Suarakan Tangisan PRT, Rampak Sarinah Perjuangkan UU PPRT

SURYA.co.id - Rampak Sarinah Surabaya dan Sidoarjo disertai PRT Sugesti mendatangi Gedung DPRD Sidoarjo, Rabu (1/2/2023).

Mereka melakukan Aksi Rabuan untuk Pengesahan UU PPRT.

Sugesti membawa Naris (13), anak sulungnya yang disabilitas.

Sugesti potret nasib PRT Indonesia.

Ia pencari nafkah satu-satunya dan harus bekerja rangkap supaya dapat mencukupi kebutuhan dia dan dua anak perempuannya.

Sugesti bergabung dengan Rampak Sarinah karena ia harus ikut aktif memperjuangkan nasibnya sendiri dan tidak sekadar menunggu meski dengan selalu membawa Naris bekerja.

"Saya menjadi keluarga tidak mampu dan bekerja sebagai PRT paruh waktu. Karena KTP tidak di Sidoarjo, saya tidak pernah dapat BLT dan paket lain selama pandemi," kata Sugesti.

Gambaran UU PPRT di Philipina menjadi acuan penyusunan UU PPRT Indonesia.

PRT harus diberi kartu identitas profesi untuk membantu mengefektifkan program perlindungan sosial.

Nadia Bafaqih, Ketua Rampak Sarinah Sidoarjo memberikan informasi perkembangan advokasi UU PPRT setelah dukungan Presiden Jokowi pada tanggal 18/1/23.

"Kami berharap DPRD Sidoarjo menyambungkan aspirasi kami dan para PRT agar Ketua DPR segera membawa RUU PPRT ke sidang paripurna DPR RI dalam masa sidang ini, ujarnya.

Pada kesempatan itu, ada pembacaan puisi 'Tangisan Narsih' oleh Mega Dewata Ayu.

Puisi yang ditulis oleh Eva Sundari, Koordinator Koalisi Sipil untuk UU PPRT bercerita tentang PRT Narsih yang masih berusia anak-anak yang meninggal disiksa majikannya di Surabaya pada 12 Februari 2001.

Mega menjelaskan, Peringatan Hari PRT Nasional pada 15 Februari adalah untuk mengenang kematian Narsih.

Ia percaya, adanya UU PPRT akan dapat mencegah munculnya para PRT korban lainnya seperti Narsih.