Berita Surabaya

Pemkot Surabaya Revitalisasi 155 Sekolah Selama 2023, Ada yang Berkonsep Sekolah Sejarah

Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya melalukan revitalisasi terhadap 155 sekolah pada 2024 mendatang.

|
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: irwan sy
bobby constantine koloway/surya.co.id
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi saat berada di Sekolah Sulung beberapa waktu lalu. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya melalukan revitalisasi terhadap 155 sekolah pada 2024 mendatang.

Selain itu, Dindik juga melakukan pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) sebanyak 49 ruangan di 7 sekolah.

"Perbaikan maupun pembangunan RKB sekolah di 2024 meningkat dibanding 2023. Tahun 2022, revitalisasi sekolah kurang dari seratus sekolah," kata Kepala Dindik Surabaya Yusuf Masruh di Surabaya, Kamis (28/12/2023).

Yusuf menerangkan, revitalisasi bangunan tersebut bertujuan untuk beberapa hal, di antaranya penataan ruang terbuka, peremajaan bangunan lama, hingga penguatan konsep budaya.

"Kan ini juga penataan ruang terbuka juga. Kalau itu gedung lama, lebih baik direvitalisasi. Sehingga, punya ruang terbuka," kata Yusuf.

Revitalisasi tersebut juga membuat suasana belajar semakin efektif.

Penambahan ruang terbuka akan sekaligus membuat siswa dapat menyerap ilmu secara optimal melalui pembelajaran yang tak melulu di kelas.

"Kurikulum merdeka kan butuh ekspresi di ruang terbuka. Anak senang, aman, menyenangkan, sehingga ceria. (Pembelajaran) dengan mudah masuk (ke siswa)," kata Yusuf.

Ada pula sekolah yang direvitalisasi sebagai Sekolah sejarah, yakni Sekolah Sulung yang sebelumnya bernama SDN Alun-Alun Contong I/87.

Sekolah ini merupakan lokasi ayah Bung Karno, Soekemi Sosrodihardjo mengajar.

Di sekolah Sulung, Pemkot akan menonjolkan bangunan kelas yang menjadi bangunan cagar budaya.

Sedangkan bangunan baru lainnya akan dibangun di sisi belakang.

"Ada sekitar 6 kelas baru yang akan dibangun di sekolah ini. Nantinya, dari depan akan nampak bangunan cagar budayanya," katanya.

Selain itu, Sekolah Sulung juga akan dilengkapi dengan ruang terbuka.

"Sekolah Sulung ini kan memang sekolah sejarah," katanya.

Sebelumnya, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengembalikan nama Sekolah Dasar Negeri (SDN) Alun-alun Contong I/87 menjadi SDN Sulung Surabaya, Sabtu (17/6/2023).

Menurut Wali Kota, keberadaan sekolah ini menjadi salah satu penanda bahwa Bung Karno memang lahir di Surabaya.

Di tempat ini, Ayahanda Presiden pertama RI Soekarno, Soekemi Sosrodihardjo sempat mengajar sejak 1989 dengan nama awal sekolah Inlandsche School Soeloeng.

Hingga akhirnya Soekarno lahir pada 1901 di Jalan Pandean Gang IV No. 40 Kota Surabaya, tempat tinggal Soekemi dan istrinya, Ida Ayu Nyoman Rai.

Namun, hal ini lantas tak banyak diketahui masyarakat karena lenyapnya nama sekolah sejak masa era orde baru.

"Namun tiba-tiba menjadi SDN Alun-alun Contong, sejarahnya hilang. Ini yang akhirnya harus kita kembalikan lagi namanya," kata pria kelahiran Surabaya ini.

Komunitas sejarah Begandring Soerabaia berharap penguatan sejarah tersebut bukan sekadar mengembalikan nama sekolah tersebut.

Namun, juga menjadikan sekolah ini sebagai pendidikan sejarah bagi anak-anak di Kota Pahlawan.

"Bung Karno lahir di Surabaya. Buktinya apa? Ayahnya kerja di Surabaya. (Lokasi) mengajar dengan rumahnya juga dekat," tandas Anggota Begandring Soerabaia, Kuncarsono Prasetyo yang turut hadir bersama Wali Kota Eri.

Tak berhenti dipengembalian nama saja, komunitas ini berharap sekolah tersebut dipugar menjadi bentuk asli seperti saat kali pertama sekolah ini berdiri.

"Tetap sebagai ruang kelas, namun dengan suasana seperti dulu, misalnya, kondisi pintu, lantai, dan infrastruktur dikembalikan seperti dahulu. Kemudian meja dan kursi bisa menggunakan kursi replika dengan model seperti dahulu," katanya.

Sekolah ini akan menyuguhkan suasana tempo dahulu sekaligus mengajak pengunjung meneladani semangat masa kemerdekaan.

"Sesuai arahan Pak Wali, sekolah kebangsaan dan pengenalan ideologi Sukarno bisa dimulai dari situ," katanya.

Momentum ini menjadi penguat bahwa Surabaya dan Bung Karno merupakan bagian tak terpisahkan.

"Ini menjadi kebanggaan, khususnya warga Surabaya. Harapannya, ini bisa dimasukkan dalam kurikulum pendidikan," katanya.

Siswa nantinya bisa diajak ke tempat-tempat bersejarah.

"Dengan berkeliling, akan semakin mudah mengerti sejarah dan mengerti dan meneladani sejarah dari pada sekadar menghafal," katanya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved