Berita Viral

Sosok Guru Honorer di Jambi yang Curhat Tak Lolos PPPK Padahal Nilai Tinggi, Sudah 13 Tahun Mengabdi

Terungkap sosok guru honorer di Jambi yang curhat tak lolos PPPK, padahal mendapat nilai tes tinggi. Sudah 13 tahun mengabdi.

Penulis: Arum Puspita | Editor: Adrianus Adhi
KOLASE X
Guru honorer di Jambi curhat tak lolos PPPK padahal nilai tinggi 

SURYA.CO.ID - Terungkap sosok guru honorer di Jambi yang curhat tak lolos Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), padahal mendapat nilai tes tinggi. 

Sosok guru honorer itu pertama kali viral dari unggahan akun media sosial X (dulunya Twitter) @REP0RT_ID.

Guru honorer itu mengaku mengikuti tes PPPK guru untuk penempatan di Kota Sungai Penuh, Jambi. 

Ia kemudian mempertanyakan alasan dirinya tidak lolos PPPK, padahal memiliki nilai yang tinggi.

"Aku ndak betanyo kepada pejabat yang berwenang dalam tes PPPK. Apo dasar yang dinilai?" katanya sambil menangis.

"Sampai sampai nilai yang tinggi tidak kayo loloskan nilai yang rendah diloloskan,” sambungnya.

Dengan suara bergetar, guru honorer tersebut merana karena telah 13 tahun mengabdi di dunia pendidikan.

"Masa pengabdian aku 13 tahun, dikato umur aku lah lebih 35 tahun," ungkapnya.

"Tolong kayo sampaikan apo dasar yang kayo nilai itu apo," ucapnya lagi.

Dalam video lainnya, guru honorer itu pun bercerita bahwa dirinya telah mengorbankan banyak hal untuk bisa mengikuti tes PPPK.

"Pengabdian 13 tahun tidak diperhitungkan, nilai tinggi tidak diperhitungkan," katanya.

"Padahal berangkat Jambi ongkos dipinjam ndak samo jugo tes," imbuhnya tersedu-sedu.

Hingga artikel ini ditulis, Rabu (27/12/2023), video tersebut telah dilihat sebanyak lebih dari seribu kali.

Sejumlah warganet pun merasa simpati terhadap apa yang dialami oleh guru honorer tersebut dan memberikan dukungan padanya.

Terbaru, sosok guru honorer itu pun terungkap. 

Ia adalah Epi Sartika, guru honorer di SD 041/XI, Desa Kampung Tengah, Kecamatan Kotobaru, Kota Sungai Penuh Jambi

Epi tercatat sudah 13 tahun lamanya mengabdi sebagai guru honorer.

Dia bertekad bisa lulus PPPK itu hanya ingin punya jaminan sosial buat dirinya.

Epi bercerita, selama menjadi guru honorer dia hanya mendapatkan upah Rp 300 ribu buat 6 bulan bekerja.

Suami Epi bekerja sebagai buru harian lepas. Mereka memiliki satu orang anak. 

Tentu pendapat tersebut tidak bisa mencukupi kehidupan keluarganya. 

Kendati begitu, Epi tak mengeluh dan terus bertahan untuk mengabdi sebagai seorang guru.

Respon BPKSDM

Sementara terkait video Epi yang viral, Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kota Sungai Penuh, Nina Pastian mengatakan, bahwa hasil tes PPPK semua sudah sesuai aturan.

"Nanti kami siap menampung peserta yang ingin bertanya," ungkap Nina, dikutip dari TribunJambi, Minggu (24/12/2023).

"Atau kalau bisa dan lebih jelas langsung bertanya ke Kemendikbud, nanti kami fasilitasi," imbuhnya.

Nina juga menyatakan, bahwa seleksi penerimaan PPPK merupakan agenda nasional.

Hal tersebut, kata Nina, sudah berdasar aturan yang ditetapkan dan melalui sistem dari BKN dan Kemendikbud.

"Sedikit saja kami merubah angka otomatis sistem pusat tidak bisa memproses dan menolaknya termasuk juga untuk pengusulan NIP nanti kami melampirkan semua data, nilai dan bukti lain," tuturnya.

"Jika tidak sesuai otomatis NIP tidak akan keluar," pungkasnya.

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved