Berita Surabaya
SD Muhammadiyah 4 Surabaya Siapkan Media Pembelajaran Berbasis Permainan untuk Siswa Kelas 1 SD
Perubahan lingkungan dan sistem pembelajaran dari taman kanak-kanak ke sekolah dasar adalah langkah besar bagi seorang anak.
Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: irwan sy
SURYA.co.id | SURABAYA - Perubahan lingkungan dan sistem pembelajaran dari taman kanak-kanak ke sekolah dasar adalah langkah besar bagi seorang anak.
Pembelajaran dasar seperti baca, tuling dan hitung (calistung) bisa menjadi tantangan besar bagi anak, karena tidak semua anak telah menguasai calistung, bahkan ada beberapa anak yang juga belum mengetahui huruf abjad saat masuk SD.
Untuk itu, sekolah menerapkan berbagai macam strategi dalam pembelajaran agar siswa bisa mengikuti pelajaran dengan baik.
Seperti di SD Muhammadiyah 4 (Mudipat) Pucang Surabaya yang menerapkan pembelajaran hingga Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) dengan menggunakan media permainan sehingga tidak terjadi perubahan drastis dalam lingkungan belajar siswa dari TK.
Wali Kelas 1C SD Mudipat, Ummu Sulaim, menjelaskan pembelajaran untuk siswa kelas satu telah menerapkan kurikulum merdeka.
Dengan menekankan diferensiasi pembelajaran, yakni mengenali kemampuan anak dan memberikan materi tambahan bagi siswa yang memang membutuhkan pembinaan dalam hal calistung.
"Di awal penerimaan, sekolah kami ada pemetaan untuk melihat kesiapan siswa sekolah di SD. Dan memang ada anak-anak yang tidak bisa calistung. Anak-anak yang tidak bisa calistung ini pembinaan intensif, ada dua hingga empat kali seminggu usai jam pelajaran sesuai persetujuan orang tua,"urainya.
Dikatakan Sulaim, kemampuan anak yang berbeda ini selalu ditemukan di tiap tahun ajaran baru. Dan pihaknya sudah menerapkan sistem ini jauh dari kurikulum merdeka .
"Jadi ada diagnosa anak ini kemampuannya seberapa. tidak mungkin kami ajarkan gebyak uyah atau semua anak dianggap bisa. Murid kami memang beragam, tapi jangan sampai tertinggal. Yang sudah bisa juga jangan sampai stagnan. Jadi ada pemetaan pelajaran matematika hingga bahasa inggris, bisa kami ikutkan olimpiade juga," lanjutnya.
Dengan sistem ini, dikatakannya, sangat mungkin saat siswa TK tidak bisa apapun, namun saat SD sudah bisa berprestasi.
Untuk lebih memudahkan siswa dalam beradaptasi dengan pembelajaran di SD, SD Mudipat juga membuat konsep kelas yang menyenangkan dengan dekorasi berbagai warna dan permainan sebagai media pembelajaran.
"Kelas satu desainnya banyak dekorasinya agar mereka nyaman dan tidak berasa belajarnya. Bahkan ada mainannya sepertinya alat timbang mainan, ular tangga, sampai pojok baca kami buat desainnya yang menarik siswa," ujarnya.
Mainan-mainan ini digunakan sebagai media belajar misal berhitung ataupun menghafal materi pembelajaran dan setiap tahunnya jenis mainan diupgrade agar menyesuaikan perkembangan anak.
"Karena anak usia kelas 1 itu ketika belajar kami buat seperti bermain. Sehingga tidak nampak seperti belajar," urainya .
Untuk guru, dikatakan Sulaim tidak mengalami kesulitan dalam mendeteksi perbedaan kemampuan pada anak hingga memberi materi yang sesuai dengan siswa.
Karena sistem ini sudah diterapkan sebelum kurikulum merdeka.
Apalagi di tempatnya dalam satu kelas hanya berisi 25 siswa, sehingga guru lebih optimal dalam pengajarannya.
Mengenai pembinaan pada siswa yang belum bisa calistung, dikatakannya akan intensif dilakukan hingga siswa bisa belajar secara mandiri di kelas.
Berita Surabaya Hari Ini: Peluncuran Koperasi Digital, Jadwal Commuter Line yang Baru |
![]() |
---|
Berita Surabaya Hari Ini: Golkar Buat Lomba Cipta Oleh-oleh, Investasi Mulai Naik, Prestasi Pelajar |
![]() |
---|
8 Landmark dan Ikon Budaya Kota Surabaya, Daya Tarik Wisata Ibu Kota Jawa Timur |
![]() |
---|
Rute dan Lokasi Parkir Parade Surabaya Vaganza, Hari Ini 25 Mei 2025 Mulai Pukul 13.00 WIB |
![]() |
---|
Patuhi Larangan Wisuda SMA/SMK di Jatim, Ini Cara Sederhana SMAN 2 Surabaya Rayakan Kelulusan Siswa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.