Berita Viral

Rejeki Nomplok Mbah Sarno Veteran yang Tinggal di Rumah Bekas Kandang Ayam, Dapat Bantuan Presiden

Akhirnya Mbah Sarno, mantan pejuang yang tinggal sebatang kara di rumah bekas kandang ayam di Gunungkidul, Yogyakarta, mendapat bantuan dari Presiden

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
Kolase Tribun Jogja/Kompas.com
Mbah Sarno menerima bantuan dari Presiden Joko Widodo atau Jokowi (kiri) 

SURYA.CO.ID - Akhirnya Mbah Sarno, mantan pejuang yang tinggal sebatang kara di rumah bekas kandang ayam di Gunungkidul, Yogyakarta, mendapat bantuan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Bantuan itu berupa sembako dan sejumlah uang yang diserahkan langsung oleh dua orang perwakilan dari Staf Khusus Kepresidenan, yang disaksikan pihak Kalurahan setempat, di kediaman Mbah Sarno, Senin (5/8/2024) sekira pukul 15.00 WIB.

Sebelum menyerahkan bantuan, dua orang itu sempat bercengkrama dengan Mbah Sarno di dalam rumahnya yang beralaskan tanah berukuran sekitar 8x6 meter.. 

Mbah Sarno mengatakan, kedatangan staf khusus kepresidenan sekaligus melihat langsung kondisinya.

"Mereka (staf khusus kepresidenan) menyampaikan Presiden ingin menyatakan kebenaran berita itu secara langsung, lalu mereka sebut ini ada kiriman dari Presiden,"ujarnya usai diberikan bantuan tersebut.

Dia menambahkan, dari obrolan tersebut dari Staf Khusus Kepresidenan sempat menanyakan soal kisah hidupnya saat menjadi militer.

"Ya itu sempat tanya seputar itu, ya saya jelaskan bagaimana dari awal saya mulai bergabung menjadi militer sukarela,"ungkapnya.

Atas bantuan inipun Mbah Marno mengucapkan terima kasih atas respon Presiden Joko Widodo yang memberikan bantuan kepada dirinya.

Sarno menunjukkan piagam miliknya
Sarno menunjukkan piagam miliknya (KOMPAS.COM)

Sementara Koordinator Substansi Hubungan Masyarakat, Biro Umum, Hubungan Masyarakat, dan Protokol Setda DIY, Ditya Nanaryo Aji, menyebut, Jokowi mengetahui keberadaan Mbah Sarno, berdasarkan dari pemberitaan media, yang sempat viral. 

"Karena kisah beliau ini, Presiden tersentuh dan mengirimkan bantuan."

"Mengingat, bahwa Mbah Sarno ini pernah berjuang untuk Indonesia RI, dalam pasukan militer sukarela."

"Semoga apa yang telah diberikan kepada Mbah Sarno, dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya," urainya.

Kisah Hidup Mbah Sarno

Baca juga: Sosok Sarno eks Pejuang yang Tinggal Sendirian di Rumah Bekas Kandang Ayam, Kini Hidupnya Memilukan

Sarno, merupakan anggota militer sukarela sejak tahun 1960 sampai 1969.

Ditemui di kediamannya di Padukuhan Susukan II, Kalurahan Genjahan, Ponjong, DI Yogyakarta, Jumat (2/8/2024) siang, Sarno menceritakan perjuangannya 64 tahun silam. 

"Dimulai tahun 1960 DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) di Jawa Barat."

"Kedua di Sumatera pemberantasan PRRI. Ketiga kali di Sulawesi itu memberantas Kahar Muzakkar."

"Keempat kali itu ke Irian, merebut Irian Barat (Trikora), habis itu saya ke Kalimantan 1964, saya sampai 1,5 tahun lah di sana,” ucap dia sambil menunjukkan surat tanda penghargaan 'Satya Lenjana Wira Dharma' yang ditandatangani Menteri Koordinator keamanan dan pertahanan/keamanan Kepala staf angkatan Bersendjata A.H. Nasution, pada 26 Maret 1966.

Pada 1966 sampai 1967, Sarno ikut pembersihan G30S, dan disiagakan untuk operasi Timor timor (Timor Leste).

"Sampai tahun 1969, ndak (masuk TNI), saya masuk wajib militer darurat. Saat itu lima tahun selesai, aturannya begitu. Saya sudah 9 tahun, saya dapat bintang sewindu juga itu," kata dia, dikutip dari Kompas.com.

Sarno mengatakan, beberapa temannya di militer sukarela masuk sekolah dan melanjutkan karier di militer.

Namun, dirinya yang sempat menjadi wakil komandan justru tidak bisa melanjutkan pendidikan.

Dia kemudian memutuskan bekerja sebagai penjaga pasar di Bandung, Jawa Barat.

Hingga menikah dan pulang ke Gunungkidul, dirinya bekerja sebagai petani.

Ia menikah dua kali, karena istri pertamanya meninggal setelah 20 tahun bersama. Istri keduanya juga meninggal setelah 15 tahun bersama.

Namun, kedua pernikahan tidak dikaruniai keturunan.

Tinggal di Rumah Bekas Kandang Ayam

Setelah istri keduanya meninggal, dirinya pulang ke Susukan II, dan dibuatkan rumah kecil beralaskan tanah berukuran sekitar 8x6 meter.

Di atas meja ruang tamu terdapat belasan medali, lencana, hingga sertifikat saat dirinya ikut beberapa kali operasi militer saat menjadi anggota militer sukarela.

Tak jauh dari meja tamu, terdapat sebuah tempat tidur di atasnya terdapat beberapa bantal dengan sprei putih.

"Ini dulu bekas kandang ayam, dan saya juga di sini. Sekarang saya sendiri tidur di sini," kata Sarno.

Lampu penerangan kecil setiap malam memberikan cahaya redup untuk tubuh rentanya.

Tak Punya Penghasilan

Sarno tidak berpenghasilan dan hidup sebatang kara. Untuk kembali bekerja jelas tidak memungkinkan karena tubuhnya tidak sekuat dulu lagi.

"Saya sekarang menganggur. Sekarang saya sendiri, makan kalau tidak diberikan saya tidak makan," ucap dia.

Bahkan, saat teman-temannya yang lain bisa mengurus menjadi anggota veteran, dirinya tidak bisa, dan sudah dua kali dilakukan.

Sambil menatap dalam, ia sering meratapi kehidupannya yang dijalani.

"Saya setiap hari nelongso nangis dalam batin. Saya kurang apa, perlengkapan sudah baik semua. Boleh dibaca surat saya semuanya bersih, baik," ucap pria kelahiran 21 April 1940.

Seorang kerabat Sarno, Sukiran (66) membenarkan Sarno telah tinggal di rumah tersebut sebatang kara sejak kurang lebih 20 tahun.

Selain tetangga sekitar, dia mendapatkan bantuan beras dan telur dari salah satu gereja.

Beberapa tahun terakhir kesehatan Sarno menurun, bahkan tiga kali operasi yakni 2 kali prostat, dan 1 kali hernia. Semuanya tercover BPJS Kesehatan.

"Makan dapat dari yayasan sudah setahun terakhir. Utamanya mengandalkan saudara dan tetangga," ucap dia.

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved