Petik Buah Rambutan Jadi Perekat Silaturahmi Antar Tetangga di Kabupaten Bangkalan
Sebagian masyarakat seperti di Desa Jaddih, Kecamatan Socah lebih memilih untuk menjadikan buah rambutan sebagai oleh-oleh, suguhan
Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Titis Jati Permata
SURYA.CO.ID, BANGKALAN – Seiring perkembangan ilmu hortikultura, buah rambutan mungkin mulai kurang diminati sebagai budidaya tanaman pekarangan bernilai ekonomis.
Seperti halnya buah durian, buah naga, maupun buah pisang yang bisa menopang kemandirian ekonomi rumah tangga.
Meski demikian, buah rambutan masih laku di pasaran dan pohonnya masih tumbuh secara alami dan tidak dibudidayakan secara intensif, mewarnai pekarangan rumah sebagian masyarakat Bangkalan.
Di masa puncak musim rambutan seperti sekarang ini, harga jual satu ikat untuk jenis buah rambutan biasa dilepas di pasaran seharga Rp 1500 per satu ikat berisi sekitar 10 biji.
Sementara untuk buah rambutan jenis binjai dilepas seharga Rp 3000 per satu ikat.
Melimpahnya buah rambutan di musim puncak itulah yang mendorong nilai jualnya anjlok.
Karena itu, sebagian masyarakat seperti di Desa Jaddih, Kecamatan Socah lebih memilih untuk menjadikan buah rambutan sebagai oleh-oleh, suguhan kepada para tamu ataupun tetangga yang berkunjung sekedar kongkow.
“Lebih segar dan rasa manisnya juara kalau langsung dipetik dari pohon daripada beli di pasar. Ini memang tidak pernah dijual, hanya dibagi-bagi buat saudara karena memang banyak saudara, teman-teman suami,” ungkap Siti Aisyah, warga Desa Jaddih, Kecamatan Socah, Jumat (17/1/2025).
Pada pekarangan tempat tinggal Aisyah, terlihat sedikitnya lima hingga enam pohon buah rambutan yang semuanya sedang berbuah. Dengan tinggi pohon rata-rata tidak lebih dari 5 meter.
Bahkan ada sejumlah dahan pohon yang menjuntai ke tanah karena beratnya beban buah rambutan.
Pemandangan dengan rindangnya pohon-pohon rambutan nan berbuah lebat juga tersaji di pekarangan rumah-rumah tetangga kanan-kiri Aisyah.
“Kalau sudah musim buah rambutan seperti ini, nantinya kami berkeliling membagikan ke saudara dan para tetangga. Atau kalau ada tamu, disuruh langsung petik untuk suguhan. Setidaknya buat perekat tali persaudaraan dan silaturahmi antar tetangga,” pungkas Aisyah.
Data yang dirangkum dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (PTPHP) Bangkalan, produksi buah rambutan pada tahun 2024 mencapai total 46.255 kwintal.
Jumlah produksi itu dipasok dari lima kecamatan sentra penghasil buah rambutan.
Kepala Bidang Hortikultura Dinas PTPHP Kabupaten Bangkalan, Yanti Kurnianingsih mengungkapkan, lima sentra penghasil buah rambutan itu meliputi Kecamatan Galis dengan produksi mencapai 21.655 kwintal, Kecamatan Geger sebanyak 9.676 kwintal, Kecamatan Socah sebanyak 5.736 kwintal, Kecamatan Tanah Merah sebesar 3.194 kwintal, dan Kecamatan Burneh sebanyak 3.788 kwintal.
“Buah rambutan tetap laku di pasar, tetapi kalau musim panen seperti ini harganya memang turun, karena buah melimpah. Kalau pada bulan Maret agak mahal, bisa seharga Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu per ikat berisikan sekitar 20 biji, sekarang sekitar Rp 5 ribuan,” singkat Yanti.
BACA BERITA SURYA.CO.ID LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Untag Surabaya Kukuhkan 1.654 Wisudawan, Jadi Role Model Kampus Bebas Kekerasan |
![]() |
---|
LBH Sebut 43 Peserta Aksi Demo di Surabaya Diduga Diamankan : Belum Dapat Akses untuk Bertemu |
![]() |
---|
Tabiat Abay Fotografer yang Tewas saat Gedung DPRD Makassar Dibakar, Ada Video Detik-detik Terakhir |
![]() |
---|
Gerakan Pangan Murah di Gresik Diserbu Warga, Beras SPHP Dijual Rp 57.500 Per 5 Kg |
![]() |
---|
Rektor Untag Surabaya Imbau Mahasiswa Bersikap Bijak dalam Menyuarakan Aspirasi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.