Nestapa Bocah di NTT Minta Listrik, Lelah Belajar dengan Lampu Minyak: Pak Jokowi, Tolong Bantu Kami

Untuk belajar di malam hari, anak-anak di Kampung Wulokolong, Flores Timur, NTT harus pakai lampu minyak tanah

Penulis: Christine Ayu Nurchayanti | Editor: Adrianus Adhi
Kompas.com/Serafinus Sandi Hayon Jehadu
Anak-anak di Kampung Wulokolong, Desa Lamatutu, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) belajar dengan penerangan lampu minyak 

SURYA.CO.ID - Nasib pilu datang dari para bocah di NTT.

Untuk belajar di malam hari, mereka harus menggunakan penerangan dari lampu minyak tanah.

Kondisi tersebut membuat mereka menjadi tidak nyaman belajar.

Salah satunya dirasakan oleh Paola Jawa Waikelak, bocah berusia 11 tahun.

Paola terlihat menata kursi dan meja di rumahnya pada Rabu (8/2/2023) malam.

Melansir Kompas.com, ia tak lupa mengisi minyak tanah di dalam sebuah alat penerangan sederhana miliknya.

Baca juga: Rayakan HUT Kemerdekaan RI, Pemuda Banyuwangi Nyalakan 7.500 Lampu Minyak

Lampu ini terbuat dari kaleng bekas yang dilengkapi sumbu.

Kaleng itu diisi minyak tanah, sumbu kemudian dicelupkan hingga ke dasar kaleng. Ujung sumbu pun dinyalakan.

Tak hanya rumah Paola, warga lain juga mengandalkan lampu minyak tanah untuk penerangan.

Jika tidak, mereka melewati malam dalam keadaan gelap gulita.

Paola tinggal di Kampung Wulokolong, Desa Lamatutu, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Ia merupakan siswa kelas IV Sekolah Dasar Inpres (SDI) Bou.

Di kampung itu, Paola tidak sendiri, ada juga beberapa siswa lain yang mengenyam pendidikan di SDI Bou.

Di antaranya, Simon Petrus Waiklak (12), Yohanes Kopong (13), Dominika Waiklak (10), Katarina Lerek Lamabewa (6), Maksimus Lamabewa (8), dan beberapa siswa lain.

"Di sini ada 12 orang yang sekolah di SDI Bou jadi kalau kami ke sekolah selalu sama-sama. Kebetulan malam ini jadwalnya di saya punya rumah untuk belajar bersama," ucap Paola saat ditemui, Rabu (8/2/2023) malam.

Suasana belajar malam itu sungguh memilukan.

Mereka harus duduk berdempetan agar kebagian cahaya lampu.

Sebab cukup sulit bagi mereka untuk membaca dan menulis.

Seusai belajar, para siswa ini pun mengungkapkan curahan hatinya. Yohanes Kopong mengaku, sudah lelah belajar dengan kondisi seperti itu.

Baca juga: Antisipasi Penyakit Mulut & Kuku, 700 Sapi Asal NTT Dilarang Keluar Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya

Sebab sudah belasan tahun mereka hidup tanpa penerangan listrik.

"Kami kalau malam sangat sulit belajar, kami butuh listrik di sini. Kami mohon bantuan dari pemerintah," pinta Yohanes.

Siswa lain, Katarina dan Dominika mengungkapkan hal senada. Mereka berharap Presiden Joko Widodo bisa membangun jaringan listrik ke kampung mereka.

"Pak Jokowi tolong bantu kami, kami sudah lelah belajar pakai lampu minyak tanah. Tolong kasih kami listrik," ucap keduanya.

Warga Kampung Wulokolong, Benediktus mengatakan, ketiadaan penerangan listrik membuat aktivitas warga terbatas.

Apalagi, para siswa yang hendak belajar di malam hari.

Ditambah lagi akses jalan yang tidak bisa dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat.

Kondisi ini, lanjutnya, membuat para siswa dari kampung itu memilih berhenti bersekolah.

"Banyak yang tidak mau sekolah dan memilih kerja kebun. Ada juga yang merantau ke daerah lain. Ini lah kondisi yang kami alami di sini," ujarnya.

Baca juga: Warga NTT Jauh-jauh Temui Ganjar Pranowo di Semarang, Katanya: Pengen Belajar Politik

Ketua RT 16 Wulokolong Simon Sake Lamabewa menyebut, kampung itu dihuni 17 kepala keluarga (KK) dengan total populasi 65 jiwa.

Warga beberapa kali mengusulkan pembangunan jaringan listrik ke kampung itu melalui pemerintah desa setempat.

Namun hingga saat ini, belum ada jawaban dari pemerintah maupun Perusahaan Listrik Negara (PLN) Flores bagian timur.

"Kami hanya bisa berharap kampung ini bisa mendapat perhatian dari pemerintah. Karena di sini ada kehidupan dan generasi masa depan bangsa, khususnya Flores Timur," ucapnya.

>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved