Jenderal Andika Perkasa Saingi Khofifah dan Puan Di Survei Populis Center Capres 2024, Ini Detailnya

Mantan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa Saingi Khofifah Indar Parawansa dan Puan Maharani Di Survei Populis Center Capres 2024. Ini rinciannya.

KOMPAS.COM/Fristin Intan Sulistyowati
Jenderal Andika Perkasa saat jabat Panglima TNI. Mantan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa Saingi Khofifah Indar Parawansa dan Puan Maharani Di Survei Populis Center Capres 2024. 

SURYA.co.id - Nama mantan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa memang digadang-gadang bakal maju sebagai Capres 2024.

Berbagai survei pun digelar untuk menunjukkan elektabilitasnya, salah satunya Survei Populis Center.

Hasil dalam suvei tersebut menyebutkan bahwa Jenderal Andika Perkasa bakal bersaing dengan Khofifah Indar Parawansa dan Puan Maharani.

Elektabilitas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menduduki urutan teratas sebagai calon presiden 2024 dengan perolehan suara 19,8 persen.

Peneliti Populis Center Rafif Pamenang Imawan mengatakan, angka ini mengacu pada hasil survei yang Populi Center yang dilakukan sejak 25 Januari hingga 2 Februari 2023.

“Pada pertanyaan top of mind, Ganjar Pranowo menjadi tokoh yang paling banyak dipilih oleh masyarakat sebagai presiden apabila pemilihan presiden dilakukan hari ini,” kata Rafif dalam keterangannya, Senin (13/2/2023).

Seperti dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Survei Populi Center: Ganjar Teratas, Anies Merosot Setelah Tidak Jadi Gubernur DKI'.

Adapun Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menempati urutan kedua dengan elektabilitas 17,1 persen, diikuti mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan angka 10,8 persen.

Dalam survei ini, nama Presiden Joko Widodo masih masuk dalam radar calon presiden dan memperoleh elektabilitas sebesar 10,1 persen.

Berdasarkan temuan timnya, kata Rafif, terdapat kecenderungan elektabilitas Anies Baswedan menurun, utamanya setelah tak lagi menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

“Terkait elektabilitas calon presiden, data menunjukkan terdapat penurunan elektabilitas Anies Baswedan usai tidak lagi menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta,” ujar Rafif.

Adapun sejumlah tokoh lainnya meraup suara di bawah 10 persen. Mereka adalah Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dengan 5,1 persen, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahudin Uno dengan dengan 1,7 persen, pengusaha sekaligus Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo dengan dengan 0,7 persen.

Kemudian, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dengan 0,5 persen, eks panglima TNI Andika Perkasa dengan 0,5 persen, dan Ketua DPR Puan Maharani dengan 0,4 persen.

Selain calon presiden, survei Populi Center juga menanyakan kepada para responden mengenai sosok calon wakil presiden pilihan mereka.

Nama Ridwan Kamil menempati urutan teratas dengan elektabilitas sebesar 22,4 persen, Sandiaga Uno dengan 16,8 persen, Andika Perkasa dengan 9,9 persen, Agus Harimurti Yudhoyono dengan 9 persen.

Kemudian, Menteri BUMN Erick Thohir dengan 8,8 persen dan Khofifa Indar Parawansa dengan 6,2 persen.

Peluang Jenderal Andika Perkasa Jadi Wakil Anies Baswedan

Sebelumnya, Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama Ari Junaedi membeberkan prediksi terbarunya tentang peluang Jenderal Andika Perkasa di Pilpres 2024.

Menurut Junaedi, Jenderal Andika Perkasa berpotensi menang jika menjadi calon wakil Presiden bersama Anies Baswedan.

Keduanya disebut berpotensi mengalahkan Prabowo Subianto jika Ketua Umum Partai Gerindra itu berduet dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar.

"Jika bicara aspek potensi menang, maka pasangan Anies-Andika saya ramalkan akan menjadi kuda hitam yang bisa mengungguli Prabowo-Muhaimin andai Gerindra jadi berkoalisi dengan PKB," kata Ari seperti dikutip dari Tribun Video dalam artikel 'Peluang Andika Perkasa Jadi Wakil Anies Baswedan Punya Kans Menang Jika Berpasangan'.

Sosok Andika dinilai ideal menjadi pelengkap kekurangan Anies yang oleh sebagian publik dianggap sebagai penyokong politik identitas dan antitesa Presiden Joko Widodo yang citranya nasionalis.

Latar belakang sebagai militer dengan jabatan tertinggi Panglima TNI dianggap menjadi nilai tambah sendiri buat Andika.

Kekurangannya, Andika bukan dari kalangan elite partai politik mengingat selama berkarier di militer jenderal bintang empat itu memang tak diperbolehkan aktif berpolitik.

"Selepas memasuki pensiun dari militer aktif tentu menjadi keleluasaan Andika untuk bergerak bebas di bidang politik," ucap Ari.

Ari menduga, wacana memasangkan Anies dengan Andika bakal terganjal restu Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Namun menurut Ari, restu Demokrat bakal jadi ganjalan terbesar wacana tersebut. Partai bintang mercy itu terlihat sangat ingin menyertakan ketua umum mereka, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), di panggung pemilihan.

Sebenarnya, upaya Demokrat ini sekaligus untuk mendongkrak elektabilitas partai dan putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut.

"Faktor terbesar ketidaksetujuan lebih terletak kepada Demokrat yg menjadi last battle SBY untuk mendongkrak AHY," ujar Ari.

Sementara, PKS yang semula menghendaki agar mantan Gubernur Jawa Barat yang juga Wakil Ketua Majelis Syura PKS, Ahmad Heryawan alias Aher, jadi pendamping Anies.

Tapi jika gagal, Ari memprediksi, partai pimpinan Akhmad Syaikhu itu bakal legawa asalkan mendapat akomodasi politik berlebih dari Anies-Andika dan Nasdem.

Nasdem semula sudah mengunci kesepakatan koalisi bahwa nama cawapres diserahkan kepada Anies untuk memilih.

Namun belakangan Demokrat maupun PKS berharap mendapat banyak keuntungan, sehingga mendorong kader masing-masing maju sebagai calon RI-2.

"Secara matematis koalisi, pasangan 'pengantin' Anies-Andika sulit terwujud karena ketidakrelaan Demokrat dan PKS," kata dosen Universitas Indonesia itu.

>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved