Pilpres 2024

TANTANGAN Luhut Soal Hilirisasi Nikel Direaksi Cak Imin: Ayo Kita Cek, Itu Tak Dinikmati Masyarakat

Tantangan Luhut Pandjaitan soal hilirisasi nikel akhirnya disambut Cak Imin. Benarkah ugal-ugalan?

Editor: Musahadah
kolase tribunnews
Luhut Pandjaitan menantang Cak Imin untuk datang ke proyek hilirisasi, begini reaksi Cak Imin. 

SURYA.CO.ID - Tantangan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan terkait polemik hilirisasi akhirnya disambut calon wakil presiden nomor urut 1, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin. 

Luhut dalam video yang diunggah di akun media sosialnya sebelumnya ingin mengajak Cak Imin bertandang ke pusat pengolahan nikel di Weda Bay, Maluku Utara, dan Morowali, Sulawesi Tengah untuk menunjukkan secara langsung kondisi riil di lapangan yang merupakan buah dari hilirisasi atau penghiliran yang digaungkan pemerintah selama ini.

Hal ini diungkapkan Luhut menanggapi pernyataan Cak Imin di debat cawapres pada Minggu (21/1/2024) yang menyebut program hilirisasi yang dilakukan pemerintah Jokowi ugal-ugalan dan tidak membawa kesejahteraan. 

"Daripada anda berbohong kepada publik, satu karakter yang tidak bagus. Untuk mencapai posisi anda membohongi pubik dengan memberikan informasi seperti tadi," sindir Luhut dalam video yang diunggah di akun media sosialnya, Rabu (24/1/2024). 

Luhut lalu membeberkan data kemiskinan di daerah tersebut, yang menurutnya di Weda Bay ada penurunan kemiskinan dari 14,7 persen di tahun 2015 kini menjadi 12,4 persen tahun 2023. 

Baca juga: 5 Seruan Keras Luhut Pandjaitan ke Tom Lembong: Advice Bohong, Karakter Gak Bagus hingga Jangan Geer

Lalu, di Morowali, kemiskinan pada 2015 ada 15,8 persen, lalu tahun 2023 turun menjadi 12,3 persen. 

"Terjadi cukup perbaikan-perbaikan disana. Tapi itu saja tidak cukup. Ada politeknik kita dirikan di sana. sekali-kali berkunjung deh ke politeknik. Guru-gurunya berkelas ada dari ITB, dari UI, kita ajak mengajar di sana. Dan mereka langsung praktik di industri. Dan malah ada yang kirim ke Tiongkok untuk belajar industri yang lebih advance," katanya. 

Luhut juga membantah pernyataan Cak Imin yang menyebut banyak tenaga kerja asing di proyek hilirisasi.

Dikatakan Luhut, tenaga kerja dari luar yang dipekerjakan di proyek hilirisasi ini jumlahnya hanya 10-15 persen.

Namun, itu adalah tenaga kerja yang memang secara keahlian belum dimiliki bangsa Indonesia pada awalnya. 

"Sekarang secara bertahap berkurang. Ya, itu satu proses yang harus dilalui. Jangan kita juga munafik, jangan kita juga membohongi publik. dengan menyebarkan berita-berita palsu. Apalagi anda calon pemimpin, karakter itu menurut saya yang utama. Bukan soal pintar," seru Luhut kepada Cak Imin. 

Menanggapi hal ini, Cak Imin menyanggupi tantangan Luhut.

"Cek, ayo kita cek," kata Cak Imin saat ditemui usai menyambangi pusat budidaya ikan air tawar di Sumbergempol, Tulungagung, Jawa Timur, Kamis (25/1/2024).

Cak imin menjelaskan jumlah antara uang yang masuk kepada negara dari pertambangan baik itu langsung maupun hilirisasi jumlahnya sangat kecil dibandingkan kerusakannya.

Apalagi, tambahnya, ada tenaga kerja asing, ada kecelakaan kerja, hingga keuntungan besar tambang itu tidak dinikmati oleh masyarakat. 

"Itu tidak dinikmati oleh masyarakat Sulawesi Tengah. Begitu juga liat di Kalimantan Selatan, batu bara, apakah rakyat menikmati?" ujarnya.

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa ini juga yakin ihwal data yang ia pegang dan beberkan saat debat itu benar mengingat pendapatan negara yang tidak signifikan. Sehingga ia juga mengaku sangat siap atas tawaran Luhut itu. 

"Kan jelas pertumbuhan ekonomi sampe 13 persen loh di Sulawesi Tengah, tapi kemiskinannya naik. kemakmuran enggak terasa. Jadi pertumbuhan itu ke mana larinya? Dan pendapatan negara juga tidak signifikan, kecil," tutur Cak Imin. 

"Siap saja. Kita tiap saat bisa ngecek antara, apa ya bahasa NU-nya, mudharat dan manfaat," pungkasnya

Seruan Keras Luhut Untuk Tom Lambong

Luhut Pandjaitan memberikan seruan keras bagi Tom Lembong, co-capten Timnas Anies-Muhaimin.
Luhut Pandjaitan memberikan seruan keras bagi Tom Lembong, co-capten Timnas Anies-Muhaimin. (kolase istimewa/tribunnews)

Selain mengkritik Cak Imin, Luhut Pandjaitan juga memberikan seruan keras untuk Tom Lambong, Co-Captain Timnas Anies-Muhaimin (AMIN). 

Seruan keras Luhut Pandjaitan itu tak hanya terkait data-data yang disampaikan Tom Lembong untuk cawapres Muhaimin Iskandar yang dinilainya telah membohongi publik. 

Luhut Pandjaitan juga menyoroti pernyataan Tom Lembong di sejumlah media yang menolak keras hilirisasi. 

Berikut seruan Luhut ke Tom Lembong selengkapnya:

1. Sebut karakter Tom Lembong tidak bagus

Terkait pernyataan Tom Lembong yang menyebut harga nikel kini anjlok karena hilirisasi, Luhut meminta Tom melihat data selama 10 tahun. 

Hal ini penting karena siklus komoditi itu naik turun, apakah batubara, nikel, timah atau emas.

Dijelaskan, selama 10 tahun terakhir ini harga nikel dunia di angka 15.000 US Dolar. Bahkan pada periode 2014-2019 periode hilirisasi mulai kita lakukan, harga rata-rata nikel itu hanya 12.000 US dolar.

"Jadi, saya gak ngerti bagaimana Tom Lembong memberikan statemen seperti itu. Bagaimana anda memberikan advice bohong ke calon pemimpin yang anda dukung?

"Saya sedih lihat anda disitu. Artinya intelektualitas anda jadi saya ragukan. Oke, mungkin anda betul seorang intelektual, tapi karakter anda itu menurut saya ndak bagus," kritik Luhut. 

Luhut lalu menceritakan bagaimana cucunya yang belajar di Georgetown University memberikan komentar saat melihat Tom Lembong berbicara di Washington DC, dua minggu lalu. 

"Bagaimana opung ada seorang mantan menteri yang bicara menjelekkan pemerintahannya sendiri. Padahal pada waktu yang lalu dia bekerja di situ. What kind of personality is this, opung?," sindir Luhut lagi. 

2. Dampak Hilirisasi

Luhut lalu membeberkan dampak hilirisasi nikel terhadap kondisi negara.

"Tom harus ngerti, kalau harga nikel terlalu tinggi, itu sangat berbahaya. Kita harus belajar dari kasus cobalt, tiga tahun lalu harganya begitu tinggi. Orang akhirnya mencari bentuk baterai lain. itu salah satu lahirnya lithium ferro phosphate (LFT) itu. Jadi ini kalau kita bikin harga ketinggian, orang akan mencari alternatif lain, teknologi berkembang sangat cepat.," terang Luhut. 

Oleh karena itu, lanjutnya, pemerintah mencari keseimbangan benar supaya betul-betul nikel masih dibutuhkan sampai beberapa belas tahun yang akan datang.

"Tapi ingat lithium battery itu bisa recycling, tapi LFP tidak bisa recycling sampai hari ini. Tapi sekali lagi, teknologi itu terus berkembang.

"Dan kita bersyukur, LFP juga kita kembangkan dengan tiongkok dan lithium battery juga kita kembangkan dengan tiongkok maupun negara-negara lain," tegasnya. 

3. Minta Tom Lembong hentikan cerita yang tidak baik di luar

Tom Lembong (kiri) Luhut Binsar Pandjaitan (kanan)
Tom Lembong (kiri) Luhut Binsar Pandjaitan (kanan) (KOLASE IST/KOMPAS)

Terkait hilirisasi ini, Luhut lalu menitip titip pesan pada Tom Lembong.

"Walaupun tidak digoverment lagi jangan menceritakan yang tidak baik, padahal tidak sepenuhnya benar di luar. Ceritakan lah memang apa yang bagus. 

"Pernah kita inflasi di awah 3 persen? kan baru sekarang.
Pernah 44 bulan kita surplus ekspor? kan baru sekarang.
Apa itu, ya hilirisasi.

"Kita bisa maintain growth masih 5 persen. ditengah 2 keadaan ekonomi dunia begitu, dan kita masih berupaya di atas 5 persen, mungkin 6 persen pada tahun depan dan seterusnya sampai 2030, kita berharap masih trajectory kitaa bisa income per kapita kita 10 ribu US dollar. Dan kita masih berharap dan yakin untuk bisa besaran GDP kita sekitar 3 triliun US dollar atau lebih.
Jadi downstreaming itu akan membuat indonesia lebih bagus".

4. Bantah pernyataan Tesla tak pakai nikel 

Luhut membantah jika pabrik mobil listrik Tesla di Sanghai kini menggunakan 100 persen LFP.

"Mereka masih menggunakan baterai nikel. Jadi Seperti suplai nickel based baterai itu bukan oleh LG Korea Selatan untuk model mobil listrik yang diproduski tesla di Shanghai. Memang ada yang mulai LFP,"katanya. 

Luhut mengaku suatu ketika, tidak menutup kemungkinan nikel ini makin kurang penggunaannya, karena itu, harus digenjot, tapi dengan cara yang terukur.

"Sekarang kalau kita lihat hilirisasi kita di Katoda dan di banyak lagi bagian dari lithium baterai sudah sangat manju, yang membuat ekspor kita tidak hanya bergantung lagi pada ekspor raw materialnya," tukasnya.

5. Minta Tom Lembong Tidak Geer 

Terakhir Luhut mengomentari terkait pernyataan Tom Lembong yang mengaku 7 tahun memberikan contekan untuk Presiden Jokowi. 

Luhut membantah jika Tom Lembong-lah yang membuat contekan untuk Presiden Jokowi.

Luhut lantas blak-blakan mengenai sosok yang paling banyak memberikan contekan ke Presiden.

Menurut Luhut, orang tersebut adalah Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.

"Anda jangan geer juga bilang kasih note kepada ayahnya Mas Gibran (Presiden Jokowi), memang hanya Tom Lembong saja? Yang paling banyak kasih note kepada Pak Presiden adalah Bu Menlu Bu Retno," ucap Luhut.

Ia lantas menegaskan, bahwa memberikan catatan atau contekan kepada atasan atau pimpinan merupakan hal yang lazim dilakukan pada pemerintahan negara manapun.

Terlebih, pemberian catatan dari Tom Lembong kepada Presiden Jokowi dilakukan ketika Tom sedang menjabat menjadi Menteri Perdagangan pada Agustus 2015-Juli 2016 dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada Juli 2016-Oktober 2019.

"Itu bukan terjadi pada Presiden Jokowi saja, semua kepala negara itu kalau bilateral pasti ada yang di belakang ngasih note."

"Apakah karena anda hebat melakukan itu? Tidak, itu tugas anda sebagai pembantu Presiden, sebagai Menteri Perdagangan waktu itu sebagai Kepala BKPM," kata Luhut.

Hingga berita ini diunggah, belum ada pernyataan Tom Lembong menanggapi seruan dari Luhut Pandjaitan

Sebelumnya, nama Tom Lembong mendadak viral setelah tiga kali diucapkan cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming saat debat cawapres pilpres 2024. 

Awalnya, Gibran mengungkit pernyataan Cak Imin yang menyebut penjelasannnya tidak menjawab pertanyaan yang diberikan terkait strategi pembangunan bioregional.

Pertanyaan itu disampaikan Cak Imin sebelumnya kepada Gibran.

Padahal, menurut Gibran, apa yang disampaikan terkait pemerataan pembangunan justru telah menjawab pertanyaan Cak Imin.

"Katanya tidak menjawab pertanyaan, tapi Gus Muhaimin malah ngomongin pemerataan pembangunan itu kan tadi yang saya omongin Gus pemerataan pembangunan. Yang tidak lagi Jawa sentris harus Indonesia-sentris. Pembangunan IKN sebagai simbol transformasi pembangunan Indonesia, Papua dan lain-lain itu kan tadi udah saya jawab," ungkap Gibran.

Gibran kemudian kembali menekankan, bahwa pembangunan berbasis bioregional juga harus mempertimbangkan masyarakat di luar Jawa. Tujuannya supaya masyarakat bisa merasakan dampak konektivitas yang lebih baik.

Selain itu, agar masyarakat bisa merasakan penurunan inflasi, meningkatkan peluang kerja dan menumbuhkan titik pertumbuhan ekonomi baru.

"Itu tadi kan udah saya jawab, mungkin Gus Muhaimin juga tidak paham dengan pertanyaan yang diberikan ke saya ya," lanjut Gibran.

Putra sulung Presiden Joko Widodo itu kemudian menyinggung peran Thomas Lembong yang diduga memberi contekan pertanyaan untuk Cak Imin agar bisa ditanyakan kepadanya.

"Mungkin itu kan mungkin dapat contekan itu dari Pak Tom Lembong. Mungkin ya, terima kasih," ungkapnya.

Tahu namanya disebut-sebut dalam debat cawapres kemarin, pemilik nama lengkap Thomas Lembong ini akhirnya buka suara.

Tom Lembong menanggapi Gibran yang menyebut-nyebut namanya.

Menurutnya Tom, penyebutan namanya itu merupakan sebuah kerinduan lantaran sudah tak lagi bekerja di pihak Jokowi, ayah Gibran.

Tom Lembong bercerita bahwa selama tujuh tahun dirinya kerap membuat 'contekan' untuk ayah Gibran, Joko Widodo di Istana.

"Tentunya selama 7 tahun saya membuat contekan dan menulis pidato untuk ayahnya, Pak Presiden. Dan saya bisa mendeteksi mungkin sebuah rasa rindu bahwa saya tidak lagi di situ untuk memberikan masukan-masukan yang berkualitas," kata Tom Lembong mengutip Bangkapos.com, Rabu.

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved