Mutilasi di Sleman
NASIB Redho Mahasiswa UMY Korban Mutilasi di Sleman: Potongan Tubuh Tak Lengkap, Belum Dipulangkan
Jenazah Redho Tri Agustian (20), mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang menjadi korban mutilasi di Sleman hingga kini belum diserahk
SURYA.CO.ID - Jenazah Redho Tri Agustian (20), mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang menjadi korban mutilasi di Sleman hingga kini belum diserahkan ke keluarganya di Kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung.
Padahal, dalam kasus ini, polisi sudah menangkap dua tersangka pembunuh dan pemutilasi Redho Tri Agustian, yakni, Waliyin warga Magelang dan RD asal DKI Jakarta.
Bahkan, hingga kini, potongan tubuh Redho Tri Agustian juga belum lengkap alias belum ditemukan semuanya.
Padahal pihak keluarga di Pangkal Pinang sudah mempersiapkan makam untuk peristirahatan terakhir Redho sejak beberapa hari yang lalu.
Terkait hal ini, Direktorat Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda DIY Kombes Pol FX Endriadi mengakui jenazah korban Mutilasi dengan lokasi TKP Turi, Kabupaten Sleman ini belum dipulangkan, namun dia tidak membeber alasannya.
Baca juga: TERKUAK Mahasiswa UMY Dimutilasi di Sleman Gara-gara Riset Kelompok Unik, Rektor Ungkap Tabiat Redho
Disinggung mengenai potongan tubuh korban yang belum ditemukan, Endriadi enggan menjelaskan secara pasti.
"Sementara belum. Jika ada perkembangan kami infokan," terang dia.
Endriadi hanya memastikan bahwa penyidik Polda DIY sudah mencukupi barang bukti atas perkara tersebut dan dalam waktu dekat akan menyerahkan berkas perkara ke Jaksa Penuntut Umum (JPU).
"Kasus ini sudah pemberkasan," katanya dikutip dari Tribun Jogja pada Kamis (27/7/2023).
Sebelumnya, orang tua Redho Tri Agustian yakni Abdullah dan Yana sudah melakukan tes DNA pada Selasa (18/7/2023) lalu, untuk mencocokkan dengan DNA Redho Tri Agustian yang diduga menjadi korban pembunuhan disertai mutilasi di Sleman, Yogayakarta.
Namun, hingga kini pihak keluarga belum menerima informasi hasilnya.
"Belum tau kapan datangnya, sampai sekarang belum ada informasi. Tes DNA juga belum keluar, paling nunggu tes DNA keluar dulu baru dipulangkan ke sini," ujar Abdullah saat dikonfirmasi Bangkapos.com.
Meski belum ada kepastikan, pihak keluarga Redho Tri Agustian sudah melakukan beberapa persiapan, untuk menyambut jenazah Redho nanti.
Bahkan pihak Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kelurahan Ampui juga sudah dihubungi pihak keluarga untuk menyiapkan lahan pemakaman untuk mahasiswa Universitas Muhammadyah Yogyakarta tersebut.
Penjaga TPU Kelurahan Ampui, Wani saat dikonfirmasi mengatakan pihak keluarga sudah dua kali datang untuk menyiapkan prosesi pemakaman Redho Tri Agustian.
"Iya tadi ada lagi informasi nyuruh siap-siap, tapi kami juga belum tau jenazah kapan datang," tutur Wani.
Seperti diketahui, kasus ini terbongkar dari temuan sejumlah potongan tubuh di Kapanewon Turi, Kabupaten, Sleman pada Rabu (12/7/2023) lalu.
Dalam kasus ini, polisi telah menangkap dan menetapkan dua tersangka yakni W (20) dan RD (28).
Dari hasil penyelidikan sementara, pembunuhan itu dilatarbelakangi aktivitas tak wajar yang dilakukan korban dan pelaku.
Wakil Rektor Bongkar Dugaan Motif Pembunuhan
Sebelumnya, terungkap dugaan motif di balik perbuatan sadis dua tersangka W (29) RD (38) menghabisi Redho Tri Agustian hingga tega memutilasi jasadnya di rumah kos daerah Sleman, Yogyakarta.
Diduga Redho Tri Agustian ketahuan sedang melakukan penelitian alias riset terkait kelompok-kelompok unik di Jogja, termasuk kelompok LGBT, hingga kelompok radikal.
Hal ini diungkapkan Wakil Rektor V Bidang Kerjasama dan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof Dr Achmad Nurmandi.
"Jadi memang Sedang meneliti orang harus mencari informasi," kata Nurmandi saat dihubungi melalui telepon, Kamis (27/7/2023).
"Mungkin masuk to ke kelompok kayak gitu itu," imbuhnya.
Dijelaskannya, Redho sudah melakukan penelitian selama 3 bulan.
"Cuma namanya masuk ke kelompok itu kan susah," kata dia.
Nurmadi memastikan tidak ada indikasi LGBT terhadap Redho, namun sebatas untuk bahan penelitian.
"Ya indikasinya seperti itu lho kalau misalnya dia itu LGBT Ndak mungkin.
Nggak sejajar kok itu kan pengangguran kabeh sik pelaku. Kalau LGBT itu kan sejajar mahasiswa dengan mahasiswa," kata dia.
"Jadi itu yang gak wajar (perbedaan status sosial) begitu, makanya karena informasi dari pelaku, karena korban yang sudah meninggal," kata Nurmandi.
Saat ini pihaknya sedang mencari informasi lebih mendalam terkait hal ini.
"Kita mencari informasi apa yang dialakukan termasuk riset.
Kita kan sedang cari, mendalami toh dia sudah masuk ke berapa informan segala macam. Karena laptopnya masih di Polda DIY, kita belum tahu," kata dia.
Sementara Rektor UMY, Gunawan Budiyanto, menyatakan bahwa fenomena LGBT di DIY sudah terdengar lama, tetapi masih undercover atau terselubung sehingga tak mencolok.
“Selentingan soal kelompok 'pelangi' mulai ramai pada 2021. Saat kampus dan kantor lockdown, mereka mencari aktivitas di luar. Jam malam, kan, nggak terkontrol,” katanya.
Gunawan menyampaikan, UMY akan membawa isu tentang LGBT, termasuk pinjaman online, ke pertemuan para rektor universitas karena perlu dihadapi bersama-sama.
“Para mahasiswa dari luar daerah jauh-jauh ke DIY untuk kuliah, bukan menjadi korban. Isu tersebut perlu menjadi perhatian dan dihadapi bersama-sama," tambahnya.
Minta Pelaku Dihukum Mati

Di bagian lain, pihak keluarga berharap pelaku yang memutilasi Redho Tri Agustian di Sleman, Yogyakarta menerima hukuman berat berupa hukuman mati.
Aksi pelaku dinilai sudah direncanakan dan sangat sadis.
"Kalau bisa hukuman mati. Itu bukan sadis lagi, bukan kejam lagi, tidak wajar," kata Paman korban, Majid di kediamannya di Pangkalbalam, Pangkalpinang, Minggu 23 Juli 2023.
Majid mengungkapkan, kedua orang tua Redho sangat tertekan dengan kabar kematian anaknya. Bahkan sang ibu sempat pingsan beberapa kali.
Apalagi pelaku tidak hanya menghabisi anaknya, tapi juga memutilasi dan membuangnya ke sejumlah tempat.
"Kami duga tidak hanya dua orang, ini harus diungkap," ujar Majid.
Menurut Majid, hukuman berat terhadap pelaku bakal memberikan efek agar tidak main hakim sendiri.
Namun, saat ini Redho yang masih semester empat di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) sudah terlanjur kehilangan nyawanya, sehingga para pelaku harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Sementara ayah korban, Abdullah (62) tak mampu menyembunyikan kesedihannya.
Redho merupakan bungsu dari tiga bersaudara.
"Sebelumnya kakak Redho yang di tengah juga meninggal kecelakaan waktu SMP," ujar Abdullah.
Saat ini pihak keluarga telah berada di Yogyakarta untuk proses pemulangan jenazah.
Rencananya Redho dimakamkan di TPU Ampui, Pangkalpinang yang berlokasi sekitar 2 kilometer dari rumah mereka.
Kakak Juga Bernasib Tragis
Keluarga Redho mengaku syok saat mendengar kabar meninggalnya Redho Tri Agustian.
Abdullah (62), ayah korban, mengaku peristiwa itu mengingatkan kembali dengan peristiwa tragis yang menimpa Tomi, kakak Redho.
"Dulu Tomi kakak Redho yang di tengah, meninggal akibat kecelakaan, tabrakan," kata Abdullah saat disambangi Kompas.com di rumahnya di Pangkalbalam, Pangkalpinang, Senin (17/7/2023).
Menurut Abdullah, saat kejadian itu Redho masih duduk di bangku sekolah dasar.
Tomi masih berstatus pelajar sekolah menengah pertama (SMP).
Saat itu keluarganya terus berusaha mengikhlaskan kepergian Tomi.
Namun Abdullah mengaku tak menyana akan menerima kabar duka memilukan dari Redho. Redho merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara.
Abdullah pun pasrah dengan kejadian yang menimpa keluarganya itu.
"Kami hanya pasrah, menunggu saja di rumah," ujar Abdullah yang sesekali berusaha melepas senyum.
Abdullah mengatakan, untuk urusan memulangkan jenazah Redho sudah ditangani kakak sulung korban, Rian.
Rian merupakan kakak sulung Redho saat ini telah berada di Yogyakarta untuk mewakili pihak keluarga.
"Sudah kami serahkan pada Rian, kakak sulungnya Redho. Dia yang mengurus di sana," ucap Abdullah.
Sementara paman korban, Majid, mengatakan, ibu Redho bernama Yana masih syok dengan kabar kematian buah hatinya.
"Kondisinya stres karena tekanan yang berat. Jadi biarlah di sini menenangkan diri, karena sudah ada juga keluarga di sana (Yogyakarta)," pungkas Majid.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul UPDATE Mutilasi di Sleman: UMY Sebut Korban Sedang Teliti LGBT
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.