Berita Surabaya

Tempat Ibadah Harus Steril dari Kepentingan Politik, FKUB Jatim Ungkap Modus Kampanye Terselubung

Ketua FKUB Jatim, KH A Hamid Syarif: Rumah ibadah harus steril dari kepentingan politik praktis. Baik kampanye terbuka maupun terselubung.

Penulis: Yusron Naufal Putra | Editor: Cak Sur
Youtube SURYA Online
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragam (FKUB) Jatim, KH A Hamid Syarif dalam talkshow politik Tribun Series bertajuk 'Awas Kampanye Terselubung di Rumah Ibadah', Senin (14/8/2023). 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Rumah ibadah dengan segala turunannya baik bangunan, pemimpin, tokoh hingga jemaah memiliki kekuatan besar dalam berbagai aspek sosial kemasyarakatan.

Lantaran besarnya pengaruh tersebut, rumah ibadah terbilang rentan disalahgunakan untuk kepentingan politik.

Ketua Forum Kerukunan Umat Beragam (FKUB) Jatim KH A Hamid Syarif menegaskan, rumah ibadah harus steril dari kepentingan politik praktis. Baik kampanye terbuka maupun terselubung, tidak boleh dilakukan di tempat peribadatan umat beragama.

Menurutnya, hal itu juga telah menjadi kesepakatan seluruh pemuka agama di Jawa Timur yang dihasilkan dalam rapat koordinasi FKUB beberapa waktu lalu. Butuh kesadaran bersama untuk memastikan kesucian rumah ibadah dari kepentingan politik.

"Kita harus menjaga rumah ibadah, tempat ibadah dari kepentingan politik. Harus steril," kata Hamid Syarif dalam talkshow politik Tribun Series bertajuk 'Awas Kampanye Terselubung di Rumah Ibadah', Senin (14/8/2023).

Sebagai tempat yang sakral, Hamid Syarif menegaskan, seluruh pemuka agama telah bersepakat, bahwa rumah ibadah harus menjadi perhatian bersama. FKUB menjamin bakal terus menyuarakan imbauan. Tujuannya agar tidak ada gesekan yang ditimbulkan.

"Mereka sepakat bahwa rumah ibadah harus suci, bebas dari praktek-praktek politik praktis atau kampanye apapun dari siapapun," jelasnya dalam talkshow yang dipandu oleh jurnalis senior TribunJatim Network, Suyanto.

Hamid Syarif menjelaskan, kampanye terselubung biasanya terdapat empat macam modus.

Pertama, biasanya disisipkan di materi ceramah maupun khotbah. Hal ini diakui sulit dideteksi. Modus kedua adalah bisa melalui tokoh agama untuk melakukan kampanye.

Ketiga, bisa melalui jemaah yang sengaja dipasang untuk kampanye terselubung. Sementara modus lainnya adalah berseliweran di medsos. Hal ini juga dinilai sulit terdeteksi.

Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved