Berita Penerbangan

Nasib Pilot Batik Air yang Tertidur saat Penerbangan Kendari - Jakarta, Pengamat Tak Setuju

Pilot Batik Air yang tertidur saat penerbangan rute Kendari-Jakarta dapat tindakan tegas. Pengamat tak setuju keputusan maskapai

Penulis: Arum Puspita | Editor: Arum Puspita M
KOLASE KOMPAS.COM/PIXABAY
Ilustrasi pilot Batik Air 

SURYA.CO.ID - Inilah kabar terbaru mengenai nasib pilot Batik Air yang tertidur saat penerbangan rute Bandara Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara, menuju Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.

Pada 26 Januari 2024 lalu, tepatnya sehari setelah kejadian, Manajemen Batik Air sudah menonaktifkan izin penerbangan pilot yang tidur saat bertugas.

Corporate Communications Strategic of Batik Air Danang Mandala Prihantoro mengatakan, pemberhentian atau bebas tugas itu dilakukan sehari pasca kasus itu terjadi yakni Jumat (26/1/2024).

"Pada 26 Januari 2024, Batik Air mengambil tindakan preventif dengan menonaktifkan (membebastugaskan) sementara pilot penerbangan nomor ID-6723, rute Kendari ke Jakarta yang bertugas pada 25 Januari 2024," ujarnya dalam siaran persnya, dikutip dari Kompas.com.

Keputusan tersebut, kata Danang, merupakan bentuk keseriusan perusahaan terhadap pentingnya aspek keselamatan serta dalam rangka menjalankan investigasi yang menyeluruh.

Baca juga: Kronologi Pilot – Kopilot Batik Air Tertidur Saat Penerbangan Kendari - Jakarta

Sementara untuk menanggapi hasil investigasi dan rekomendasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Batik Air berkomitmen untuk menerapkan seluruh rekomendasi keselamatan.

Sebagai bagian dari upaya tersebut, Batik Air memperkuat program pembinaan dan meningkatkan prosedur keselamatan operasional penerbangan terhadap semua awak pesawat.

"Dengan kebijakan waktu istirahat yang memadai, kami menekankan kembali pemahaman akan pentingnya memaksimalkan waktu istirahat bagi awak pesawat agar tetap dalam kondisi prima sebelum melaksanakan tugas terbang," katanya.

Hal tersebut menurut dia, merupakan langkah penting dalam upaya selalu mempertahankan standar tertinggi dalam keselamatan penerbangan.

Baca juga: Pilot – Kopilot Tertidur Saat Terbang Ini Tanggapan Batik Air

"Batik Air berkomitmen untuk selalu berkoordinasi dengan Regulator, awak pesawat dan pihak-pihak terkait (berwenang) lainnya dalam meningkatkan standar keselamatan penerbangan," pungkasnya.

Kata Pengamat

Pengamat penerbangan Gerry Soejatman mengatakan, kasus tertidurnya pilot dan kopilot maskapai Batik Air  membutuhkan perbaikan dan analisis guna mendapatkan solusi yang sistematis tidak hanya sebatas sanksi.

"Saya sangat tidak setuju jika jalan keluarnya hanya segampang memberikan sanksi kepada pilot dan manajemen maskapai."

"Ini ada risiko sistemik yang harus diselesaikan, dan justru, pemberian sanksi akan menghambat perbaikan karena masalah pilot fatigue ini masalah yang membutuhkan analisa dan solusi kualitatif, bukan kuantitatif," kata Gerry.

Gerry mengatakan, dalam kasus ini yang menjadi permasalahan adalah kedispilinan istirahat pilot.

Kemudian dari sisi penjadwalan terbang pilot dan kopilot tidak ada masalah, termasuk untuk kebutuhan istirahat di penerbangan dini hari.

Namun, ia mengatakan, dibutuhkan penelusuran terhadap corporate attitude khususnya terkait masalah pilot fatigue.

"Masalahnya di sini adalah masalah kondisi kerja dan kedisiplinan istirahat pilot. Tapi perusahaan sudah pasti mempunyai awareness campaign mengenai kesehatan/kesiapan terbang pilot (contoh: IAMSAFE program), tetapi apakah dijalankan?" ujarnya.

Berdasarkan hal tersebut, Gerry mengatakan, dibutuhkan pengakuan dan kesadaran agar dapat memberikan keterangan sepenuhnya guna menemukan solusi yang sistematis.

Namun, apabila dari keterangan tersebut pilot dan kopilot tertidur terbukti akibat dari keteledoran, maka wajar diberikan sanksi.

"Jika memang masalah fatigue ini diakibatkan oleh kesengajaan atau keteledoran berdasarkan perilaku yang tidak bertanggung jawab oleh pilotnya, maka wajar bila diberikan sanksi disipliner," ucap dia.

Kemenhub Turun Tangan

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) turun tangan mengatasi kejadian ini.

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Ditjen Hubud Kemenhub) memberikan teguran keras dan akan melakukan investigasi secara khusus terkait dugaan kasus pilot dan copilot maskapai penerbangan Batik Air tertidur saat penerbangan.

“Kami akan melakukan investigasi dan review terhadap Night Flight Operation di Indonesia terkait dengan Fatigue Risk Management (manajemen risiko atas kelelahan) untuk Batik Air dan juga seluruh operator penerbangan,” kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara (Dirjen Hubud) Kemenhub M Kristi Endah Murni dalam keterangan di Jakarta, Sabtu, melansir dari ANTARA.

Kristi turut menanggapi insiden pesawat BTK6723 Batik Air A320 registrasi PK-LUV, dengan pilot dan copilot tertidur saat penerbangan dari Kendari-Jakarta.

Meski begitu, Kristi mengatakan maskapai perlu memperhatikan waktu dan kualitas istirahat pilot dan awak pesawat lainnya, yang mempengaruhi kewaspadaan dalam penerbangan.

Selanjutnya untuk kru BTK6723 telah digrounded sesuai standard operasional prosedur (SOP) internal untuk investigasi lebih lanjut, dan Ditjen Hubud akan mengirimkan inspektur penerbangan yang menangani Resolution of Safety Issue (RSI) untuk menemukan akar permasalahan dan merekomendasikan tindakan mitigasi terkait kasus ini kepada operator penerbangan dan pengawasnya.

Ditjen Hubud Kemenhub memberikan apresiasi terhadap Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) serta menanggapi serius kasus Batik Air.

“Kami tegaskan bahwa sanksi akan diberlakukan sesuai dengan hasil investigasi yang ditemukan oleh tim investigator," ujar Kristi lagi.

Sebelumnya, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) merilis hasil investigasi terkait pilot dan kopilot Batik Air BTK6723 yang tertidur selama 28 menit saat menerbangkan pesawat Airbus A320 rute Kendari-Jakarta pada 25 Januari 2024 lalu.

Dilansir Tribunnews.Com, berdasarkan hasil investigasi KNKT, peristiwa pilot tertidur ini bermula pada saat pesawat berangkat dari Bandara Soekarno Hatta Cengkareng Banten, pukul 03.14 WIB menuju Bandara Haluoleo Kendari, Sulawesi Tenggara.

Usai lepas landas, pesawat berada ketinggian 36.000 kaki. Di posisi ini, kopilot memberitahukan pilot bahwa dirinya kurang istirahat.

Selanjutnya, pilot menawarkan kopilot untuk istirahat di kokpit dan tidur sekitar 30 menit. Pilot mengambil alih tugas kopilot.

Kopilot terbangun saat pesawat mulai turun. Pesawat mendarat di kendari pukul 07.11 WITA.

Selama transit ini, pilot dan kopilot menyantap mi instan di kokpit. Setelah penurunan penumpang selesai, proses boarding penumpang dilakukan, penerbangan kembali ke Jakarta dimulai.

Setelah proses boarding selesai, pesawat mulai bergerak menuju tujuan penerbangan pulang dengan nomor penerbangan BTK6723 pukul 08.05 WITA.

Saat pesawat mencapai ketinggian 36.000 kaki, kedua pilot melepas headset dan mengeraskan volume pengeras suara kokpit.

Selama penerbangan ini, pilot meminta izin kepada kopilot untuk bergantian istirahat sehingga posisi pilot digantikan oleh kopilot.

Beberapa saat kemudian, pilot menawarkan kopilot untuk beristirahat, kopilot menolak. Mereka lalu berbincang selama 30 menit dan pilot melanjutkan tidur.

Kemudian, kopilot melakukan kontak awal dengan Air Traffic Services (ATS) Jakarta dan diinstruksikan menuju waypoin KURUS yang terletak di timur laut Bandara Soekarno Hatta. Beberapa saat kemudian, kopilot ikut tertidur.

Komunikasi ATS Jakarta dengan kopilot terputus. ATS Jakarta menelpon BTK6723 namun tidak ada respon dari pilot.

Bahkan, ATS Jakarta menghubungi pesawat lain untuk melakukan kontak dengan pilot BTK6723 tapi tidak ada satupun yang ditanggapi oleh pilot.

“Pada 09.11 WIB atau 28 menit setelah transmisi (komunikasi) terakhir yang direkam dari kopilot, si pilot terbangun dan sadar bahwa pesawat tidak berada pada jalur penerbangan yang benar. Pilot kemudian melihat kopilotnya tertidur, lalu membangunkannya,” tulis Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono dalam laporan investigasinya, dikutip Sabtu (9/3/2024).

Pada waktu yang hampir bersamaan, pilot menanggapi panggilan dari orang lain pilot dan Jakarta ACC.

Pilot memberi tahu ATS Jakarta bahwa BTK6723 mengalami radio masalah komunikasi dan saat ini masalah tersebut telah teratasi.

Penerbangan kemudian dilanjutkan dan mendarat di Jakarta dengan lancar. 153 orang penumpang selamat dan tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini, serta tidak ada kerusakan pada pesawat.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved