Berita Viral

Kisah Djajam Loper Koran Mampu Sekolahkan Anak Jadi Tentara, Kini Buka Usaha dan Punya 8 Anak Buah

Dari berjualan koran, Djajam berhasil menyekolahkan tiga anaknya. Bahkan, ada yang jadi tentara. Ini kisah perjuangannya

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
Wartakota
Djajam penjual koran 

SURYA.CO.ID - Sudah 35 tahun, Djajam menggeluti pekerjaan yang berhubungan dengan media cetak, seperti surat kabar dan majalah. 

Dari pekerjaan inilah Djajam mampu menafkahi keluarga dan menyekolahkan anak-anaknya.

Bahkan, satu dari tiga anaknya ada yang berhasil menjadi anggota TNI.

"Dulu kan yang belinya banyak, bisa buat nyekolahin anak."

"Alhamdulillah untuk anak saya sudah pada kerja semua," kata Djajam saat ditemui di kawasan Kota Tua, Tamansari, Jakarta Barat, Sabtu (28/9/2024), dikutip dari Wartakota.

Menurut Djajam, perjuangan menyekolahkan tiga anaknya itu terjadi ketika dirinya masih menjadi loper koran.

Kala itu, ia menjajakan koran dari satu rumah ke rumah lainnya.

Baca juga: Kisah Inspiratif Eka Budiarto, Mahasiswa Pertama UI yang Lulus Doktor 2,5 Tahun, IPK Sempurna

Kini, ketika usianya tak lagi mudah, ia pun pensiun sebagai loper koran.

Ia memilih melibatkan anak buahnya untuk meneruskan pekerjaan mengantar koran ke pelanggan.

"Saya ada anak buah 8 orang, kalau enggak gitu saya mungkin enggak dagang kali, kalau anak buah enggak ada, langganan enggak ada," kata Djajam.

Saat ini, kata Djajam, ia tak bisa menjual surat kabar sendirian.

Sebab, minta pembeli koran tak seperti dulu.

"Mungkin udah banyak saingannya, karena online juga. Sekarang jenisnya jadi tinggal sedikit" jelas Djajam.

"Zaman dulu tahu sendiri ada di lampu merah, di terminal-terminal banyak, sekarang mah jarang," jelas Djajam.

Kini, ia mengaku berjualan koran hanya untuk kehidupannya sehari-hari.

Pasalnya sejak sang istri meninggal dunia, Djajam berjuang untuk menafkahi dirinya sendiri.

Sembari sesekali, ia memberi uang jajan untuk cucu-cucunya tatkala sedang mendapat rezeki lebih.

"Ya buat nafkahin diri sendiri, buat jajan cucu aja," katanya sedikit terkekeh.

Lebih lanjut, Djajam bercerita bahwa tak semua koran yang distoknya di hari tersebut habis terjual.

Menurutnya, setiap hari ada saja koran yang tak laku terjual, sehingga harus ia kumpulkan dan putar otak agar barang tersebut tetap bisa menjadi uang.

Walhasil, Djajam banyak menjual murah untuk berbagai koran yang sudah lewat edisi. 

Biasanya, ia melepas koran-koran tersebut kepada orang-orang yang memerlukannya untuk mengecat atau alas pakaian.

"Kalau sekarang saya enggak kiloin kalau enggak laku. Tali, yang lama-lama udah lewat bulannya saya jual murah," kata Djajam.

"Saya jual Rp 2.000 untuk koran Kompas dan Rp 1.000 untuk Warta Kota dan Pos Kota," imbuhnya.

Sementara untuk majalah, Djajam menyebut jika jumlah peminatnya sangatlah sedikit.

Walhasik, ia jarang menyetok majalah untuk dipasarkan kepada publik.

Beberapa koleksi majalahnya saja, nampak sudah usang dan merupakan edisi lama.

"Karena mikir lah orang beli, daripada keluar Rp 50 ribu (buat majalah), mending koran kan Rp 5.000 bisa dapat 10 tiap hari hari beli," kata Djajam.

"Dulu pas masih murah majalah Tempo Rp 15.000, Rp 20.000, masih banyak yang beli, sekarang enggak," pungkasnya.

Ikuti berita selengkapnya di Google News Surya.co.id

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved