Berita Viral

Sosok Ipda Ahmad Nurhadi Korban Bom Gereja Surabaya yang Anaknya, Aqiella Nadya Lolos Bintara Polri

Ipda Ahmad Nurhadi, korban bom gereja di Surabaya menangis haru saat sang putri, Aqiella Nadya lolos Bintara Polri. Ini kisahnya!

|
Editor: Musahadah
istimewa
Ipda Ahmad Nurhadi, korban bom gereja di Surabaya yang anaknya kini lolos Casis Bintara Polri. 

SURYA.co.id - Inilah sosok Ipda Ahmad Nurhadi, polisi yang mengalami kebutaan dan luka berat pada kaki kiri akibat bom yang meledak di Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB) Surabaya pada Mei 2018 silam

Sosok Ipda Ahmad Nurhadi kembali menjadi buah bibir setelah sang putri, Aqiella Nadya dinyatakan lolos menjadi calon siswa (casis) Sekolah Polisi Wanita Lembaga Pendidikan dan Latihan (Sepolwan Lemdiklat) Polri.

Aqiella Nadya diterima sebagai polisi wanita (polwan) melalui kuota Mabes Polri. 

Di momen itu, Aqiella Nadya terlihat tak kuasa menahan tangis haru.

Dia kemudian mendatangi dan memeluk ayahnya.

Baca juga: Terharu Lolos Bintara Polri, Aqiella Anak Korban Bom Surabaya Kenang Tragedi 6 Tahun Lalu: Terngiang

"Ini buat ayah. Aku lanjutin pengabdian ayah. Terima kasih atas pengorbanan dan doa ayah," ucap Aqiella dengan berderai air mata.

Kisah Aqiella Nadya disampaikan Asisten Kapolri Bidang SDM Irjen Pol Prof Dr. Dedi Prasetyo melalui video yang diunggah ke akun Instgaram @polisi_indonesia. 

Asisten Kapolri Bidang SDM Irjen Pol Prof Dr. Dedi Prasetyo menyampaikan kabar bahagia ini secara langsung. Postingan tersebut menjadi viral di media sosial dan menyentuh hati para netizen.

"Anak korban teror bom anggota Polrestabes Surabaya diberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan bintara Polri," ujar Irjen Pol Prof Dr. Dedi Prasetyo, Rabu (10/7/2024).

Lalu, siapa sebenarnya Ipda Ahmad Nurhadi

Saat ini Ipda Ahmad Nurhadi berusia 51 tahun dan masih berdinas di Polrestabes Surabaya. 

Ketika kejadian bom gereja di Surabaya pada Mei 2018 silam, Ipda Nurhadi menjabat sebagai Panit Sabhara Polsek Gubeng.

Saat itu dia bertugas berjaga di gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya nomor 1 Surabaya.

Tak sendiri, Ipda Ahmad Nurhadi berjaga bersama rekannya, Aiptu Junaedi.

Dikutip dari website humas.polri,go.id, Ipda Ahmad Nurhadi mengaku tak ada firasat akan terjadi apa – apa kala itu.

Kondisi cuaca yang cerah dan situasi yang ia lihat seperti halnya kegiatan gereja saat melaksanakan ibadah.

“Saya tak menyangka bakal menjadi salah satu sasaran ledakan bom teroris yang sedang berada di dekat pos jaga Gereja SMTB Surabaya,”ungkapnya usai terima penghargaan dari Mabes Polri di Surabaya, Senin (22/4/2024).

Ledakan Bom yang kencang itu rupanya membuat Ipda Ahmad terjatuh dan tak sadarkan diri beberapa menit.

“Saya sempat pingsan dan ketika kondisi setengah sadar, pandangan saya menjadi gelap,”kenang Ipda Ahmad.

Ia berusaha berdiri, namun kedua kakinya sulit digerakkan. Seringkali, ia hanya mendengar suara tangisan histeris hingga teriakan sejumlah orang yang meminta pertolongan.

Usai petugas gabungan tiba di lokasi, Ipda Ahmad langsung dilarikan ke RSU dr Soetomo Surabaya dan menjalani perawatan intensif selama 3 bulan.

Ipda Ahmad Nurhadi juga harus menjalani operasi enam kali gegara buta permanen dan patah tulang di kedua kakinya.

Nunung Ivana (42), istri Ipda Ahmad Nyrhadi mengaku ikhlas dan selalu mendampingi sang suami yang kini beraktivitas dengan kursi roda. 

Ipda Ahmad juga mengaku telah mengikhlaskan apa yang menimpanya. Ia pun memiliki secercah harapan.

Bahkan, sejumlah bantuan pengobatan hingga dukungan dari sejumlah pihak, terutama dari Polri membuatnya kian optimis menjalani hidup.

Menurutnya, instansi kepolisian masih memberikan haknya, mulai gaji, tunjangan hingga membantu perawatan dan pengobatannya ke Singapura usai matanya tak berfungsi gegara serpihan bom yang mengenai sarafnya.

“Beribu-ribu terima kasih saya sampaikan kepada pimpinan dan rekan-rekan dinas saya atas perhatiannya pada kami sekeluarga, masih perhatian dan membantu berobat, saya bersyukur sekali. Karena setiap saya berobat dan ada keperluan apa selalu dijemput dan dibantu sepenuhnya, saya sangat terbantu,” tuturnya terharu.

Kebanggaan Aqiella Nadya

Aqiella Nadya Shafwah, mengungkapkan kebanggaannya pada sosok sang ayah, Ipda Ahmad Nurhadi

“Bapak korban bom tahun 2018, saat itu saya masih SMP. Dari situ saya bangga dengan bapak, bahwa bapak dalam pengabdiannya menjaga misa gereja, menjaga jemaat gereja hingga mengorbankan diri bapak. Saya seperti ingin menjadi seperti bapak saya, pahlawan. Saya ingin menjadi seperti ingin seperti menjadi bapak saya, ingin meneruskan perjuangan bapak saya,” kata siswi tamatan SMAN 16 Surabaya ini,kepada SSDM Kamis (11/7/2024), melansir dari humas.polri.go.id

Aqiella kemudian mengilasbalik peristiwa Bom Surabaya 2018 yang merenggut penglihatan ayahnya.

Dia menceritakan singkat peristiwa mengerikan yang menimpa ayahnya.

“Yang masih terngiang-ngiang di hari itu ketika Bapak saya dinas, pamit dinas bilangnya jaga gereja seperti biasa itu di hari Minggu, ya bapak berangkat tugas seperti biasa. Bapak jaga gereja bersama rekan satunya Om Junaidi.

Posisinya Bapak itu ada di depan, di samping pos satpam. Tiba-tiba saat bergantian misa jemaat gereja itu, ada sepeda motor yang tiba-tiba nyelonong gitu masuk, ternyata mereka pelaku bom bunuh diri, teroris yang membawa dua bom, jadi satu sepeda motor membawa dua bom.

Terus ketika meledak, bapak saya terjatuh,” cerita Aqiella.

Baca juga: Rejeki Nomplok Casis Bintara Polri Usai Dibacok Begal Lalu Diloloskan Kapolri, Kini Dapat Motor Baru

Aqiella Nadya Anak Korban Bom Surabaya yang lolos jadi Casis Bintara Polri. Segini besaran gajinya kelak.
Aqiella Nadya Anak Korban Bom Surabaya yang lolos jadi Casis Bintara Polri. Segini besaran gajinya kelak. (kolase instagra,)

Aqiella menyebutkan saat itu dia mendapat kabar mengerikan itu dari rekan ayahnya.

Dia pun hanya bisa menguatkan ibunya dan berharap sang ayah diberi keselamatan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

“Tiba-tiba saya dapat kabar dari rekannya Bapak saya, ‘Wah ini gereja yang dijaga sama Bapak terkena bom’. Langsung saya kaget, saya lemas, kenapa kok harus Bapak saya yang kena ya Allah.

Saya nangis, saya saling menguatkan mama untuk, ‘Nggak apa-apa Ma, insyaallah, Bapak masih diberi kesempatan lagi sama Tuhan’,” lanjut Aqiella.

Tak hanya mengalami kebutaan, Ipda Ahmad Nurhadi juga mengalami luka berat di bagian kaki kiri di mana tulang kakinya hancur dan luka bakar 40 persen di bagian kiri tubuh.

“Bapak tidak bisa melihat apa-apa, lalu sekujur tubuhnya panas. Jadi Bapak saya kehilangan penglihatannya, terus tulang kakinya hancur, hancur 12 senti tulang pergelangan yang sebelah kiri. Yang paling parah anggota tubuh sebelah kiri itu kena luka bakar 40 persen,” ungkap Aqiella.

Aqiella mengatakan saat itu dia sekeluarga merasakan kepedihan mendalam atas peristiwa yang dialami ayahnya. Namun ketabahan serta semangat Ipda Ahmad Nurhadi melanjutkan hidup menjadi kekuatan dan motivasi Aqiella untuk melanjutkan tugas ayahnya sebagai abdi negara.

“Saya sudah melihat perjuangan bapak, ini bagi saya sangat keren sekali, Jadi pengabdiannya Bapak ini bukan main-main, tapi sungguh. Bukan hanya sekadar bekerja mencari nafkah untuk keluarga, tapi mengabdi kepada masyarakat dan negara, sampai harus mengorbankan diri sendiri, taruhannya nyawa” tutur Aqiella.

Aqiella mengaku dirinya yang sudah bertekad menjadi polwan kemudian menyampaikan pada ayahnya. Aqiella mengatakan Ipda Ahmad Nurhadi mendukung niat Aqiella untuk melanjutkan pengabdiannya, sementara sang ibunda memasrahkan pilihan pada Aqiella.

“Bapak mendukung saya, mendukung saya dengan cita-cita saya ini untuk meneruskan perjuangannya Bapak. Kalau Ibu diserahkan kepada saya, nggak ada paksaan. Pokoknya apa pun yang saya pilih, jika itu yang terbaik, maka akan didoakan, didukung juga,” ujar Aqiella.

Masih kata Aqiella, dirinya mengikuti rekrutmen Bintara Polri lewat jalur rekrutmen proaktif (rekpro). Meski demikian Aqiella sudah mempersiapkan fisik, mental serta kemampuan akademis sebelum proses seleksi.

“Saya ini Bintara Polri jalur rekpro, penghargaan orang tua, penghargaan terhadap Bapak. Proses rekpro dengan regular sama saja, tapi rekpro setahu saya ada kuotanya. Tesnya nggak ada yang membedakan, sama-sama wajib mengikuti semuanya mulai dari jasmani, terus psikologi dan lain-lain sama saja. Jadi saya sebelumnya sudah mulai belajar untuk tes akademik, soal-soal psikologi, sama yang pertama pasti mempersiapkan mental dulu,” ucap Aqiella.

Aqiella mempelajari soal-soal tes masuk Bintara Polri dari internet. Dalam persiapan tes jasmani, Aqiella mempersiapkan kemampuan renang, shuttle run dan lainnya.

“Belajar di internet gitu, sama persiapan fisik, latihan jasmani, lari, berenang, shuttle run kayak gitu di sela-sela sekolah,” sebut Aqiella.

Serangkaian persiapan itu dilakukan Aqiella karena peserta rekrutmen jalur rekpro tak pasti lolos jika tak memenuhi syarat. “Nggak pasti lolos (peserta jalur rekpro), kalau dia nggak memenuhi syarat bisa nggak lolos, makanya saya juga persiapan akademis, mental dan fisik,” terang dia.

Terakhir, Aqiella mengucapkan terima kasih kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Asisten Kapolri bidang Sumber Daya Manusia (As SDM Kapolri) Irjen Dedi Prasetyo, Kapolda Jatim Irjen Imam Sugianto dan Kapolrestabes Surabaya Kombes Pasma Royce yang dinilai memberinya kesempatan mengikuti proses rekrutmen Bintara Polri.

“Bapak saya senang banget, dia seneng banget. Saya ingin mengucapkan terima kasih juga kepada Bapak Kapolri, Bapak Asisten SDM, Bapak Kapolda Jatim, dan Bapak Kapolrestabes Surabaya karena sudah memberikan saya kesempatan ikut di penerimaan Bintara 2.024 ini, dan juga untuk meneruskan perjuangan Bapak saya,” pungkas Aqiella. (berbagai sumber)

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved