Berita Tulungagung

Atlet Parayalang Tulungagung Raih Juara 2 Eurasia Cup 2024 di Kazakhstan, Lanjut Berlomba di PGAWC

Damar Tetuko Harimurti (16), atlet paralayang asal Tulungagung meraih peringkat kedua kejuaraan Eurasia Cup 2024 di Taldykorgan Kazakhstan.

Penulis: David Yohanes | Editor: irwan sy
ist
Atlet paralayang Tulungagung, Damar Tetuko Harimurti (16) alias Tito, di atas podium nomor 2 di kejuaraan Eurasia Cup 2024 di Taldykorgan Kazakhstan. 

SURYA.co.id | TULUNGAGUNG - Damar Tetuko Harimurti (16), atlet paralayang asal Tulungagung meraih peringkat kedua kejuaraan Eurasia Cup 2024 di Taldykorgan Kazakhstan, 12-13 Juni 2024.

Di Kazakhstan Tito, panggilan akrabnya, juga mewakili Indonesia dalam seri kejuaraan dunia, seri ke-3 Paragliding Accuracy World Cup (PGAWC), Minggu (16/6/2024).    

"Dia ajang Eurasia Cup, juara pertama Jerman, kedua Tito, yang ketiga Jerman," jelas Ketua Pengurus Cabang (Kapengcab) Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) Paralayang Tulungagung, Ali Mashuri.

Untuk seri PGAWC, secara keseluruhan Tito, siswa Kelas X SMAN 1 Boyolangu ini menempati posisi ke-21.

Dalam kejuaraan ini Tito harus berkompetisi dengan semua atlet, baik laki-laki dan perempuan, atlet senior maupun junior.

Capaian tersebut sangat penting untuk meningkatkan peringkat dunia setiap atlet peserta.

"Overall, dia dapat peringkat ke-21. Targetnya bisa mendongkrak di peringat dunia," sambung Ali.

Atlet asal Desa Bangunjaya, Kecamatan Pakel ini sekarang menduduki peringkat 97 dunia.

Ali mengatakan capaian Tito sangat luar biasa karena bisa menembus peringkat 100 dunia di usia yang baru 16 tahun.

Dari rangkaian seri PGAWC, Tito diharapkan bisa mendulang poin sampai akhir musim sehingga bisa menaikkan peringkatnya di PGAWC.

"Dalam satu tahun dari semua seri nanti akan ada poin yang didapat. Poin ini lalu dijumlah, untuk menentukan peringkat," papar Ali.

Sebelum terjun di ajang PGAWC, Tito telah malang melintang di kejuaraan nasional.

Ia pernah menjuarai Liga Jawa Timur, dan pernah beberapa kali menjadi juara nasional.

Di Kejuaraan Asia, Tito menempati peringkat ke-5 dan mendapat tiket untuk  ikut kejuaraan dunia.

"Semangatnya sangat luar bisa. Dia sosok yang pantang menyerah," katanya.

Ali berkisah, Tito pertama kali belajar paralayang saat masih di kelas 6 SD.

Tito diuntungkan karena di usianya yang masih belia, perawakannya bongsor dan bobotnya mencukupi sehingga tidak sulit mendapatkan parasut.

Selama proses latihan, Tito selalu berusaha menambah jam terbangnya dibanding kawan-kawan lainnya.

Ali mengatakan setiap kali latihan biasanya FASI Paralayang Tulungagung membawa satu mobil pikap untuk penjemputan atlet setelah mendarat.

Dalam satu sesi latihan biasanya dilakukan 10 kali penerbangan dari lokasi latihan, Bukit Midodaren Desa/Kecamatan Besuki.

Namun Tito bisa melakukan 18 kali penerbangan karena membawa temannya untuk antar jemput.

"Jadi temannya ini bawa sepeda motor mengantar ke lokasi take off, lalu langsung ke lokasi landing. Setelah Tito melipat parasut, mereka langsung kembali ke lokasi take off lagi," ungkap Ali.

Jika bergabung dengan pikap, maka setiap atlet harus menunggu temannya selesai mendarat baru kembali ke lokasi take off lagi.

Dengan cara ini dalam satu hari para atlet bisa melakukan 10 kai terbang.

Namun Tito dengan antar jemput temannya bisa melakukan 18 kali terbang.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved