Berita Tulungagung

Serangan Demam Berdarah di Tulungagung, 50 Persen Pasien RSUD Campurdarat Adalah Kasus DBD

Ledakan pasien saat ini, diperkirakan fase puncak serangan DBD di Tulungagung, yang tengah masuk siklus 5 tahunan DBD.

Penulis: David Yohanes | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/David Yohanes
Fogging di Dusun Glotan, Desa Tanggung, Kecamatan Campurdarat, Kabupaten Tulungagung yang menjadi lokasi terjadi serangan DBD, Senin (25/3/2024). 

SURYA.CO.ID, TRENGGALEK - Ciput, warga Dusun Glotan, Kecamatan Campurdarat, Tulungagun, sempat kebingungan mencari tempat perawatan anaknya yang terserang Demam Berdarah Dengue (DBD).

Sejumlah rumah sakit yang didatanginya, dipenuhi antrean pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Ciput mengaku sudah membawa anaknya ke RSUD dr Karneni Campurdarat, RSUD dr Iskak Tulungagung dan sebuah rumah sakit swasta.

Ciput mengaku tidak mau anaknya antre di IGD, karena khawatir malah tertekan.

"Kondisinya sama, semua menumpuk di IGD. Akhirnya dapat di sebuah klinik," ucap Ciput, Senin (25/3/2024).

Warga di Padukuhan Kebon Dusun Glotan, menjadi salah satu pusat serangan DBD tahun ini.

Diperkirakan ada belasan warga yang terserang virus yang dibawa nyamuk aedes aegypti ini.

Menurut Ciput, serangan paling banyak ada di Gang Masjid Dusun Glotan.

"Ada yang satu keluarga kena, ada yang sampai membutuhkan transfusi darah," sambung Ciput.

Senin (25/3/2024) ini, dilakukan fogging (pengasapan) oleh Dinas Kesehatan di wilayah yang terjadi serangan.

Direktur RSUD dr Karneni Campurdarat dr Rio Ardona mengakui ledakan pasien DBD tersebut.

Saat ini, persentase pasien DBD di RSUD dr Karneni Campurdarat lebih dari 50 persen.

"50 persen untuk satu diagnosa itu sudah sangat banyak. Kenaikan pasien DBD sudah terjadi sejak awal Februari," ujar dr Rio.

Saat ini, RSUD dr Karneni mempunyai kapasitas 98 tempat perawatan pasien.

Lanjut dr Rio, meski ada ledakan pasien DBD, pihaknya masih menerima pasien baru.

Hanya saja transisi pasien dari IGD ke ruang perawatan jadi lebih lama.

Situasi ini kadang tidak dikehendaki keluarga pasien, karena kunjungan pasien dibatasi.

Padahal menurutnya, pasien lebih aman di IGD karena pengawasannya lebih intens.

"Dari pada memaksakan pasien masuk ke ruang perawatan yang sudah penuh, lebih baik di IGD saja. Di sana pasien lebih mudah diawasi," tegasnya.

Ledakan pasien saat ini diperkirakan fase puncak serangan demam berdarah di Tulungagung.

Kini, Kabupaten Tulungagung tengah masuk siklus 5 tahunan DBD.

Awalnya curah hujan tinggi diperkirakan terjadi di bulan Desember 2023, namun ternyata mundur di akhir Januari.

Fase puncak yang seharusnya terjadi di Januari-Februari 2024, akhirnya juga ikut mundur sekitar 1,5 bulan.

Menurut dr Rio, RSUD dr Karneni yang mengampu wilayah selatan Tulungagung menerima pasien dari seluruh wilayah kecamatan yang diampu.

"Itu yang membuat saya sedih, semua kecamatan mengirimkan pasien. Semoga setelah ini berangsur menurun," pungkas dr Rio.

Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved