Berita Viral
Rektor UB Sampai Rela Turun Podium Demi Menyalaminya, Ini Sosok Duwi Wisudawan Disabilitas
Inilah sosok Duwi Purnama Sidik wisudawan disabilitas UB yang viral. Rektor UB sampai rela turun podium untuk menyalaminya.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Putra Dewangga Candra Seta
SURYA.co.id - Sosok wisudawan disabilitas Universitas Brawijaya (UB) bernama Duwi Purnama Sidik ramai jadi sorotan saat acara wisudanya.
Pasalnya, rektor UB Prof Widodo sampai rela turun podium demi menyalaminya.
Hal ini lantaran podium yang dipakai untuk wisuda belum difasilitasi jalan untuk kursi roda.
Duwi merupakan dua dari 763 mahasiswa lulusan Universitas Brawijaya (UB) yang diwisuda pada Sabtu (20/1/2024) di Gedung Samantha Krida UB, Malang, Jawa Timur.
Momen wisuda Duwi diunggah di akun Instagram @pld_ub dan viral di media sosial .
Baca juga: Profil dan Biodata Prof Widodo, Rektor UB yang Rela Salaman dengan Kaki Wisudawan Disabilitas
Lantas, seperti apa sosok asli Duwi?
Duwi Purnama Sidik baru saja diwisuda di Universitas Brawijaya (UB).
Ia memiliki gelar S.Kom.
Duwi Purnama Sidik atau yang kerap dipanggil Duwik ini, lulus dengan IPK 3,65.
Adapun masa masa studi 3 tahun 11 bulan dari Fakultas Ilmu Komputer, Program Studi Teknik Informatika.
Dikutip dari situs resmi UB, saat ini, Duwik tengah melanjutkan studi S2 Ilmu Komputer dengan program Fast Track.
Duwik mengatakan, sejak kecil sudah menyukai dunia teknologi.
Sehingga, ia mengambil jurusan Ilmu Komputer.
“Sebagai mahasiswa daksa kursi roda, saya ingin ke depannya bisa bekerja dengan duduk, dan jurusan Teknik Informatika menjadi salah satu opsi."
"Selain itu dari kecil saya suka segala hal yang berbau teknologi dan prospek kerja jurusan ini bagus,” katanya.
Baca juga: Sosok Lulusan UB Tanpa 2 Tangan Foto dengan Rektor Pakai Kaki, Diterima Kerja di Instansi Ternama
Lebih lanjut, Duwik mengaku mendapatkan kemudahan ketika menimba ilmu di UB, baik dalam hal akademik maupun non akademik.
Di bangku perkuliahan, rupanya Duwik juga aktif mengikuti berbagai organisasi dan kepanitiaan.
Hal itu, dilakukan guna menambah relasi dan mengasah soft skill-nya.
Duwik tercatat pernah menjadi anggota Pusat Komunikasi dan Informasi di Eksekutif Mahasiswa (EM), menjadi Ketua Departemen Humas di Badan Internal Olahraga dan Seni (BIOS).
Ia juga mengikuti kepanitiaan, seperti Informatics Education and Learning for Society Enhancement, Pekan Olahraga dan Seni Mahasiswa Baru, Olahraga dan Seni, serta Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar.
Di sisi lain, Duwik berpesan kepada teman-teman difabel yang ingin melanjutkan studi agar tidak takut.
“Tunjukan apa yang kau mampu, maka orang akan melihat kemampuanmu bukan keadaanmu,” ucapnya.
Lulusan UB Tanpa 2 Tangan Foto dengan Rektor Pakai Kaki

Selain Duwi, ada pula wisudawan disabilitas lainnya bernama Elo.
Dalam video beredar tampak Elo maju ke podium untuk menerima ijazah sekaligus bersalaman dengan rektor.
Ia kemudian mengabadikan momen bersama rektor dengan berfoto.
Karena tak memiliki dua tangan, Elo akhirnya bersalaman dengan rektor menggunakan kaki.
Saat sesi foto bersama, tampak kaki kanannya diangkat sebagai pengganti kedua tangannya yang tidak ada untuk bergaya.
Usai foto bersama itu, kemudian ia langsung bersalaman dengan Rektor menggunakan kakinya dan langsung disambut hangat oleh pimpinan kampus tersebut.
Elo lulus dari Program Studi Desain Grafis, Fakultas Vokasi dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,47.
Saat ini Elo sudah diterima bekerja di dua tempat, yakni di AIDRAN (Australia-Indonesia Disability Research) yang berpusat di Australia, dan sebuah industri Kreatif yang berlokasi di Malang sebagai social media officer dan content making.
Disabilitas daksa pada kedua tangan tidak menjadikan alasan untuk membatasi diri.
Selama kuliah Elo aktif mengikuti berbagai organisasi, di antaranya Eksekutif Mahasiswa pada bidang Advokasi, dan UKM Forum Mahasiswa Peduli Inklusi (FORMAPI) di bidang Humas.
Pria asal Denpasar, Bali ini bahkan pernah didapuk menjadi MC di konferensi internasional yang diadakan oleh AIDRAN-FH UB pada tahun 2019 yang mengantarkannya diterima bekerja di NGO tersebut.
“Konferensi yang diadakan tentang Interns Conference on Disability Rights. Saat itu saya satu-satunya mahasiswa difabel yang fasih berbicara bahasa Inggris di depan banyak orang, sehingga diminta menjadi MC."
"Selanjutnya saya beberapa kali terlibat dalam kegiatan AIDRAN, dan sangat bersyukur bisa mendapat kesempatan bekerja di instansi ini,” terangnya, dikutip dari laman resmi UB.
Dengan minatnya di bidang video editing, ke depannya Elo ingin melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi di bidang minat perfilman.
“Semoga teman-teman difabel bisa lebih semangat dalam meraih impian apapun itu. Karena saat ini lingkungan sosial dan kampus mulai menyediakan fasilitas dan akses untuk teman-teman disabilitas."
"Dengan adanya akomodasi tersebut, jangan sampai disia-siakan, karena kesuksesan berawal dari hal kecil,” pungkas Elo.
>>>Ikuti Berita Lainnya di WhatsApp SURYA.co.id
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.