Berita Viral

Sosok Letkol Yoga, Perwira TNI sekaligus Dosen Unhan Lulus S3 di Kampus Terbaik Korsel Berkat LPDP

Berikut ini sosok Letkol Tek. YH Yogaswara, dosen Universitas Pertahanan (Unhan) yang lulus S3 di KAIST.

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
LPDP
Letkol Yoga, Perwira TNI sekaligus Dosen Unhan 

SURYA.CO.ID - Berikut ini sosok Letkol Tek. YH Yogaswara, dosen Universitas Pertahanan (Unhan) yang lulus S3 di KAIST.

Sekadar info, KAIST merupakan perguruan tinggi terbaik di Daedeok, Korea Selatan.

Letkol Yoga meraih gelar Ph.D Aerospace Engineering di KAIST, berkat beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

Bagaimana kisah lengkapnya? 

Sebelum menempuh pendidikan di Korea Selatan, Letkol Yoga yang saat itu belum menjadi anggota TNI, sempat mengikuti seleksi dosen di Universitas Padjadjaran (Unpad).

Sebab, sejak kecil dirinya ingin menjadi pendidik mengikuti jejak keluarga yang berlatar belakang sebagai guru.

"Perencanaan karier saya justru ingin menjadi dosen saja," ungkap lulusan Program Studi (Prodi) Fisika, Unpad, dikutip SURYA.CO.ID dari LPDP.

Di tengah proses seleksi dosen Unpad, sebuah lowongan untuk lulusan Fisika dibuka pula di Perwira Prajurit Karier TNI.

Atas restu dan saran dari ibunya, Letkol Yoga memilih menjadi perwira.

"Di keluarga kami belum ada tentara. Terus ya sudah akhirnya saya mau mengambil keputusan untuk melanjutkan di tentara dan meninggalkan seleksi sebagai dosen di Unpad," kenangnya.

Kapasitas keilmuan yang mumpuni membuat Letkol Yoga ditempatkan mengisi pos jabatan peneliti.

Selama 20 tahun terakhir menjadi prajurit TNI Angkatan Udara, selama itu pula ia mengabdikan keilmuannya sebagai peneliti, khususnya pada pengembangan bom, roket, misil, hingga pesawat terbang tanpa awak .

Demi menunjang karier dan kontribusinya, ia kemudian melanjutkan studi di Institut Teknologi Bandung (ITB), dengan beasiswa TNI Angkatan Udara di bidang Aeronautika dan Astronautika hingga lulus pada 2013.

Letkol Yoga mengambil gelar Ph.D dari beasiswa LPDP. Saat itu, informasi mengenai LPDP belum semasif ini.

Saat itu ia dan tiga orang lain perwakilan TNI Angkatan Udara yang mendapat kesempatan studi lanjut dengan beasiswa LPDP, angkatan PK-006.

Kemudian selepas lulus dari KAIST pada 2018, Letkol Yoga yang saat itu masih berpangkat Kapten, mengawali karier akademik sebagai dosen tetap non-organik di Universitas Pertahanan (Unhan) RI.

“Hingga saat ini saya mengajar di Fakultas Sains dan Teknologi Pertahanan. Ternyata DNA guru masih mendominasi dalam aliran darah saya," ujarnya setengah bergurau.

"Saya pernah mencoba untuk daftar S3 di tempat lain, sebut saja misalnya di negara Amerika atau di Eropa, namun ternyata untuk bidang kompetensi yang saya tuju mensyaratkan beberapa hal yang tidak mungkin saya penuhi."

"Di antaranya adalah peserta di bidang itu harus warga negara Amerika misalnya, warga negara Eropa, atau negara yang memiliki kerja sama pertahanan dengan Amerika atau NATO," terang Letkol Yoga.

Di tahun 2013, jenis dan informasi beasiswa tidak semasif sekarang, begitu pun dalam internal TNI Angkatan Udara. 

"Terus terang saya sama sekali tidak tahu LPDP saat itu," terangnya sambil tertawa.

Namun niat tulus Letkol Yoga untuk menuntut ilmu dijawab takdir, beasiswa LPDP baru saja dibuka, informasi yang kala itu baru disampaikan secara tradisional dari instansi ke instansi, sampai pula di TNI Angkatan Udara.

Setelah melalui rangkaian seleksi, Letkol Yoga menjadi satu dari empat orang anggota TNI Angkatan Udara yang terpilih.

Mereka inilah prajurit TNI yang paling awal mendapat manfaat beasiswa LPDP, Letkol Yoga bergabung di PK-006.

"Orang Korea itu sangat terkenal dengan prinsip ppali-ppali. Semuanya harus serba cepat, semua harus serba berkualitas."

"Dan ketika saya masuk ke KAIST, saya berada di dalam salah satu kampus paling inovatif di dunia. Bisa kebayang saya berada di neraka engineering sesungguhnya," kenangnya.

Selama kurun waktu Letkol Yoga kuliah, KAIST menerapkan kebijakan untuk meningkatkan dukungan kesehatan mental menyusul banyaknya insiden bunuh diri di kampus.

Salah satu kebijakan saat itu adalah seluruh mahasiswa KAIST wajib melaksanakan pemeriksaan kesehatan fisik dan mental.

"Ternyata hasil pemeriksaan pada ketiga menunjukan saya mengalami gejala depresi."

"Alhamdulillah saya dapat mengatasi gangguan ini, salah satunya karena didampingi keluarga sebagai support system yang baik," ungkapnya.

Beruntung, keluarga inti yang jadi pasak penyangga perjalanan hidupnya turut ia boyong ke Korea.

Meski sang istri kala itu juga punya tantangannya sendiri karena turut melanjutkan studi doktor di Chungnam National University, sikap suportif yang ditunjukkan satu sama lain membawa bahtera yang kerap rapuh ini berhasil melewati ganasnya ombak kehidupan mahasiswa doktor.

Ia lalu bercerita masa kuliah S2 di ITB.

Pada saat berkuliah di ITB, Letkol Yoga ikut dilibatkan dalam kegiatan kerja sama pengembangan pesawat tempur Korea-Indonesia, KFX-IFX.

Kesempatan itu mempertemukannya dengan salah satu profesor dari KAIST yang memiliki kompetensi dalam perancangan senjata terpandu dan salah satu sosok penting dalam perkembangan teknologi dan industri pertahanan di Korea.

Perjumpaan di kesempatan ini membangkitkan semangat Letkol Yoga, ia bertekad untuk berguru ke Korea dan mengejar gelar doktornya di program Aerospace Engineering dengan konsentrasi dalam bidang Dinamika, Panduan, dan Kendali Terbang.

Kontribusi Pertahanan Dirgantara Bangsa

Sejenak memanggil memori, ingatannya kembali ke satu dekade lalu, di sudut bebatuan Gunung Salak saat ia menjalani PK, ia menulis esai yang isinya masih ia pegang sampai kini.

“Saya masih menyimpan tuh tulisannya, saya akan menjadi apa gitu ya."

"Kalau tidak salah waktu itu saya menulis, saya akan menjadi ahli dalam bidang teknologi dan industri pertahanan di Indonesia, saya masih ingat sekali."

"Itu sebuah tulisan, monument buat saya, dan itu akan menjadi sebuah titik untuk merefleksikan saya saat ini ada di mana sih, dari mana saya berasal, dan kemana saya akan melangkah," tambahnya.

Sebagai Kepala Laboratorium Senjata dan Amunisi di Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI Angkatan Udara, kontribusi Letkol Yoga membentang dari masalah teknis maupun strategis.

Dengan ilmu yang ia bawa dari KAIST, ia merombak tata kelola penelitian dan pengembangan alutsista yang selama ini masih digarap konvensional bahkan terkesan ala kadarnya.

Penelitian alutsista di negara maju manapun berawal dari tata kelola yang baik, berkat penerapan system engineering yang ia hadirkan di TNI Angkatan Udara, penelitian dan pengembangan alutsista menjadi lebih disiplin dan meminimalkan risiko kegagalan.

Dengan disiplin riset yang tepat, baru-baru ini Letkol Yoga dan tim mampu mengembangkan berbagai jenis bom, roket, maupun pesawat terbang tanpa awak.

Namun capaian ini masih menyisakan ruang pengembangan dalam bidang senjata terpandu dan sistem otonomus yang memerlukan peran pemerintah, perguruan tinggi, dan industri yang lebih solid.

Menurutnya, prajurit TNI harus berpendidikan tinggi.

Sebab, tanggung jawab luar biasa besar ada di pundak para prajurit garda terdepan. 

Menghadirkan keamanan, kedaulatan dari ancaman teror dan peperangan.

Dengan kemajuan yang kian modern, kapasitas berpikir, pengambilan keputusan, dan kepemimpinan mereka harus terus beradaptasi.

“Menurut saya, justru seorang tentara harus belajar dan sekolah yang tinggi, harus cerdas, karena tentara berada pada posisi mengambil keputusan strategis dan itu membutuhkan basis knowledge yang tidak sedikit," jawab Letkol Yoga.

===

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam Whatsapp Channel Harian Surya. Melalui Channel Whatsapp ini, Harian Surya akan mengirimkan rekomendasi bacaan menarik Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Persebaya dari seluruh daerah di Jawa Timur.  

Klik di sini untuk untuk bergabung 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved