Berita Viral
KISAH Shelma yang Tinggal di Dusun Mati Tanpa Tetangga: Butuh 1 Jam ke Sekolah, Jalan 3 KM ke Warung
Inilah kisah Shelma, yang tinggal bersama adik dan ibunya di sebuah rumah yang tak memiliki tetangga.
Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
SURYA.CO.ID - Inilah kisah Shelma, yang tinggal bersama adik dan ibunya di sebuah rumah yang tak memiliki tetangga.
Tempat tinggal Shelma di Dusun Cigerut Kulon, Desa Cipakem, Kecamatan Maleber, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, ditinggal 79 kepala keluarga setelah terjadi longsor pada 2018 lalu.
Akibatnya, dusun tersebut mati dan tak terurus.
Dusun tersebut bahkan sudah dipenuhi rumput yang menjulang.
Shelma dan keluarganya yang masih tinggal di dusun itu pun harus hidup seadanya.
Gadis SMP berusia 14 tahun itu itu harus menempuh waktu selama satu jama berjalan kaki menuju sekolah.
Tak hanya itu, untuk pergi ke warung, Shelma menempuh perjalanan sejauh 3 kilometer.
Selain itu, kabel-kabel listrik juga jaringannya sudah terputus sehingga tenaganya tidak kuat untuk mengecas.
Pilihannya ialah memakai tenaga surya, namun membutuhkan waktu lama.
Selain itu, ada alternatif lain yakni turun ke warung untuk mengecas di bawah.
Kisah Lain : Bocah SD Tinggal di Kampung
Kisah serupa terjadi pada bocah SD bernama Septi.
Ayah Septi, Sumiran mengaku sudah tinggal di rumah tersebut selama 24 tahun.
"Tinggal di sini sudah 24 tahun, dari masih banyak warganya sampai sekarang tinggal rumah kami saja," kata Sumiran dilansir dari Youtube Jejak Bang Ibra, Senin (29/5/2023).
Menurut Sumiran, dulunya di kampung mati tersebut terdapat 7 rumah.
"Tadinya ada 7 rumah, pada pindah sekarang tinggal satu (rumah), saya," ungkap dia.
Ia mengatakan, sudah sekitar empat tahun ini para tetangganya meninggalkan kampung mati tersebut.
Dari enam KK yang meninggalkan kampung mati itu, masih ada satu rumah yang masih kokoh berdiri.
Namun pemilik rumah tersebut sudah pergi meninggalkan kampung itu dan pindak ke kampung sebelah.
Meski tinggal di tengah hutan sendirian, Sumiran mengaku tak takut.
"Enggak ada yang saya takuti, dari dulu di sini enggak ada apa-apa," tuturnya.
Hal itu justru berbeda dengan cerita Septi dan ibunya.
Sang ibu pernah punya pengalaman mengerikan saat suaminya sedang pergi ke kampung sebelah.
"Tiba-tiba pas mati lampu ada yang gebrak meja, lalu pindah ke kamar," kata Sumiati.
Cerita serupa juga pernah dialami oleh Septi di rumah angker tersebut.
"Aku lihat ada badannya tinggi, warna putih, sering lihat juga yang lewat di dekat pohon bambu," tutur Septi.
Meski kondisi rumahnya sangat sederhana terbuat dari kayu dan lantainya masih tanah, Septi dan orangtuanya betah tinggal di sana.
Sumiati pun mengaku harus berjalan jauh untuk membeli kebutuhan sayur di pasar.
"Ke pasar dua minggu sekali, jalan kaki jauh. Sekitar 1 km lebih," katanya.
Meski jarak rumahnya ke sekolah jauh, namun Septi tetap semangat mengejar cita-cita.
Septi yang hobi menggambar itu memiliki cita-cita menjadi seorang guru melukis.
Demi menempuh pendidikan dan tetap mendapatkan ilmu, Septi menempuh jarak yang jauh.
Septi, siswi SD di Yogyakarta ini harus menempuh perjalanan jauh untuk bisa bersekolah.
Setiap harinya, ia melewati jalan setapak bebatuan dan tanah merah.
Jalan yang dilalui Septi dirimbuni pepohonan dan sisi kanannya terdapat tebing tinggi.
Ia juga harus melewati sungai dan jembatan bambu sudah sudah mulai rusak.
Belum lagi Septi harus melewati pepohonan bambu yang terlihat angker ketika hari mulai gelap.
Perjalanan lebih dari satu kilometer harus dilalui Septi setiap harinya untuk bisa bersekolah.
Meski harus berjalan kaki dengan kondisi jalanan yang mengerikan, Septi tetap semangat pergi ke sekolah.
"Kalau hujan juga tetap berangkat (sekolah)," kata Ayah Septi, Sumiran dikutip dari Youtube Jejak Bang Ibra, Senin (29/5/2023) via Tribun Bogor.
Jarak yang ditempuh Septi dari rumah ke sekolah lalu kembali lagi ke rumah sekitar 3 kilometer.
Itu artinya, siswa kelas 3 SD itu harus jalan kaki sepanjang 3 km setiap hari demi bisa bersekolah.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.