Pilpres 2024

Para Capres Berebut Dukungan Tokoh Jawa Timur, Pengamat Politik: Jatim Jadi Pertaruhan

Dukungan tokoh maupun suara pemilih di Jawa Timur nampak terus jadi sasaran para bakal calon Presiden (Bacapres) 2024. Ini buktinya

Penulis: Yusron Naufal Putra | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Yusron Naufal Putra
Pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Madura, Surokim Abdussalam. 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Dukungan tokoh maupun suara pemilih di Jawa Timur nampak terus jadi sasaran para bakal calon Presiden (Bacapres) 2024.

Terbukti, para bakal kontestan ramai-ramai melakukan safari di Jawa Timur. Ada yang safari di pondok pesantren hingga bertemu kalangan kiai.

Pada Kamis (28/9/2023) ini misalnya, Ketua Umum Partai Gerindra yang juga bacapres, Prabowo Subianto menggelar pertemuan dengan para kiai di Surabaya.

Di hari yang sama, pasangan Anies-Cak Imin yang diusung oleh Koalisi Perubahan untuk Persatuan berkeliling di pesantren daerah tapal kuda.

Beberapa hari lalu, Ganjar Pranowo yang diusung oleh kubu PDI Perjuangan juga baru saja menggelar serangkaian kegiatan di Jawa Timur.

Pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Madura, Surokim Abdussalam menganalisa, safari para bacapres itu semakin menguatkan bahwa Jawa Timur masih seksi untuk Pilpres 2024.

"Jawa Timur akan tetap menjadi pertaruhan untuk bisa merebut suara, terutama nahdliyin. Tak hanya itu, suara Jatim tapi juga punya resonansi merebut suara nahdliyin nasional," kata Surokim saat dihubungi SURYA.CO.ID dari Surabaya, Kamis.

Surokim memaklumi jika para bacapres semakin getol berkeliling Jawa Timur menjelang kontestasi. Selain besarnya jumlah DPT, Jawa Timur dalam berbagai hasil Pemilu sebelumnya menjadi barometer penting.

"Itu juga yang membuat mengapa Jatim diprioritaskan para capres dan timses," ungkapnya.

Dalam kacamata Surokim, Jawa Timur juga memiliki sejumlah keunggulan lain.

Yakni, dengan banyaknya tokoh kiai dari kalangan nahdliyin yang memiliki pengaruh di masyarakat. Begitu pula, tokoh lain yang juga memiliki pengaruh besar.

"Saya pikir semua capres tidak ingin melepas suara Jawa Timur, karena relasi kuasa tersebut. Jawa timur juga punya power simbolik untuk suara nahdliyin yang bisa meresonansi suara nasional," ujar Surokim.

Wakil Rektor UTM itu pun menyatakan, tokoh-tokoh punjer itu bisa turut mempengaruhi masyarakat. Meskipun demikian, suara di Jawa Timur diungkapkan menjadi peluang sekaligus tantangan.

"Saya pikir cukup banyak alasan mengapa suara Jatim demikian strategis, tidak hanya soal kuantitas, tetapi juga soal simbolic power tadi," ungkap Surokim yang juga peneliti senior Surabaya Survey Center (SSC).

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved