Surya Kampus

Kemendikbudristek Dorong Perguruan Tinggi di Jatim Adakan MBKM Mandiri untuk Atasi Masalah Sosial

Belmawa Kemendikbudristek mendorong perguruan tinggi di Jawa Timur untuk menjalankan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) secara Mandiri.

Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: irwan sy
ist
Perwakikan perguruan tinggi di Jatim saat menyusun kurikulum MBKM Mandiri di Universitas Ciputra Surabaya,Kamis (19/10/2023). 

SURYA.co.id | SURABAYA - Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendorong perguruan tinggi di Jawa Timur untuk menjalankan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) secara Mandiri.

MBKM ini dilakukan dengan fokus pada usaha menyelesaikan persoalan sosial, mulai dari kemiskinan, pangan, kekeringan, dan pengangguran.

Upaya ini dilakukan dengan menggelar multistakeholder dialogue (MSD) MBKM Mandiri di Kampus Universitas Ciputra Surabaya.

MSD tersebut diselenggarakan oleh  bekerja sama dengan Kampus Merdeka Mandiri (KMM) dan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah VII Jawa Timur, serta dihadiri 10 calon mitra MBKM dan 33 perwakilan Perguruan Tinggi swasta se-Jawa Timur.

Kepala Bagian Umum LLDIKTI Wilayah VII, Ivan Rovian, mengatakan bahwa Program MBKM, yang diluncurkan tahun 2020, adalah bagian dari upaya Kemendikbudristek untuk menjawab tantangan global, yakni dengan mengakselerasi sistem pendidikan tinggi di Indonesia.

“Akselerasi tersebut bertujuan agar lulusan perguruan tinggi lebih relevan dengan konteks dan zamannya,” kata Rovian, Kamis (19/10/2023).

Lebih jauh Rovian mengatakan LLDikti VII berkomitmen untuk mendorong iklim ber-MBKM secara mandiri di lingkungan perguruan tinggi, terutama perguruan tinggi swasta di Jawa Timur.

MBKM Mandiri diselenggarakan untuk memenuhi hak mahasiswa untuk belajar maksimal tiga semester di luar program studinya.

“Kami akan terus mendorong agar semakin banyak perguruan tinggi di Jawa Timur yang terlibat dalam MBKM Mandiri,” tuturnya.

Sementara itu, Rektor Universitas Ciputra Surabaya, Yohannes Somawiharja, mengatakan bahwa sejak kemunculan internet, para ahli sudah meramalkan bahwa perguruan tinggi akan mengalami disrupsi.

Kebijakan MBKM yang diluncurkan oleh Kemendikbudristek, menurut dia, adalah respon terhadap disrupsi, sekaligus menjadi disrupsi itu sendiri.

“Program MBKM ini memberi mahasiswa kebebasan untuk mendapatkan keahlian yang spesifik, seperti menjadi food vlogger, fashion commentator, youtuber, tiktoker, dan aneka kemungkinan yang lain,” tuturnya.

Sayangnya, dia mengakui, perguruan tinggi tidak cukup responsif terhadap perubahan dan disrupsi itu. 

“Perguruan Tinggi salah satu institusi yang paling sulit berubah karena banyak orang pintar di dalamnya. Pintar secara akademik tetapi sulit untuk beradaptasi dengan hal-hal baru,” Yohannes menambahkan.

Koordinator KMM, Donni Hadi Waluyo mengatakan bahwa karena perbedaan kebutuhan di masing-masing wilayah LLDIKTI, maka di sejumlah wilayah diadakan sosialisasi dan bimbingan teknis, sementara di sejumlah wilayah lain diselenggarakan Bimtek dan MSD.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved