Kisah Mahasiswi Lulusan Terbaik Dapat Ancaman & Intimidasi, Cuma karena Baca Puisi saat Gladi Wisuda

Kisah pilu dialami seorang mahasiswi lulusan terbaik Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muria Kudus (UMK).

Penulis: Arum Puspita | Editor: Adrianus Adhi
YOUTUBE
Mahasiswi lulusan terbaik nangis saat gladi wisuda 

SURYA.CO.ID - Kisah pilu dialami seorang mahasiswi lulusan terbaik Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muria Kudus (UMK).

Mahasiswi bernama Annisya Qona'ah ini menceritakan kisah pilunya dalam video di kanal Youtube Betanews.

Annisya mengaku mendapat ancaman dan intimidasi dari pejabat kampus gara-gara puisi yang ia baca ketika gladi wisuda. 

Mulanya, Annisya mengaku sakit hati usai disinggung diduga Wakil Rektor (WR) 1 mengenai wali wisuda yang diwakilkan oleh sang kakak, bukan orang tuanya.

"Waktu gladi wisudawan terbaik disuruh ke depan, buk rektor tanya PGSD berangkat, saya jawab 'iya buk saya'," jelas Annisya, dikutip dari Tribun Sumsel.

Annisya mengaku yang akan mendampinginya di momen wisuda, adalah kakaknya. Sebab, kedua orang tua Annisya sudah meninggal dunia.

Mahasiswi lulusan terbaik nangis
Mahasiswi lulusan terbaik nangis karena dapat ancaman dan intimidasi

"Saya syok dengan kejadian ini karena baru pertama kali ketemu langsung mengalami kejadian ini," jelasnya.

Bukan simpati yang didapat, Annisya justru syok dengan pernyataan WR 1.

Ketika itu ia membacakan puisi mengkritisi Ketua Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muria Kudus (UMK), Siti Masfuah yang dipecat.

"Terus waktu turun dari panggung beliau nyamperin saya beliau nanya 'kamu baca puisi lagi apa gak' saya kan bingung 'ya saya jawab loh enggak buk'," bebernya.

"Dia bilang 'kamu siapa yang nyuruh baca puisi', saya jawab 'loh gak ada yang suruh buk saya sendiri' dia langsung bilang mahasiswa yang tidak mengerti apa-apa, terus beliau tanya lagi 'besok yang datang siapa?, saya jawab 'kakak, orang tua saya sudah meninggal buk' dijawab lagi 'ora due wong tua re, wani-wani ne'. Kedua orang tua saya memang sudah meninggal semua, perkataan itu yang buat saya sakit itu di depan semua mahasiswa terbaik," beber Annisya.

Annisya hanya bisa diam mendengar pernyataan WR 1.

"Saya diam saja, soalnya itu di depan teman-teman yang lain nanti takutnya berkepanjangan," terangnya.

"Setelah kejadian ini saya cerita ke mbak saya responnya gini 'loh masa kayak gitu, dia gak percaya padahal kan atasan," sambungnya.

Tak hanya itu saja, selain mendapatkan intimidasi, kata Annisya, dia juga mengaku mendapatkan ancaman dengan menyebut intel.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved