SURYA.CO.ID, TULUNGAGUNG - Warga Desa Sumberagung,, Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, menanam pohon pisang di tengah jalan desa sepanjang 1 kilometer.
Aksi ini dilakukan setelah seorang warga setempat, Musthofa (40) mengalami kecelakaan tunggal yang disebabkan kerusakan jalan.
Warga menuding, biang keladi kerusakan jalan desa ini adalah truk-truk tambang batu andesit yang lewat dengan tonase di atas ketentuan.
“Aksi itu dilakukan serentak oleh warga sebagai bentuk protes. Wajar sebagai bentuk ketidakpuasan,” ucap Kepala Desa Sumberagung, Judianan Junjung Nugroho, Kamis (9/3/2023).
Judianan menilai apa yang dilakukan warga adalah hal yang wajar.
Sebab, kerusakan jalan ini sudah terjadi selama dua tahun lebih, semenjak tambang beroperasi.
Setiap hujan jalan berubah menjadi kubangan lumpur, saat terik matahari debu beterbangan.
“Apalagi sering terjadi kecelakaan, karena jalan rusak. Yang semalam itu memang yang paling parah,” ungkap Judianan.
Sebelumnya, jalan Desa Sumberagung ini juga pernah diperbaiki atas jasa anggota DPRD Tulungagung.
Namun dalam waktu satu bulan, jalan kembali rusak parah karena truk-truk tambang yang lalu lalang.
Pihaknya juga sudah mengadu ke Dinas Perhubungan untuk menindak truk-truk dengan tonase melebihi ketentuan, namun tidak ada realisasi.
“Warga kami juga bayar pajak, jadi sama-sama punya hak menikmati fasilitas jalan yang baik,” tegasnya.
Jalan Desa Sumberagung, sebelumnya diaspal dan cukup mulus. Namun sekarang bergelombang, serta aspalnya terkelupas hingga jalannya berlubang.
Judianan mengaku masih akan berkoordinasi dengan Forkopimcam untuk mengambil sikap.
“Karena tuntutan warga juga wajar, dulu jalannya mulus sekarang rusak dan bergelombang,” pungkasnya.
Akibat aksi tanam pohon pisang ini, semua truk tambang tidak bisa lewat jalan Desa Sumberagung.
Namun, kendaraan niaga milik warga maupun jasa ekspedisi masih bisa lewat di tepi pohon pisang.
Dalam pernyataan sikapnya, warga menyatakan aksi tanam pohon pisang ini dilakukan karena khawatir timbulnya gangguan lingkungan hidup jangka Panjang.
Warga juga mengeluhkan tidak ada pengawasan dan penindakan kendaraan yang melebihi tonase.
Kesepakatan penambang untuk membatasi tonase kendaraan hasil tambang juga tidak dipenuhi.
Warga juga sakit hati, karena pemilik tambang menyatakan hanya 5 truk tambang yang beroperasi.
Padahal dari hitungan warga ada sekurangnya 125 truk setiap hari.