Pilpres 2024

Wawancara Ekslusif - Fery Farhati Bongkar Alasan Sebenarnya Anies Baswedan Ikut Pilpres 2024

Wawancara Eksklusif Istri Capres Anies Baswedan, Fery Farhati, dan istri Cawapres Muhaimin Iskandar, Rustini Murtadho, safari politik di Jatim

Penulis: Nuraini Faiq | Editor: irwan sy
ahmad zaimul haq/surya.co.id
Fery Farhati (duduk di kursi), istri Capres Anies Baswedan, saat berkunjung ke kantor Redaksi Harian Surya & Tribun Jatim Network di sela safari politik di Surabaya, Rabu (20/12/2023). Kedatangan Fery Farhati ini juga ditemani Rustini Murtadho, istri Cawapres Muhaimin Iskandar. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Istri Capres Anies Baswedan, Fery Farhati, dan istri Cawapres Muhaimin Iskandar, Rustini Murtadho, mulai safari politik keliling Jatim.

Mereka istri AMIN (Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar) akan menjalankan peran pentingnya sebagai pendamping suami untuk ikut mengerek elektabilitas suami mereka, terutama di Jatim.

Fery Farhati Baswedan dan Rusti Murtadho Muhaimin pun kompak turun langsung menemui kaum perempuan di Surabaya, sepanjang Rabu (20/12/2023).

Keduanya menyapa langsung warga dan kaum perempuan Jatim.

Di tengah agenda itu, istri pasangan capres dan cawapres ini singgah di Redaksi Harian Surya (Tribunnetwork).

Berikut wawancara ekslusif kedua istri Capres dan cawapres AMIN yang bicara terbuka dengan Pimpinan Redaksi Tribun Jatim Network Tri Mulyono:

SURYA: Selamat menikmati Surabaya dan Jatim. Sebagai istri AMIN dengan semangat perubahan, isu apa yang diangkat selama di Jatim ini?  
Fery Farhati: Terima kasih Harian Surya Tribun Network. Tadi kami memulai pagi saya kelling Surabaya. Kami akan mengusung isu-isu perempuan juga isu Milenial.

Rustini Murtadho: Kami memang dengan isu perempuan. Kami tadi menemui ibu-ibu hamil. Ada juga perempuan yang harus menjadi kepala keluarga. Orang-orang seperti ini harus mendapat perhatian khusus. AMIN akan perhatikan. 

SURYA: Tadi sudah keliling Surabaya. Apa yang dilakukan secara spesifik? 
Fery Farhati: Tadi bertemu relawan emak-emak AMIN. Mereka adalah perempuan pendukung dengan penuh semangat dan tekad untuk memenangkan AMIN.

Kami melihat sosok perempuan memang luar biasa. Sebagai ibu rumah tangga yang menuntaskan urusan rumah. Senang bertemu mereka. Setelah itu, kami jalan jalan ke toko oleh-oleh Surabaya, borong sambal khas Surabaya.

SURYA: Tadi kami mendengar juga menemui para ibu hamil. Apa yang disampaikan?
Fery Farhati: Ya betul. Tadi kami bertemu ibu hamil, mereka kepala RT. Ini momen nya pas Hari Ibu. Mereka lagi-lagi sosok perempuan tangguh. Mereka harus menghidupi keluarga sendiri. Ditinggal suami. Kami menyerap berbagai aspirasi dengan mereka. Kami share cerita untuk menguatkan mereka. Jadi ibu RT tidak mudah. Perlu dukungan kebijakan dari pemerintah yang berpihak kepada mereka.

SURYA: Saat ini banyak kalangan anak muda yang akrab dengan digitalisasi dan serba cepat. Bagiamana Bu Fery dan Bu Rus melihat fenomena ini? 
Fery Farhati:Tadi kami bicara dan membagi pengalaman dengan anak muda Milenial. Kami pernah berada di usia itu. Namun saat ini konteksnya berbeda. Tapi bagaimana menghadapi masalah dan krisis sama. Saat ini menuntut kecepatan informasi dengan cepat pula informasi datang. Namun anak muda punya energi tidak ada habisnya. Idenya begitu banyak. Bagiamana menguasai isu anak muda sekarang, dibutuhan mental. Mereka yang punya energi perlu tempat menyalurkan energi yang membawa kebahagiaan.
Rustini Murtadho: Saat ini yang diperlukan anak muda adalah keseimbangan. Seimbang, tidak hanya fokus dunia maya. Tapi harus diimbangi dengan dunia nyata. Berselancar maya juga berinteraksi sosial. Sentuhan duniainyata itu bisa berdampak positif pada kehidupan.

SURYA: Pak Anies dan Gus Muhaimin uusan dunia susah selesai. Stimulus apa sehingga mendukung suami ikut kontestasi Pilpres 2024?
Rustini Murtadho: Saya pernah ngobrol sama suami, kenapa harus susah Nyapres. Bukankah tanggung jawab dan amanahnya besar. Bukankah kita akan menghadapi amanah yang lebih besar lagi. Tanggung jawab besar. Ini yang saya pertanyakan ke suami. Kenapa kok mau kontestasi. Kita kan sudah cukup seperti ini. Nyaman seperti ini. Ketika saya tanya ke suami, dia jawab kalau jadi anggota DPR bukan penentu kebijakan. Kalau capres inilah penentunya. Kebijakan kepada masyarakat. Dengan begitu kalau ada kebutuhan masyarakat kita bisa tentukan. Dengan alasan ini maslahatnya lebih besar.

SURYA: Bu Feri bagaimana kisahnya suami Nyapres? Apa pembicaraannya?
Fery Farhati: Saya besama Mas Anis 26 tahun. Prosesnya tidak ujug ujung. Kami juga mengawali kontestasi di Pilkada. Saat itu usia jadi Mentri kami mau berhenti. Kami pernah bersama pendidikan di luar negeri. Jadi kami Bisa saling paham. Kembali ke amanah. Saat Kontestasi Gubenur, mas Anies Menteri. Tapi ada partai dan masyarakat yang minta. Akhirnya mint izin ibunya Mas Anies. Dijawab kalau itu ada amanah dari orang, direstui. Tapi jangan hanya kepengen. Begitu Nyapres.
Kalau keinginan dapat posisi, Jangan. Kalau ada amanah, diridhoi ibu. 

SURYA: Kenapa Anies diidentikkan politisi identitas?
Fery Farhati: Label itu pernah dialamatkan ke Mas Anies Islam liberal. Semua pernah melekat. Saya sendiri yang menjalani kehidupan keluarga bersama dia. Mas Anies itu merangkul semua. Tidak boleh satu golongan saja. Kami juga dari keluarga yang merangkul semua. Hanya satu soal saja disorot.
Rustini Murtadho: Saya warga DKI. Isu yang ditempel itu saya tidak merasakannya. Pak Anies interaksi dengan agama lain bagus. Apa yang diragukan. Konstituen kita sendiri, akan pernah ragu akan ada khilafah. Selama di DKI Tidak ada tanda tanda khilafah. Dia NU kok. Ziarah ke makam juga.
 
SURYA:Apa yang paling berkesan Surabaya dengan orang-orangnya ? 
Fery Farhati: Saya terkesan dengan pesantren dengan kehidupan ning dan Bu Nyai. Yang kami tahu itu pesantren itu ya kiyai. Ternyata di balik itu ada pernah Bu Nyai dan Ning yang menjaga keseimbangan pesantren. Menyiapkan logistik dan ibu kedua bagi santri. Ada yang santri tidak bisa pulang kampung liburan ke pesantren. Bu nyai punya peran instrumental bagi pesantren.
Rustini Murtadho: Saya pernah punya kesan kalau orang Surabaya terkesan keras. Tapi ini lah karakter. Tapi saya suka karena terbuka. Dengan begitu lebih mudha untuk dekat. Bahasanya terbuka dan blak blakan. Komitmenya kuat.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved