SURYA Kampus
SOSOK Yoana Ervina Mahasiswi Asal Situbondo yang Jadi Wisudawan Termuda UB, Punya Bisnis Sendiri
Inilah sosok Yoana Ervina, mahasiswi asal Situbondo, Jawa Timur, yang jadi wisudawan termuda di Universitas Brawijaya (UB), Malang.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Putra Dewangga Candra Seta
SURYA.co.id - Inilah sosok Yoana Ervina, mahasiswi asal Situbondo, Jawa Timur, yang jadi wisudawan termuda di Universitas Brawijaya (UB), Malang.
Yoana berhasil meraih gelar sarjana di usia 20 tahun.
Selain itu, Yoana juga sudah merintis bisnis sendiri.
Yoana Ervina Febriyanti merupakan lulusan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dari program studi Sosial Ekonomi Perikanan (PSDKU - Program Studi Di Luar Kampus Utama Kediri).
Yoana lulus dari UB dengan tingkat Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sangat memuaskan sebesar 3,63.
Dia menjadi wisudawan termuda karena lebih awal memasuki jenjang Sekolah Dasar (SD) dibanding teman sebayanya.
Baca juga: SOSOK Stanley yang Lulus Kedokteran UB Tepat Waktu dengan IPK Nyaris Sempurna, Rajin Lakukan Ini
"Saya tidak mengikuti program akselerasi apapun, dulu saya masuk SD usia 4 tahun," kata dia dikutip dari laman UB, Senin (2/10/2023).
Dia masuk SD lebih awal karena pada saat itu sudah bisa baca dan tulis secara lancar.
Yoana sudah punya keinginan yang kuat untuk sekolah, sehingga orangtuanya mendaftarkan dirinya sekolah.
Dia mengaku, selalu menjadi yang termuda di sekolah merupakan tantangan tersendiri baginya.
Dia pernah dianggap terlalu kekanak-kanakan oleh teman seangkatannya.
Namun, dia menyadari itu konsekuensi yang harus dihadapi.
Karena kebutuhan bermainnya harus terlewat sebab tuntutan pelajaran yang harus dipenuhi.
"Namun positifnya saya jadi bisa belajar bersikap dewasa," jelas dia.
Bagaimana juga, dia tetap senang masih beradaptasi dan berkomunikasi dengan baik, teman-temannya pun dengan senang hati bergaul dengannya.
Wanita dari Situbondo ini menyelesaikan studi Sarjana dengan skripsi tentang analisis kelayakan usaha pengolahan Udang Vaname masak beku di salah satu perusahaan di kotanya.
Perusahaan yang ditelitinya melakukan pembekuan udang vaname untuk tujuan ekspor ke Jepang, Australia, Amerika Serikat, Kanada dan negara-negara di Eropa sejak 2004 sampai sekarang.
Sejalan dengan prodi yang dipilihnya yang membuatnya belajar analisa usaha, sehingga dia juga membuka bisnis di bidang kuliner.
Bersama kakak dan adiknya, dia membuka usaha banana roll yang diberi nama “bananabooth”.
Usaha ini sudah dirintisnya selama empat tahun.
"Tapi saya tetap memasukkan lamaran ke beberapa tempat," tukas dia.
Qonita Qurratu Wisudawan Termuda ITS
Sebelumnya, ada juga sosok Qonita Qurratu Aini, wisudawan termuda Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Qonita Qurratu Aini dinobatkan sebagai wisudawan termuda dalam gelaran Wisuda ke-128 ITS.
Qonita Qurratu Aini berhasil meraih gelar sarjana dalam usia yang masih belia yakni 20 tahun 6 bulan pada Sabtu (16/9/2023).
Ia menempuh pendidikan di Departemen Matematika ITS dan dikenal sebagai sosok yang berprestrasi.
Selain itu, Qonita Qurratu Aini juga aktif dalam dunia organisasi.
Qonita Qurratu Aini juga tercatat sebagai mahasiswa program Fast Track.
Fast track adalah program yang dirancang untuk memungkinkan mahasiswa menyelesaikan studi S1 dan S2 sekaligus dalam waktu 5 tahun.
Setelah dinobatkan sebagai wisudawan termuda ITS, Qonita pun menguraikan kisahnya.
Ia mengatakan mulai bersekolah pada usia 2 tahun. Kala itu, ia menjadi murid Kelompok Bermain (KB).
Dirinya kemudian melanjutkan ke jenjang SD dan SMP dengan waktu pendidikan seperti pada umumnya.
Qonita Qurratu Aini mulai menjalani program akselerasi saat duduk di bangku SMA.
“Jadi hanya dua tahun,” terangnya, dilansir Surya.co.id dari its.ac.id.
Alumnus Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota Malang ini mengungkapkan, berusia lebih muda dari teman-teman satu angkatan tak pernah menjadi penghalang yang berarti baginya.
Ia mengaku selalu mendapatkan dukungan dari orang-orang tercinta, termasuk ketika memutuskan lanjut memilih program studi Matematika di ITS.
“Sejauh ini tidak ada kesulitan yang berarti, karena lingkungannya yang selalu suportif,” aku putri dari pasangan Dr Windarto MSi dan Widayati Setyorini SE tersebut.
Diungkapkan oleh anak sulung dari dua bersaudara ini, matematika telah menjadi pelajaran favoritnya sejak di bangku SD dulu.
Menariknya, ia juga selalu mendapatkan nilai Ujian Nasional (UN) sempurna di mata pelajaran tersebut.
“Hingga atas izin Allah saya diterima (masuk ITS) lewat jalur SBMPTN,” tutur peraih juara pertama pada Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ITS cabang 10 Juz tahun 2020 ini.

Pada mulanya Qonita berpikir, keilmuan matematika yang dipelajarinya di bangku kuliah akan mirip dengan apa yang ia pelajari saat sekolah dulu.
Ternyata lebih dari itu, peminatan dari jurusan matematika sangat luas dan beragam.
Qonita sendiri memilih berfokus pada penerapan matematika di bidang ilmu komputer yang juga ia terapkan pada penulisan tugas akhirnya.
Lebih lanjut, Qonita juga pernah mengikuti program Bangkit dari Google dengan fokusan machine learning.
Melalui program ini, ia dan timnya pun berhasil menciptakan aplikasi CariHerb, aplikasi pendeteksi tanaman herbal yang dijalankan melalui kamera ponsel.
Tak tanggung-tanggung, melalui karyanya ini mereka berhasil memperoleh pendanaan dari Google serta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Tak hanya aktif di dunia akademik, Qonita juga terlibat di berbagai organisasi internal serta eksternal jurusannya.
Dirinya yang memiliki ketertarikan di bidang desain dan publikasi, aktif berkecimpung di Himpunan Mahasiswa Matematika (HIMATIKA) dan Lembaga Kajian Kerohanian Islam (LKKI) Departemen Matematika ITS sebagai staf Departemen Media dan Informasi.
Terlepas dari berbagai kegiatan yang diikutinya, mahasiswi asal Surabaya ini tentu tak lepas dari berbagai kendala.
Kerap kali Qonita terkendala dalam membagi waktu di berbagai tanggung jawab yang dimiliki, apalagi ia juga mengambil program fast track jenjang Magister Program Studi Matematika saat sedang menempuh semester akhir sarjana.
Qonita Qurratu Aini (kanan berdiri) saat bersama rekan-rekan Lembaga Kajian Kerohanian Islam (LKKI) Departemen Matematika ITS
Namun ternyata rintangan tersebut justru membuat sosok kelahiran 29 Mei 2003 ini terus bersemangat.
Dalam mengatur kesibukannya, ia selalu mengutamakan hal yang menjadi prioritas.
“Sebenarnya sesimpel mengatur prioritas mana yang perlu dikerjakan lebih dulu, tentukan pekerjaan yang jika dilakukan duluan bisa memudahkan pekerjaan lainnya,” sarannya.
Ke depannya, Qonita berencana untuk menyelesaikan kuliah magisternya lebih dulu sebelum berkecimpung di dunia praktisi.
Ia juga berpesan kepada para mahasiswa ITS untuk terus semangat dan memaksimalkan kesempatan belajar selama menjadi mahasiswa.
“Jangan sia-siakan kesempatan untuk berkarya di bidang yang kita minati, bisa jadi kemudahan itu muncul dari berbagai amanah yang kita emban saat menjadi mahasiswa,” pungkasnya berpesan.
>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.