KATA Ahli Medis soal Video Happy Asmara Kesurupan saat Nyanyi, Disebut Dissociative Trance Disorder

SURYA.CO.ID - Fenomena kesurupan yang dialami Happy Asmara saat manggung hingga viral di media sosial, rupanya memiliki pandangan tersendiri dari segi medis.

Seperti diketahui, pada sebuah video yang viral di media sosial, Happy Asmara sedang mengisi sebuah acara.

Dalam video itu, Happy Asmara tampak tersenyum pada "sesuatu" yang ada di sebelahnya dan seolah mempersilakannya untuk maju.

Namun, tidak ada siapapun di samping Happy Asmara dalam rekaman video itu.

Baca juga: DETIK-DETIK Happy Asmara Diduga Kesurupan saat Manggung, Bentak Pengawal lalu Senyum ke Penonton

Meskipun ada crew, namun jaraknya bisa dibilang cukup jauh untuk dipersilakan Happy Asmara maju.

Rupanya, fenomena yang dialami Happy Asmara ini memiliki istilah medis.

Melansir Tribunnews, fenomena kesurupan ini juga punya penjelasannya dari sisi medis yaitu termasuk ke dalam dissociative trance disorder.

Dilansir dari ICD-11 for Mortality and Morbidity Statistic oleh WHO, kesurupan merupakan gangguan jiwa ditandai dengab perubahan nyata pada kondisi kesadaran individu.

Serta rasa identitas pribadi yang biasa dimiliki individu digantikan oleh identitas 'kepemilikan' eksternal.

"Gejala-gejala tersebut tidak muncul secara eksklusif pada gangguan disosiatif lain. Tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan mental, perilaku, atau perkembangan saraf lainnya," tulis laman tersebut dilansir Tribunnews, Minggu (1/10/2023). 

Ciri khas dari dissociative trance disorder. adalah bahwa identitas pribadi individu digantikan oleh identitas 'memiliki' eksternal.

Dikaitkan dengan pengaruh roh, kekuatan, dewa atau entitas spiritual lainnya, yang tidak terjadi pada Trance Disorder. 

Selain itu, dalam dissociative trance disorder, serangkaian perilaku yang lebih kompleks dapat ditunjukkan, yang dialami sebagai dikendalikan oleh agen yang merasuki.

Kebanyakan keadaan trance kerasukan berlangsung singkat dan sementara serta terkait dengan pengalaman budaya dan agama. 

"Pengalaman-pengalaman ini tidak dianggap patologis dan diagnosis. Tidak boleh ditegakkan berdasarkan kejadiannya.