Berita Viral

Mengira Kerja di Jepang Bakal Digaji Rp 20 Juta Per Bulan, TKI Malah Menyesal Setelah Gajian

Berharap kerja di Jepang bakal dapat gaji Rp 20 juta per bulan, seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) malah menyesal setelah gajian.

kolase TikTok
Tangkap layar video TKI di Jepang menyesal setelah gajian. Awalnya mengira bakal dapat gaji Rp 20 juta per bulan. 

SURYA.co.id - Berharap kerja di Jepang bakal dapat gaji Rp 20 juta per bulan, seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) malah menyesal.

Bahkan ia sempat terpikir untuk pulang kembali ke Indonesia.

Melansir dari kanal YouTube Tribun Sumsel, ada sebuah video yang memperlihatkan seorang TKI asal Indonesia yang bekerja ke Jepang.

Video itu juga memperlihatkan TKI itu kaget saat terima gaji bulanan di Jepang.

Berawal dari TKI itu mengira akan mendapatkan gaji Rp20 juta per bulan, namun yang ia terima tidak sesuai harapan.

Baca juga: Pantesan Mau Kerja Bersih-bersih Tanpa Libur, TKW Asal Ponorogo Jatim Digaji Rp 100 Juta Sebulan

Saat pertama menerima gaji bulanan, TKI itu langsung menghitung gajinya dan menemukan sesuatu yang jauh di luar dugaan.

Jumlah uang yang diterimanya ternyata tak sesuai dengan cerita tentang gaji di Jepang yang pernah didengarnya selama ini dari TKI lainnya.

Betapa kagetnya TKI itu bersama teman-temannya menghitung uang gaji dan ternyata jumlah lembaran uang yang diterima sangat di luar ekspektasinya.

Bahkan ia sempat mengajak teman-temannya untuk kabur atau kembali pulang ke tanah air.

"Mulih ae po piye. Mulih nang Indonesia (pulang aja ke Indonesia)," kata TKI Jepang itu.

Sontak unggahan video TKI itu mendapat banyak komentar dari warganet karena ikut gemas dan kaget.

"Kalo di republik ini tidak banyak pejabat yg KORUPSI atau hukuman bagi koruptor dihukum MATI, sy yakin gaji di RI bisa sama dg Jepang, bahkan lebih. Semoga ke dpn RI bisa jaya, Dan rakyat nya sejahtera. Malu dg Jepang, yg negaranya kecil," kata warganet.

"Kalau di rupiah kan yaa jelas besar tapi sebenarnya itu gaji normal di jepang karna di sana biaya hidup juga tinggi, biaya hidup disana rata2 200-300 ribu yen/20-30 juta rupiah per bulan buat yg belum berkeluarga itupun udah paket hemat, ibaratnya beli nasi goreng seporsi di indo sekitar 15 ribu rupiah di sono seporsi bisa 100-150 ribu rupiah," kata warganet lainnya.

Sebelumnya, sempat viral kondisi memprihatinkan seorang TKW asal Sukabumi yang akan bekerja di Jepang, Intan Sifhany.

Intan malah sakit keras ketika tiba di Jepang.

Baca juga: Dulu Banting Tulang Jadi TKW, Hidup Sherly Kini Bergelimang Harta Usai Bikin Pejabat Arab Kepincut

Hal ini membuat Intan batal mendapatkan pekerjaan.

Tak cuma itu, Intan kini harus membayar biaya pengobatan sebesar Rp 50 juta.

Kondisi yang dialami Intan pertama kali diungkapkan oleh salah satu rekan pekerja magang bernama Agus Sumadi lewat akun Instagram @agus_sumadi31, Senin (8/4/2024).

Menurut dia, Intan mengalami sakit infeksi usus atau laparatomi sejak Maret 2024. Kondisi ini membuatnya harus dioperasi dengan biaya 500.000 Yen (sekitar Rp 52.178.600).

Agus menjelaskan, Intan awalnya magang di perusahaan asal Osaka, Jepang pada Juni sampai 29 Agustus 2023. Dia tidak melanjutkan magang karena menerima perundungan.

"Lalu, dia minta ke pihak penanggung jawab pekerja magang Indonesia untuk digantikan perusahaan," ungkap Agus.

Sayangnya, butuh waktu lama untuk mencari perusahaan baru Intan. Dia bahkan dipulangkan ke Indonesia pada 30 Agustus 2023.

Karena pulang ke Tanah Air dan tidak lagi bekerja, asuransi kesehatan di Jepang untuk orang asing atau Hoken yang Intan miliki dicabut.

Meski begitu, Intan dijanjikan akan disuruh kembali bekerja lagi di Jepang.

Tangkap layar video Nasib Pilu Intan TKW Sakit di Jepang. Batal Dapat Kerja dan Harus Bayar Pengobatan Rp 50 Juta.
Tangkap layar video Nasib Pilu Intan TKW Sakit di Jepang. Batal Dapat Kerja dan Harus Bayar Pengobatan Rp 50 Juta. (kolase instagram)

Namun, dia tidak kunjung dipanggil bekerja. Akhirnya, Intan memutuskan kembali ke Jepang dengan uang sendiri pada 16 September 2023.

Akhirnya, Intan mendapatkan tawaran pekerjaan baru dari sebuah perusahaan yang terletak di Perfektur Oita pada Januari 2024.

Intan lalu pindah ke Bungono, Oita pada Maret 2024.

"Pas sampai di sana, dia merasakan sakit perut yang luar biasa hingga akhirnya diantar ke rumah sakit di Oita," cerita Agus.

Baca juga: Pantas Saja Banyak Tukang Parkir Liar di Minimarket, Penghasilan Jukir Bisa Rp 2,4 Juta Per Hari

Intan sakit sebelum melakukan wawancara dengan perusahaan yang akan merekrutnya.

Dia pun dibawa ke rumah sakit besar di Oita. Dokter mendiagnosis Intan mengalami infeksi usus atau laparatomi.

Di Oita, Intan menjalani perawatan selama dua minggu.

Dia keluar dari rumah sakit pada Jumat (5/4/2024). Setelah itu, dia tinggal di apartemen bersama pekerja asal Vietnam.

Namun, pihak penyalur magang Kumiai menghubungi keluarga Intan di Indonesia untuk meminta pembayaran biaya pengobatan sebesar 500.000 Yen atau sekitar Rp 52.178.600.

Pihak rumah sakit memberikan batas waktu pembayaran hingga 22 April 2024. Namun, Intan dan keluarganya tidak mempunyai uang.

Agus menyatakan, dia bersama warga Indonesia lain yang ada di Jepang lalu berinisiatif mengadakan donasi untuk biaya pengobatan Intan.

Menurutnya, Intan saat ini hanya bisa berbaring di kasur akibat luka usai operasi. Meski begitu, dia perlahan mulai pulih.

"Habis periksa di rumah sakit. Mulai baik kondisinya. Intan sudah bisa makan agak kasar walaupun perutnya masih diperban," katanya.

Untuk membantu Intan, Agus membuka donasi biaya pengobatan melalui media sosial.

Menurutnya, mulai banyak orang dari berbagai komunitas dan perkumpulan masyarakat di Indonesia yang ikut menyumbang.

Dia menargetkan dan mengusahakan biaya pengobatan Intan di rumah sakit dapat dibayarkan pada 20 April 2024. Ini lebih cepat dari batas waktu 22 April 2024 dari rumah sakit.

Tak hanya biaya berobat, Agus berencana mengumpulkan dana bagi Intan untuk membiayai masa pemulihannya selama 2-3 bulan ke depan.

Menurutnya, visa Intan akan kedaluwarsa pada Mei 2024.

Oleh karena itu, dia akan meminta Intan bersedia pulang ke Indonesia. Uang sumbangan itu nantinya dapat menjadi biaya hidupnya di Tanah Air.

"Target utamanya membayar biaya rumah sakit. Kalau dapat sumbangan lebih ya dikasih semua," katanya.

Agus menyatakan, publik merespons baik usaha yang dilakukan untuk membantu Intan.

Tak hanya berdonasi, dia juga mengajak warga Indonesia di sana untuk membantu dan mengunjungi Intan secara berkala.

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved