Pemilu 2024

Lia Istifhama Target 3 Juta Suara : Optimistis Maju DPD RI Dapil Jatim

Lia Istifhama menegaskan kesiapannya maju sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dari dapil Jawa Timur pada Pemilu 2024.

YouTube SURYA.co.id
Lia Istifhama maju sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dari dapil Jawa Timur pada Pemilu 2024 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Aktivis perempuan, Lia Istifhama menegaskan kesiapannya maju sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dari dapil Jawa Timur pada Pemilu 2024.

Tak tanggung-tanggung, keponakan Khofifah Indar Parawansa itu menargetkan bisa meraup 3 juta suara.

Lia sebelumnya sudah resmi mendaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jatim sebagai bakal calon DPD RI.

Putri tokoh politik Jawa Timur (alm) KH Masykur Hasyim itu mengaku optimistis sekalipun peta persaingan mendatang diprediksi akan sengit.

Keyakinan itu, disebutnya lantaran jaringan sebagai modal sosialnya maju kontestasi. Begitu pula, logistik sudah dipikirkan dengan matang.

"Target saya semoga bisa 3 juta. Ya namanya target itu untuk menyemangati diri," kata Lia dalam wawancara eksklusif yang dipandu oleh News Manager Harian Surya TribunJatim Network, Iksan Fauzi, Kamis (8/6/2023).

Sebagai keluarga yang berkecimpung dengan politik, Lia mengaku banyak belajar dari ayahandanya.

Selain itu, juga sosok Khofifah yang merupakan Gubernur Jawa Timur saat ini, diakui juga menjadi sosok panutannya.

Dua orang ini yang disebut Lia sebagai cermin dirinya hingga berani memutuskan nyalon DPD RI.

Lalu seperti apa cara Lia meraih dukungan termasuk segmen apa yang akan disasar, simak selengkapnya dalam petikan wawancara berikut ;

- Bisa anda ceritakan bagaimana pengalaman dan sepak terjang selama ini sebelum akhirnya maju DPD RI?

+ Jadi sepak terjang saya sama seperti perempuan pada umumnya terutama perempuan di metropolis Surabaya. Dimana kehidupan sehari-hari tak lepas dari strategi. Jadi saya ketika kuliah sudah bekerja marketing kartu kredit. Saya pernah merasakan panas. Saya saat itu kuliah di UINSA, waktu itu IAIN Sunan Ampel, di Unair sama STID Taruna. Jadi tiga tempat, saya bekerja di semester akhir. Itu memang saya ambil, padahal waktu itu orang tua masih anggota dewan. Tapi itu jadi kesempatan saya biar tahu seberapa sih detailnya kehidupan di luar. Jadi biar tahu. Itu yang menjadi titik poin saya bahwasanya kehidupan itu tidak lepas dari survival strategi. Jadi kita semangat saja mengikuti perjuangan kita. Apapun kondisinya. Termasuk sekarang saya sampai di posisi ini, yakni calon DPD RI. Itu tidak mudah, apalagi incumbent maju semua.

Sebetulnya kalau boleh flashback, dari kehidupan saya yang dulu itu, kalau dikatakan politik nyel ya bukan sepenuhnya juga. Karena memang saya bekerja iya, saya menempuh pendidikan juga iya. Sampai kemudian Alhamdulillah dengan cara sangat mudah bisa menyelesaikan program doktor di UINSA. Sangat tidak mudah karena waktu itu saya bekerja di kantor, bekerja jadi dosen, ngurusin keluarga.

- Kalau ilmu politik apakah juga dapat dari orang tua?

+ Pasti dapat. Terutama yang saya lihat itu dari almarhum ayah saya, beliau mengajarkan saya bahwa kita harus memiliki sikap Egaliter bisa merangkul semua kalangan. Itu saya lihat dan akui ketika saya masih SMP. Saya kan kenal beberapa teman beliau di dewan. Jadi saya sering ikut kegiatan beliau dan dilibatkan. Saya tahu bahwa ayah saya ini merangkul banget. Berbagai lintas partai maupun kultur lain, beliau sangat Egaliter. Beliau sangat enjoy dimanapun. Itu menjadi pembelajaran bagi saya bahwa politik itu tidak harus selalu kita berbicara bagaimana meraih posisi jabatan. Tapi bagaimana kita bisa enjoy. Kita menikmati proses di dalamnya. Karena politik kan seni. Dan saya memiliki sebuah pemikiran saat itu. Saya bikin tulisan bahwa seni adalah sebuah strategi. Jadi kita berbicara apa yang ada kita di dalam politik itu kita berpikir.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved