Puasa Ramadhan
Hukum dan Niat Puasa Qadha Ramadhan di Bulan Rajab
Bulan Januari 2024 bertepatan dengan Bulan Rajab dalam kalender Hijriyah. Bolehkah Qadha Ramadhan di bulan Rajab? Berikut niat dan hukumnya.
Penulis: Arum Puspita | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.CO.ID - Bulan Januari 2024 bertepatan dengan Bulan Rajab dalam kalender Hijriyah.
Di Bulan Rajab, umat Islam dianjurkan melaksanakan puasa sunnah.
Dalam hadist sahih, Umat Islam dianjurkan melaksanakan puasa sunnah di bulan ke-7 kalender Hijriyah tersebut.
"Utsman bin Hakim al-Anshari berkata, ‘Saya pernah bertanya kepada Sa’id Ibnu Jubair terkait puasa Rajab dan kami pada waktu itu berada di bulan Rajab. Said menjawab, ‘Saya mendengar Ibnu ‘Abbas berkata bahwa Rasulullah SAW berpuasa (berturut-turut) hingga kami menduga Beliau SAW selalu berpuasa, dan Beliau tidak puasa (berturut-turut) sampai kami menduga Beliau tidak puasa,’” (HR Muslim).
Namun bagi umat Islam yang masih memiliki utang Puasa Ramadan, dianjurkan melaksanakan puasa qadha terlebih dahulu.
Menurut Mazhab Asy-Syafi’i, mengganti puasa qadha lebih utama dari pada melaksanakan puasa sunnah.
Djelaskan An-Nawawi (w. 676 H) salah satu ulama dalam mazhab Asy-Syafi'iyah di dalam kitabnya Raudhatu At-Thalibin wa Umdatu Al-Muftiyyin - Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab menuliskan sebagai berikut :
فلو أخر القضاء إلى رم ضان آخر بلا عذر أثم ولزمه صوم رمضان الحاضر ويلزمه بعد ذلك قضاء رمضان الفائت ويلزمه بمجرد دخول رمضان الثاني عن كل يوم من الفائت مد من طعام مع القضاء
Ketika seseorang menunda qadha sampai masuk Ramadhan berikutnya tanpa udzur maka ia berdosa. Dan wajib baginya berpuasa untuk Ramadhan yang kedua, dan setelah itu baru menqadha unruk Ramadhan yang telah lalu. Dan juga wajib baginya membayar fidyah untuk setiap hari yang ia tinggalkan dengan hanya masuknya Ramadhan kedua. Yaitu satu mud makanan beserta dengan qadha.
Dasar kewajiban fidyah ini adalah atsar sahabat, yang diriwayatkan darai shahabat Abu Hurairah. Sebagaimana disebutan oleh Imam an-Nawawi dalam kitabnya al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab ia menyebutkan:
لما روى عن ابن عباس وابن عمر وأبي هريرة
انهم قالوا فيمن عليه صوم فلم يصمه حتى ادركه رمضان آخر يطعم عن الاول
Dalilnya adalah riwayat dari Ibn Abbas, Ibn Umar dan Abu Hurairah bahwasanya mereka menghukumi orang yang memiliki hutang puasa kemudian tidak mengqadhanya sampai datang Ramadhan berikutnya wajib memberi makan (fidyah) untuk puasa ramadhan yang pertama.
ولفظ الروايات عن أبي هريرة " من مرض ثم صح ولم يصم حتى أدركه رمضان آخر قال يصوم الذي أدركه ثم يصوم الشهر الذي أفطر فيه ويطعم مكان كل يوم مسكينا "
Adapun redaksi riwayat dari Abu Hurairah: barang siapa yang sakit , kemudian sembuh ( memungkinkan untuk mengqadha puasanya) namun ia tidak segera membayar puasanya itu, sampai datang Ramadhan berikutnya maka ia wajib berpuasa untuk Ramadhan saat itu terlebih dahulu. Kemudian baru mengqadha puasa Ramadhan yang telah lalu dan memberi makan setiap hari (jumlah puasa yang tertinggal) satu orang miskin.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.