Pemilu 2024

Caleg Bondowoso Jual Ginjal Buat Dana Kampanye Pemilu 2024, Ini Risiko Kesehatan yang akan Dialami

Seorang caleg di Bondowoso viral lantaran ingin menjual salah satu ginjalnya untuk modal biaya kampanye Pemilu 024.

Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: irwan sy
ist
Erfin Dewi Sudanto Caleg Bondowoso menunjukan surat pernyataan jual ginjal untuk dana kampanye Pemilu 2024. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Seorang caleg di Bondowoso nekat ingin menjual salah satu ginjalnya untuk modal biaya kampanye Pemilu 024.

Dari segi kesehatan, Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UM Surabaya, Firman, mengungkapkan donor ginjal tanpa indikasi medis tertentu akan sangat berbahaya.

“Dampaknya bukan saja soal masalah kesehatan yang bisa timbul dikemudian hari, tetapi justru akan menimbulkan beban ekonomi keluarga yang tidak murah, sebab seseorang yang hidup dengan satu ginjal, risiko mengalami masalah kesehatan ginjal makin besar,” ujar Firman Jumat (19/1/2024).

Firman menjelaskan hal itu disebabkan karena ginjal memiliki tanggung jawab besar dan sangat vital bagi tubuh.

Beberapa fungsi tersebut di antaranya, membuang racun atau sampah yang tidak dibutuhkan oleh tubuh melalui urin, selain itu menjaga keseimbangan elektrolit dan cairan serta menjaga tekanan darah agar tetap dalam rentan normal.

“Pada umumnya setiap orang memiliki dua buah ginjal, agar keduanya bisa bekerja maksimal untuk menyaring dan membuang zat-zat sisa melalui urin, namun ketika seseorang hanya memiliki satu ginjal, baik karena rusak atau karena donor, maka beban ginjal tersebut menjadi lebih berat, sehingga risiko mengalami kerusakan ginjal juga lebih besar,” tegas Firman lagi.

Ia menjelaskan kerusakan pada ginjal atau penyakit gagal ginjal ditandai dengan menurunnya fungsi ginjal, mulai ringan hingga berat atau disebut stadium 1 hingga 5.

Dari laporan Organisasi Kesehatan Ginjal Dunia (International Society of Nephrology), bahwa jumlah kasus penyakit gagal ginjal di seluruh dunia mencapai 850 juta jiwa.

Sementara di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, tahun 2020), sebanyak 1.602.059 jiwa mengalami gagal ginjal, kasus rata-rata beusia di atas 20 tahun.

Dan terapi pengganti ginjal yang paling banyak dilakukan adalah hemodialisis atau cuci darah (HD) (97 persen), peritoneal dialysis (2 persen), dan transplantasi atau donor ginjal (1 % ).

Terapi transplantasi atau donor ginjal dulu kurang diminati, namun belakangan ini angkanya terus meningkat.

Bahkan beberapa penelitian di dunia menyebutkan bahwa donor ginjal banyak dilakukan oleh masyarakat berpenghasilan rendah, dan donor dilakukan di negara berpendapatan tinggi.

Hal ini dikaitkan dengan isu lantaran pendonor mendapat bayaran uang ratusan juta rupiah.

Alasan yang lain karena lama rawat yang relative pendek, yaitu 1 minggu setelah seseorang melakukan donor sudah bisa beraktivitas kembali.

Karena dua alasan inilah belakangan donor dan jual ginjal makin diminati sebagian orang, terutama yang sedang mengalami kesulitan ekonomi.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved