KKB Papua

Sosok Elkius Kobak Pimpinan KKB Papua yang Kena Karma Usai Aniaya Nakes, Kehilangan 2 Markas

Inilah sosok Elkius Kobak, pimpinan KKB Papua yang kena karma setelah aniaya nakes di Yahukimo. Kehilangan 2 Markas.

facebook
Sosok Elkius Kobak Pimpinan KKB Papua yang Kena Karma Usai Aniaya Nakes, Kehilangan 2 Markas. 

SURYA.co.id - Inilah sosok Elkius Kobak, pimpinan KKB Papua yang kena karma setelah aniaya tenaga kesehatan (Nakes) di Yahukimo.

Diketahui, Elkius Kobak dan anak buahnya melakukan penganiayaan terhadap sejumlah nakes di Yahukimo.

Tak lama setelah aksi kejinya itu, Elkius Kobak Cs kena karma.

Mereka kehilangan 2 markasnya karena diduduki oleh aparat.

Menurut penelusuran SURYA.co.id, Elkius Kobak merupakan panglima TPNPB Kodap XVI Yahukimo.

Elkius Kobak dan KKB Papua pimpinannya telah banyak melakukan aksi teror.

Sebelumnya, terjadi pembunuhan seorang warga bernama Azis di lokasi tambang ilegal di Distrik Awimbon, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, pada Rabu (20/8/2022).

Elkius Kobak juga merupakan atasan Temianus Magayang, pimpinan KKB Papua yang pernah ditangkap oleh tim gabungan Satgas Nemangkawi.

Sebelumnya, KKB Papua dapat pembalasan setelah aksi kejinya memberondong tenaga kesehatan (nakes) di Yahukimo.

KKB Papua harus kehilangan dua markasnya.

Dua markas KKB Papua berhasil diduduki Satgas Damai Cartenz.

Satgas Damai Cartenz menduduki markas Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Elkius Kobak di Kali Ei dan Kali Brasa Kabupaten Yahukimo, Sabtu (4/11/2023).

"Ya benar, kami telah berhasil lakukan operasi gabungan di Yahukimo sejak Senin (30/10/2023) dan hari ini, Sabtu (4/11/2023) tim telah berhasil menduduki 2 Markas KKB pimpinan Elkius Kobak yaitu Markas Kali Ei dan Markas Kali Brasa," kata Kepala Operasi Damai Cartenz-2023, Kombes Pol Faizal Ramadhani, melansir dari Tribun Papua.

Namun sayangnya anggota KKB kelompok Elkius Kobak yang berada di Kali Ei dan Kali Brasa Yahukimo tersebut berhasil lolos dari sergapan.

"Saat ini kedua markas telah diduduki dan hancurkan serta sejumlah barang bukti berhasil disita dari markas tersebut," ungkap Faizal.

Sementara Kasatgas Humas Operasi Damai Cartenz 2023, AKBP Bayu Suseno menjelaskan, terdapat sejumlah barang bukti berhasil disita dari kedua markas KKB tersebut.

Barang bukti yang disita antara lain solar sel 4 unit, mesin genset 6 unit, senjata tajam berupa parang, panah dan jubi, 2 buah HT, 2 unit senapan angin, dan 1 stel pakaian loreng khas KKB.

"Terdapat juga barang bukti berupa suntikan dan beberapa botol ampul serta sejumlah obat-obatan diduga hasil merampas dari tenaga kesehatan di Puskesmas Amuma Yahukimo yang beberapa waktu yang lalu dianiaya KKB saat sedang bertugas di sana," jelas Bayu.

"Pertimbangan posisi markas berada diantara dua ketinggian sehingga tidak memungkinkan untuk membawa seluruh barang bukti, maka sebagian barang bukti langsung kami musnahkan di lokasi," katanya.

Satgas Damai Cartenz 2023 akan terus melakukan upaya penegakan hukum terhadap KKB yang berada di sekitar kota Dekai Yahukimo.

"Kami akan terus lakukan pengejaran dan akan kami hancurkan markas KKB lainnya yang berada di sekitar kota Dekai Yahukimo," tandas Bayu.

Sebelumnya, niat baik sejumlah tenaga kesehatan atau Nakes yang menuju ke Yahukimo mendapat balasan keji dari kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB Papua.

Tugas mulia para nakes tersebut malah disambut dengan berondongan tembakan KKB Papua.

Para nakes tersebut awalnya ingin mengecek langsung bencana kelaparan di Distrik Amuma, Yahukimo.

Tapi KKB Papua malah menuduh mereka sebagai mata-mata dan melakukan penyerangan.

Kelima nakes tersebut yaitu Ferdinandus Suweni, Adrianus Erdwarder Harapan, Sandi Ransa, Danur Widuran, dan Angganita Mandowen.

Danur Widuran, satu di antara nakes yang dianiaya KKB menuturkan, ia dan empat rekannya diberi tugas oleh kemenkes untuk melakukan pelayanan kesehatan di Distrik Amuma karena ada informasi mengenai bencana kelaparan.

"Kami nakes dari Kemenkes turun diminta untuk pelayanan kesehatan yang memungkinkan dilakukan di Amuma," kata dia, melansir dari Tribun Papua.

Hari pertama pelayanan, kata Danur, semuanya berjalan dengan normal, dan penyambutan masyarakat sangat baik.

"Pada saat pelayanan kami baik-baik saja, karena kami berangkatnya sekitar jam 8-9, sehingga untuk antar-jemput itu tidak memungkinkan.

Setelah kami koordinasi dengan kepala puskesmas dan kepala Dinas Kesehatan, mereka katakan tidak apa-apa menginap di sana," tuturnya.

Keesokan harinya, pada saat menunggu kedatangan pesawat, aksi penyerangan kemudian terjadi.

"Kami melakukan pelayanan pagi sampai sore dan kami menginap.

Pagi kami menunggu pesawat tapi tidak datang, di situlah kami diserang," kata Danur yang merupakan dokter umum.

Angganita Mandowen, satu di antara korban lainnya mengatakan, aksi penyerangan terjadi saat keempat rekannya pergi memeriksa informasi penerbangan ke lokasi yang memiliki rasio SSB karena di Amuma tidak terdapat jaringan telekomunikasi.

"Mereka berempat ke tempat SSB menanyakan pesawat datang jam berapa, kalau saya duduk di puskesmas. Cuma memang situasi kemarin tidak seperti biasa," kata dia.

Kemudian sekitar 30 puluh orang yang tidak dikenal datang dan berteriak ke arah rekan-rekannya yang sedang berjalan ke rumah seorang perawat.

Khawatir adanya ancaman, maka anggota meminta seluruh rekannya masuk ke sebuah kamar.

"Pas turun kami sedang berada di rumah perawat, adik yang dengar dari ujung bandara sudah berteriak, saya bilang masuk semua satu kamar tidak boleh ada yang keluar," ungkapnya.

Tetapi salah satu korban, Adrianus Erdwarder Harapan, justru mencoba melarikan diri dengan melompat dari jendela yang ada di kamar tersebut.

Nahas baginya, ternyata orang-orang tersebut sudah berada di luar dan menyerangnya menggunakan senjata tajam.

"Tapi karena adik terlalu panik, dia lompat keluar jendela, dia dipotong tangannya," ungkap Angganita.

Setelah Adrianus tertangkap, para pelaku kemudian mengumpulkan seluruh korban di lapangan terbang Amuma.

Setelah itu, diketahui bahwa para penyerang mengira para nakes merupakan anggota intelijen yang sengaja masuk ke Amuma.

"Saya masih pakai atribut masyarakat kemudian dia (pelaku) kaget, terus saya bilang kami tim kesehatan, (pelaku bertanya) kalian menyamar, kami tidak menyamar, kami memang orang kesehatan, lalu mereka kumpul kami semua (korban) terus saya bilang ini semua petugas kesehatan," tuturnya.

Tidak puas dengan jawaban Angganita, para pelaku kemudian mulai menganiaya para nakes.

Tetapi setelah mereka memeriksa kartu identitas para korban, baru pelaku percaya bahwa korban adalah nakes.

"Mereka semua ditendang, dipukul, saya pele (halau) mereka lalu kami semua diminta KTP untuk meyakinkan bahwa kami betul tenaga kesehatan. Puji Tuhan dengan KTP dan apa yang kami kumpulkan, kami semua tidak dibunuh," kata dia.

"Dokter sama adik perawat sepertinya rusuknya patah kalau saya karena banyak baku melawan dengan mereka, jadi muka saya ditendang," sambung Angganita.

Mengenai para pelaku, Angganita menyebut mereka sempat mengaku sebagai bagian dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Kodap XVI Yahukimo.

"Saat aniaya kami mereka sempat bilang, kami dari Batalyon Silimo Kodap XVI," kata dia.

>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id 

Sumber: Tribun Papua
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved