Berita Viral
Fakta Lengkap Siswa SD Patungan Beri THR untuk Guru, Pengamat Pendidikan: Itu Merupakan Gratifikasi
Beredar foto menampilkan beberapa siswa berbaris dan membawa THR berupa makanan dan bahan minuman untuk wali kelas. Ini fakta-faktanya
Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
SURYA.CO.ID - Berikut fakta-fakta mengenai berita viral siswa sekolah dasar (SD) patungan beri tunjangan hari raya (THR) kepada guru.
Beredar foto menampilkan beberapa siswa berbaris dan membawa THR berupa makanan dan bahan minuman untuk wali kelas.
Foto tersebut pertama kali diunggah oleh akun media sosial X (dulunya Twitter) @tanyakanrl, Senin (1/4/2024) pukul 17.12 WIB.
“THR untuk wali kelas 2A. Semoga berkah."
Begitu keterangan yang ditulis pada cuitan tersebut.
Unggahan itu lantas menuai pro dan kontra. Bahkan, seorang pengamat pendidikan pun turut memberikan komentar.
Lantas, apa tanggapan pengamat pendidikan akan fenomena ini?
Bentuk Gratifikasi
Pengamat pendidikan sekaligus CEO Jurusanku.com, Ina Liem mengatakan bahwa tindakan tersebut merupakan salah satu bentuk gratifikasi.
Meskipun tindakan tersebut didasari oleh perasaan sukarela, namun ada unsur tekanan sosial yang terjadi dalam kasus tersebut.
Saat semua anak memberikan barang kepada guru, anak yang tidak memberi dan hanya duduk saja mungkin akan merasa malu.
“Selama ada namanya, atau kelihatan orangnya siapa, meskipun orangnya mengatakan kalau hal tersebut merupakan bentuk terima kasih, itu merupakan gratifikasi,” ungkap Ina saat dihubungi Kompas.com, Selasa (2/4/2024).
Dari pihak guru, tambah Ina, kan ada rasa “sudah diberi sesuatu” sehingga dapat memicu pilih kasih atau favouritism secara tidak disengaja.
Ina juga mempertanyakan tujuan orangtua atau wali murid melakukan tindakan tersebut.
Ina berpendapat, terkadang ada orangtua atau wali yang ingin merasa anaknya mendapatkan posisi “aman” di dalam kelas.
Baca juga: Sosok Rehan Bocah Lumajang yang Tinggal Bareng Ayah di Pondok Tak Layak Huni, Cita-citanya Mulia
Posisi “aman” yang dimaksud juga mempunyai motif yang beragam, seperti mendapatkan nilai yang baik, menaikkan nilai, atau mengikutsertakan anak untuk lomba.
Jadi, orangtua atau wali nantinya akan bertindak membaik-baikkan tenaga pendidikan yang bertugas untuk memberikan nilai kepada anaknya.
“Selama ada tujuan seperti itu dari orangtua, mereka akan selalu menemukan kesempatan untuk melakukan hal tersebut, seperti hadiah untuk kenaikan kelas, hari raya, atau lainnya,” ujar Ina.
Harus Dihilangkan
Baca juga: Sosok Salwan Momika Pembakar Kitab Suci Al Quran Yang Tiba Tiba Dikabarkan Tewas Di Norwegia
Lebih lanjut, Ina mengungkapkan, apabila nantinya dinas terkait memberikan hukuman karena viralnya video tersebut, hal tersebut juga tidak akan berdampak signifikan.
Hal-hal kecil semacam itu seharusnya dihilangkan secara bertahap, bukan langsung dihilangkan begitu saja.
“Ya memang kita tidak bisa menyangkal ya, kalau di Indonesia budaya memberi dan berterima kasih ini sangat kuat. Kalau langsung larangan bisa dianggap ekstrem di Indonesia,” katanya.
Faktor Gaji Rendah
Terkait dengan adanya kemungkinan alasan gaji yang rendah, Ina berpendapat bahwa tindakan tersebut juga kurang tepat.
Apabila ada permasalahan gaji yang kurang mencukupi, idealnya guru yang merasakan hal tersebut meminta kepada kepala sekolah untuk mengorganisir kegiatan secara bersama-sama.
“Misal ada guru honorer dengan gaji yang tidak layak dan orang tua siswa ingin berterima kasih karena ingin memberi lebih, kalau bisa diorganisir dan sifatnya bukan paksaan,” terangnya.
Solusi Terbaik
Ina mengatakan bahwa masih ada solusi lain untuk mencegah adanya gratifikasi di lingkungan sekolah.
Ia mencontohkan, sebagai ungkapan rasa terima kasih, mungkin sekolah dapat melakukannya secara kolektif dan tidak bersifat individu.
Nantinya, para siswa yang ingin memberikan, akan meletakkannya begitu saja di dalam kardus.
Apabila sumbangan tersebut berupa uang, siswa dapat diminta untuk memasukkannya ke dalam amplop tanpa nama.
“Kalau kolektif seperti ini jadi lebih baik, siapa saja mau menyumbang boleh. Dan itu nanti akan dibagikan secara merata ke para pendidik,” tuturnya.
Menurut Ina, solusi seperti ini lebih mengedepankan rasa berbagi karena tidak ada identitas (anonim) dan antar pendidik pun tidak ada rasa kecemburuan.
Daftar Rencana Demo Hari Ini Jumat 19 September 2025 di Jakarta, Surabaya dan Kota Lain |
![]() |
---|
Kronologi Lengkap Tutut Soeharto Gugat Menkeu Purbaya, Dipicu Piutang Negara, Kini Sudah Dicabut |
![]() |
---|
Profil Dony Oskaria yang Berpeluang Jadi Menteri BUMN Ad Interim, Ternyata Paman Nagita Slavina |
![]() |
---|
Perjuangan Said, Kepsek SLB Rela Antar Jemput Siswa Pakai Tosa Setiap Hari agar Tetap Bisa Sekolah |
![]() |
---|
Rekam Jejak 4 Pejabat yang Diberhentikan Prabowo Subianto, Ada Erick Thohir hingga Hasan Nasbi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.