SURYA Kampus

Kisah Uphe Angelia Jadi Wisudawan Termuda, Tercepat dan Terbaik di UGM, Lulus dengan IPK 3,9

Kisah Uphe Angelia Maitrani meraih kesuksesannya sebagai wisudawan di UGM sangat menginspirasi. Jadi Wisudawan Termuda, Tercepat dan Terbaik.

UGM
Uphe Angelia Jadi Wisudawan Termuda, Tercepat dan Terbaik di UGM. 

SURYA.co.id - Kisah Uphe Angelia Maitrani meraih kesuksesannya sebagai wisudawan di Universitas Gadjah Mada (UGM) sangat menginspirasi.

Uphe dinobatkan sebagai wisudawan Termuda, Tercepat dan Terbaik di UGM.

Lulusan Program Studi Ilmu Aktuaria, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ini berhasil menyelesaikan studi sarjananya pada usia 20 tahun 3 bulan 9 hari.

Padahal usia rata-rata 1.754 lulusan Program Sarjana adalah 22 tahun 6 bulan 16 hari.

Selain itu, Uphe juga berhasil menyelesaikan studinya dalam waktu 3 tahun 2 bulan, termasuk salah satu wisudawan dengan waktu lulus tercepat.

Baca juga: Kisah Anak Petani dari Papua Dulu Jalan Kaki 12 Km Demi ke Sekolah, Kini Berhasil Lulus Sarjana UGM

Sementara rerata masa studi program sarjana adalah 4 tahun 4 bulan.

Menurut Uphe, keberhasilannya menjadi wisudawan termuda tidak lepas dari latar belakang pendidikan yang dimulai lebih awal.

Diketahui ia mengikuti program percepatan atau akselerasi saat di bangku SMA.

"Saat SMA, saya mengikuti kelas akselerasi. Saya juga angkatan 2021 dan lulus kuliah sebelum 4 tahun, jadi lebih cepat," ungkapnya dalam laman UGM.

Selama perjalanan studinya, Uphe mengaku tidak merasa kesulitan meski menjadi salah satu mahasiswa termuda di angkatannya.

Sebaliknya, perbedaan usia satu tahun dengan teman-temannya kerap kali menjadi bahan candaan.

Anak kedua dari tiga bersaudara itu menceritakan jika kedua orang tuanya tidak berstatus sebagai sarjana. Ayahnya bekerja sebagai karyawan swasta dan ibunya seorang ibu rumah tangga.

Kendati demikian, keduanya selalu memberikan semangat agar Uphe memberikan yang terbaik.

"Orang tua saya bukan sarjana, namun sangat amat mendukung pendidikan seluruh anaknya. Saya tidak dituntut, namun selalu disemangati untuk memberikan yang terbaik," ujarnya.

Dengan IPK akhir 3.94, Uphe membuktikan jika fokus dan strategi belajar yang tepat menjadi kunci keberhasilannya. Ia memiliki metode belajar yang unik.

"Aku suka nyatet di kertas kalau lagi kelas, nggak di gadget. Kalau mau dibaca ulang jadi nggak gampang ke-distract," jelasnya.

Sejak semester pertama, ia telah menyusun strategi akademik, termasuk menentukan kapan mengambil mata kuliah, magang, KKN, dan skripsi. Perencanaan ini memungkinkan Uphe menyelesaikan semua tahapan studi dengan efisien. Selain itu, ia menghindari kebiasaan begadang agar tetap fokus.

"Jangan kebiasaan begadang kalau belajar," ujar Uphe.

Dengan dedikasi dan keberhasilannya, Uphe berharap mahasiswa lain tidak takut bermimpi besar dan berani menyusun strategi sejak awal.

"Tentang lulus lebih cepat, itu masalah strategi," tutupnya.

Wisudawan Termuda S2 UGM

Elia
Elia (Kolase UGM)

Selain itu, ada juga sosok Elia Laila Rizqiyah, yang menjadi wisudawan termuda Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.

Elia dinobatkan sebagai wisudawan termuda saat prosesi wisuda Pascasarjana Periode I Tahun Akademik 2024/2025 di Grha Sabha Pramana, Rabu (23/10/2024).

Pasalnya, Elia lulus dari Program Studi Magister Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, UGM, di usia 22 tahun 6 bulan 19 hari.

Selain menjadi lulusan termuda, ia juga menjadi wisudawan terbaik karena lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna, yakni 4.00.

“Tentunya sangat bersyukur bisa berkesempatan sekolah S-2 dan sampai meraih gelar,” ujarnya, Sabtu (26/10).

Ia menempuh Program Studi Magister Ilmu Tanah selama 1 tahun 11 bulan melalui program fast track. 

Sebelumnya, ia menempuh pendidikan program sarjana di Program Studi Ilmu Tanah di kampus yang sama pada 2023.

Di semester akhir, pihak fakultas membuka kesempatan bagi mahasiswa yang ingin mengikuti program Fast Track untuk melanjutkan ke jenjang S2, meski belum lulus sarjana.

Gadis asal Klaten, Jawa Tengah ini pun tak ingin menyia-nyiakan kesempatan.

“Saya menempuh pendidikan S2 dalam usia yang lebih muda dibandingkan teman-teman sehingga saya mendapatkan pengalaman mempunyai sosok kakak yang selama ini tidak didapatkan karena saya anak adalah anak pertama,” katanya.

Elia merasa tak memiliki perbedaan dengan mahasiswa pada umumnya.

Saat S1, ia giat mengikuti sejumlah kegiatan kemahasiswaan seperti perlombaan dan organisasi, salah satunya Keluarga Mahasiswa Ilmu Tanah (KMIT).

Sementara saat menempuh S2, dirinya mengaku lebih banyak kegiatan konferensi dan aktif membantu dosen dalam berbagai project untuk menambah pengalaman.

Selain itu, Elia aktif menjadi Asisten Pengelolaan Air untuk Pertanian dan Asisten Kimia Tanah di laboratorium tanah Fakultas Pertanian.

Di tengah kesibukan selama menempuh kuliah S2, Elia mengaku rasa lelah dan penat selalu datang dan tidak bisa dihindari.

Untuk mengatasi perasaan itu, ia mengaturnya kesibukannya dengan skala prioritas dan memastikan setiap harinya selalu ada satu hal yang telah ia kerjakan.

Usai menyandang gelar master, Elia berencana untuk terjun ke dunia pekerjaan untuk menerapkan ilmu teoritis yang telah ia dapatkan di dunia perkuliahan.

Di sisi lain, ia juga telah berancang-ancang untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat doktor dalam beberapa tahun ke depan.

“Mimpi itu hak semua orang tanpa terkecuali, kalau kita mampu memimpikan sesuatu artinya kita juga mampu untuk meraihnya,” pungkasnya.

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved