Berita Surabaya
Kisah di Balik Karya Hebat Tas Perca Mega, Sempat Diomeli Anak-Suami karena Bawa 'Sampah' ke Rumah
Bagi Mega Tanuwijaya (58), pelaku UMKM tas perca di Surabaya, sampah perca itu bisa dijadikan uang.
Penulis: Nuraini Faiq | Editor: irwan sy
SURYA.co.id | SURABAYA - Bagi kebanyakan orang, kain sisa jahitan atau perca adalah sampah/limbah tekstil.
Tapi bagi Mega Tanuwijaya (58), pelaku UMKM tas perca di Surabaya, sampah perca itu bisa dijadikan uang.
Terbukti, kerajinan kain perca Mega dengan merek 'Enchanthik' banyak dibeli tamu luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, hingga Australia.
Ide tas perca bernuansa batik itu muncul saat dirinya bersama suami bolak-balik ke penjahit sekitar dua tahun lalu.
Dia kerap menjahitkan baju bersama suaminya.
Selain ke Pasar Atom Surabaya, Mega juga sering menjahit ke daerah Kecamatan Sawahan dan Simo, Surabaya.
Mega sendiri tinggal di Kecamatan Tegalsari.
Mega yang memang mengalir darah seni dari orang tuanya itu tegolong peka.
Mega yang jago melukis itu melihat ada tumpukan kain perca berserakan.
Kain selebar buku dan map itu dia lirik.
Oleh penjahit dimasukkan begitu saja di karung-karung untuk dibuang.
Jiwa kreativitas Mega tergugah.
Bahkan dia tidak terima jika limbah itu makin mengotori lingkungan.
"Saya tanya kalau tidak dibuang yang dibakar. Sementara kain susah terurai. Kenapa tidak saya manfaatkan untuk dijadikan tas. Kan saya bisa gambar dan desain," kenang Mega saat ditemui di bengkelnya di Jalan Trunojoyo Surabaya, Jumat (8/11/2024).
Perempuan dua anak ini pun memutuskan untuk mendekati para penjahit.
Dirinya siap menampung semua limbah perca sang penjahit, hingga dua atau tiga karung dia bawa pulang.
Sambil mendesain dan menbikin pola, ide kreatif itu terus muncul.
Dia memutuskan akan memanfaatkan kain perca untuk tas.
"Tapi saya maunya perca batik saja. Saya lihat batik bagus banyak dibuang. Eman. Saya akan fokus tas batik dengan perpaduan etnik. Memasukan unsur rotan dan kayu," ucap Mega.
Ada contoh tas berhasil dibikin.
Semula bikin tas sederhana bentuk segitiga, bukan tas segi empat seperti biasa.
Dengan menjahit sendiri dan diperkaya dengan rajut, tas itu mendapat reaksi positif dari teman-temannya.
Namun karungan perca makin menumpuk karena dia berburu limbah pernah di seluruh Surabaya, terutama mencari perca dengan batik terbaik.
Karena makin banyak karungan perca di rumah, keluarga Mega mulai risih.
Mega mengaku sempat diomeli anak hingga suaminya.
"Untuk apa menyimpan sampah di rumah begini. Lebih baik bekerja yang lain yang jelas menghasilkan," kata Mega menirukan omelan anaknya.
Namun ibu dua anak ini bisa memahami kemerahan keluarga.
Semenjak ada karungan perca memang rumah jadi kotor.
Namun lama kelamaan, setelah dijelaskan dengan baik-baik akhirnya bisa menerima.
Apalagi pesanan mulai banyak. Pemkot Surabaya pun mensupport Mega.
Selain diikutkan pelatihan juga diikutkan pameran.
Lagi-lagi Mega dibikin pusing karena banyaknya pesanan.
Dia rela keluar masuk gang dan kampung menawari para penjahit termasuk yang memberi perca.
Tidak semua mau menjahitkan tas bahan percanya.
Sampai berhari-hari terus mencari penjahit, hingga akhirnya ada satu penjahit di mau bermitra dengan Mega.
Sejak itulah pengerjaan tas mulai lancar.
Sebab sudah ada beberapa penjahit selain dirinya yang mengerjakan di rumah.
Sebuah ruang samping dimanfaatkan untuk ruang produksi.
Sementara ruang tengah untuk barang jadi.
Ruang tamu utama dijadikan ruang pamer, sedangkan teras digunakan Mega untuk sortir perca dan membuat pola.

Melawan Kanker
Setelah dua tahun berjuang dengan kerja keras dan telaten, kini Mega mulai mendapatkan hasil.
Tidak hanya digandeng Pemkot untuk mengisi stan oleh-oleh milik Pemkot, tapi juga diajak pameran.
Hotel-hotel di Surabaya juga jadi gerai menampung produk tas perca berkelasnya.
Bahkan banyak tamu asing yang membeli dan ada yang memborongnya.
Tas unik bernuansna batik yang kelasnya seperti butik, meski tas ini produk UMKM.
Perjuangan Mega makin berlipat karena dia sudah lama divonis kanker pembuluh.
Dia pun makin giat dan bersemangat untuk terus berkarya, salah satunya mengingkatkan kualitas tas perca yang dirintisnya.
"Saya terus mengembangkannya penuh totalitas. Meski kesehatan saya sedang tidak baik-baik saja. Tapi saya menikmatinya. Saya punya prinsip melakukan pekerjaan dengan riang gembira. Saya melakukannya dengan senang hati," kata Mega.
Dia yakin hasilnya akan maksimal dan itu menjadi sebuah anugerah juga baginya.
Apalagi sudah divonis kalau kanker yang menyerangnya tidak bisa disembuhkan.
"Tapi saya yakin inikah kekuasaan alam. Inilah kebesaran dan kekuatan Tuhan. Saya tentu tidak ingin anugerah ini saya nikmati sendiri. Saya ingin menjadi insan yang berguna bagi sesama. Saya ingin bermanfaat bagi orang lain. Saya terus membagi ilmu dan skill mendesain tas dan merajut untuk siapa pun," ucap Mega.
tas perca
kain perca
UMKM
MatalokalUMKM
cenderaloka
Surabaya
Mega Tanuwijaya
Human interest story
SURYA.co.id
Nuraini Faiq
Berita Surabaya Hari Ini: Peluncuran Koperasi Digital, Jadwal Commuter Line yang Baru |
![]() |
---|
Berita Surabaya Hari Ini: Golkar Buat Lomba Cipta Oleh-oleh, Investasi Mulai Naik, Prestasi Pelajar |
![]() |
---|
8 Landmark dan Ikon Budaya Kota Surabaya, Daya Tarik Wisata Ibu Kota Jawa Timur |
![]() |
---|
Rute dan Lokasi Parkir Parade Surabaya Vaganza, Hari Ini 25 Mei 2025 Mulai Pukul 13.00 WIB |
![]() |
---|
Patuhi Larangan Wisuda SMA/SMK di Jatim, Ini Cara Sederhana SMAN 2 Surabaya Rayakan Kelulusan Siswa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.