Berita Kota Kediri

Bertemu Mendag di GG, Petani Tembakau Menangis Susah Beli Beras Tetapi Pemilik Pabrik Jadi Miliarder

Ramadhan mengungkapkan, dengan harga tembakau saat ini, perbedaan penghasilan pabrikan dan petani sangat jauh sekali

Penulis: Didik Mashudi | Editor: Deddy Humana
surya.co.id/didik mashudi
Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan bertemu para petani tembakau dari Kabupaten Temanggung dan Wonosobo, Jawa Tengah bersama pabrikan PT Gudang Garam di Hotel Grand Surya, Kota Kediri, Rabu (2/8/2023). 


SURYA.CO.ID, KOTA KEDIRI - Jatuhnya harga tembakau menjadi pembahasan saat para petani tembakau bertemu dengan pabrik rokok PT Gudang Garam (GG) di Kota Kediri, Rabu (2/8/2023). Beberapa petani bahkan menangis karena penghasilannya ikut jatuh sangat rendah sehingga kesulitan untuk membeli beras.

Keluhan itu terlontar ketika perwakilan petani tembakau dari Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo difasilitasi Menteri Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan di GG. Mereka mengaku merugi akibat harga tembakau anjlok.

"Untuk harga tahun ini kami masih belum tahu, makanya kami datang ke PT Gudang Garam," ungkap Ramadhan, perwakilan petani tembakau usai pertemuan kepada wartawan.

Pertemuan antara GG dan para petani di Hotel Grand Surya Kota Kediri itu memang difasilitasi oleh Mendag. Ramadhan mengungkapkan, dengan harga tembakau saat ini, perbedaan penghasilan pabrikan dan petani sangat jauh sekali.

"Yang punya pabrik menjadi miliader, sedangkan para petani, jangankan untuk menyekolahkan anak, untuk sangu anak dan buat beli beras saja susah," jelasnya.

Ramadhan juga mengungkapkan, saat bertemu dengan pihak pabrikan GG ada rekannya petani tembakau yang menangis. Harga tembakau tahun lalu di kisaran Rp 50.000 sampai Rp 60.000 per KG. "Harga ini di Temanggung juga masih ada potongan 20 persen," paparnya.

Dicontohkan Ramadhan, dalam satu keranjang berisi 50 KG tembakau, petani hanya berhak memiliki 40 KG. Rinciannya, 5 KG keranjangnya dan 5 KG potongan persentasenya. Sedangkan biaya produksi tembakau setiap 1 KG kg mencapai Rp 60.000, sehingga jika harga jual tembakau hanya Rp 50.000, petani sangat rugi.

"Selama 10 tahun kita tak pernah untung, hanya 2019 petani untung sedikit. Setelah itu merugi terus," ungkapnya.

Menyusul terus anjloknya harga tembakau, saat ini petani tembakau di Temanggung banyak yang beralih menjadi kuli bangunan di Jakarta dan berkebun kelapa sawit di Kalimantan. Malahan anak -anak muda sekarang tidak banyak yang tertarik menjadi petani tembakau.

Era kejayaan petani tembakau di Temanggung pernah terjadi di era 1990 di mana harga 1 KG tembakau pernah sama dengan harga 1 gram emas. "Dulu harga emas Rp 30.000 per gram, harga tembakau Rp 27.000 per KG. Sekarang harga emas hampir Rp 1 juta, harga tembakau hanya Rp 50.000 per KG," ungkapnya.

Sementara Mendag Zulkifli Hasan banyak mendengarkan keluhan dari petani terkait penyerapan hasil panen tembakau dan harga yang terus merosot. Zulkifli menjelaskan, pihaknya memfasilitasi petani tembakau bertemu dengan pihak GG, salah satu masalah yang dibahas soal harga tembakau.

Tetapi sebelum pertemuan itu, Zukifli juga mendengar keluhan dari pihak pabrikan pabrik rokok. "Ternyata omzet PT Gudang Garam dan pabrik rokok lainnya turun. Produksinya turun, kalau omzet turun dan produksi turun, pemasukan juga berkurang," jelasnya.

Diungkapkan, salah satu penyebab turunnya omzet pabrik rokok karena saat ini banyak pengganti produk rokok yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya. Ia mencontohkan sebagian perokok beralih ke rokok elektrik atau vape dan icos.

"Jangan sampai pabrik rokok kena pajak banyak dan tenaga kerja banyak. Sedangkan produk lainnya, tenaga kerja sedikit dan tidak bayar pajak," ungkapnya.

Masalah tersebut menjadi masukan bagi pemerintah dan akan dipelajari sejauh mana vape dan icos dikenakan aturan lebih tinggi dari pada rokok kretek yang memakai tenaga kerja lebih banyak.

Zulkifli mengungkapkan, sebagian besar petani tembakau juga menggunakan uang rentenir yang bunganya sebesar 10 persen sebulan. "Kalau bunganya 10 persen sebulan, berapa untungnya. Nanti ada solusi dengan pemberian KUR," ungkapnya.

Untuk mengatasinya permasalahan ini dibutuhkan kerja sama dengan bupati dan gubernur serta sinergitas dengan pemerintah pusat. *****

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved