetap jalankan seperti biasanya," ujarnya kepada Pos Kupang, Rabu (26/2/2025).

Sejak menjadi guru honorer, Ervina yang berlatar belakang guru pendidikan guru sekolah dasar (PGSD) ini hanya punya satu komitmen hanya untuk mencerdaskan anak bangsa. 

Ia mengaku belum mengetahui pemotongan anggaran untuk pendidikan di Kabupaten Sikka NTT.

Ervina hanya berharap kepada pemerintah untuk memperhatikan kondisi sekolah jarak jauh Wairbukang dari SDK 064 Watubala, meliputi perbaikan gedung sekolah, alat tulis, dan akses jalan.

Guru MTs Jalan Kaki 11 Km

Nasib serupa ternyata juga dialami seorang guru bernama Supandi.

Bertahun-tahun menjalani profesi sebagai guru honorer dengan gaji tak seberapa, tidak pernah menyurutkan semangat Supandi untuk mengabdi. 

Bahkan, setiap hari ia rela jalan kaki 11 kilometer menuju sekolah.

Kisah perjuangan Supandi alias Pak Empan kali pertama dibagikan akun Instagram @sukabumitoday dan @kitabuku.id.

Dalam unggahan itu dijelaskan bahwa Pak Empan merupakan warga Ciguha, Desa Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Ia mengajar di MTs Thoriqul Hidayah.

Kemudian, pada unggahan lain, tampak Pak Empan bersiap-siap menuju sekolah selepas subuh.

Dia mengenakan kemeja putih, celana panjang, jaket hitam, dan tak lupa menggendong ransel di punggungnya.

Setelah siap, ia bergegas jalan kaki ke sekolah.

Meski lelah, Pak Empan tetap semangat. Apalagi, ia selalu disambut hangat murid-murid di kelas.

Menurut info dari unggahan itu, Pak Empan sering mendapat tumpangan warga agar cepat sampai ke sekolah.

Namun, bantuan tidak datang setiap hari.

Jika tak ada bantuan, ia tetap berjalan kaki menuju sekolah

"Bapak jalan? Berapa kilo?" tanya warga.

"Jalan dari Bojongopang 3 km. Dari Bojongopang ke Bojongtipar 8 km," jawab Supandi 

"Kalau udah kenal mah, orang mah kasihan lihat saya jalan kaki," sambungnya.

Melihat perjuangannya setiap hari, Supandi mengaku mendapat gaji tak sebanding. 

Ia menerima gaji tak sampai Rp 200 ribu per bulan. 

"Rata-rata per bulan dapat Rp192 ribu. Kalau honorer kan setidaknya, saya bukan cari final seperti itu kan, cuma untuk menyumbangkan yang saya bisa," ungkapnya.

Kendati begitu, Supandi tak keberatan.

Menurutnya, profesi guru sudah panggilan hatinya.

"Itu rezeki dari Allah. Saya selalu memberikan prinsip kepada anak, kalau punya ilmu dikEmpangkan. Jangan dulu mencari finansial, tapi pengalaman."

"Rezeki itu ada dari mana saja. Contoh saya dari 2011 sampai sekarang, kalau yang mengaturnya Tuhan, ada saja."

"Kadang berkebun di sawah, peninggalan orang tua (jika libur)," paparnya.

Supandi sendiri tidak menutup diri jika ada bantuan yang dapat mempermudah dirinya dalam perjalanan ke sekolah, supaya tidak terlalu lama karena berjalan kaki.

Supandi hanyalah lulusan STM pada 1993.

Karena hanya lulusan STM, ia pun tidak bisa mendaftar sebagai guru berstatus Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dan Pendidikan Profesi Guru (PPG).

Kendati demikian, Supandi punya kemampuan yang mumpuni dalam mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah.

Dia sudah mengajar sejak 2011 silam. Artinya, Supandi sudah mengabdi menjadi guru honorer selama 14 tahun.

Kisah perjuangan Supandi itu pun menyita atensi warganet.

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved