Berita Probolinggo

KISAH UNIK Pria di Probolinggo Beri Mahar Linggis, Tak Sembarangan dan Pinangan Langsung Diterima

Pasangan pasutri di Probolinggo punya filosofi dalam pemerian mahar berupa sebatang linggis.

Penulis: Christine Ayu Nurchayanti | Editor: Adrianus Adhi
Surya.co.id/Danendra Kusuma
Pasutri di Probolinggo Samsul Mukmin dan Sumiati telah menikah dengan mahar linggis 

SURYA.CO.ID - Kisah unik datang dari Probolinggo, Jawa Timur.

Seorang pria, Samsul Mukmin (46), memberikan mahar tidak biasa kepada Sumiati (45).

Adapun mahar yang ia berikan yakni sebatang linggis.

Mengetahui maskawin yang bakal diserahkan kepadanya, Sumiati langsung menerima pinangan Samsul.

Meski hanya sebatang linggis, namun Samsul tak sembarangan memilihnya.

Ia dan sang istri menyematkan makna mendalam pada benda tersebut.

Baca juga: Pria di Probolinggo Beri Mahar Sebatang Linggis Kepada Calon Istrinya, Sebut Punya Makna yang Dalam

Samsul merupakan warga Desa Dungun, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo.

Sementara istrinya, Sumiati adalah warga Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan.

Pasangan pengantin baru yang tak lagi muda itu mengusung sebuah filosofi tersendiri dalam keputusan pemerian mahar berupa sebatang linggis.

Sumiati menyatakan tak meminta mahar yang muluk-muluk dan sesuai keinginannya kepada Mukmin. 

Dia menyerahkan sepenuhnya bentuk mahar kepada Mukmin. Pokoknya, semampunya Mukmin. 

Setelah berpikir panjang, Mukmin pun memutuskan memberi mahar Sumiati sebatang linggis dan uang Rp 100 ribu. 

Mukmin bercerita, meski nyeleneh, keputusan memberikan mahar linggis kepada sang istri bukanlah asal-asalan. 

Ada makna mendalam yang terkandung pada mahar sebatang linggis itu. 

"Sebatang linggis adalah simbol kekokohan. Linggis tak mudah dibengkokkan. Dibenturkan berkali-kali juga tak hancur. Jadi, saya ingin rumah tangga kami tetap kokoh dalam situasi apapun layaknya sebatang linggis ini," kata Mukmin kepada Surya saat ditemui di rumahnya, Desa Dungun, Sabtu (4/2/2023). 

Mukmin menyebut, mahar yang diberikan tersebut merupakan hasil dari keringatnya sendiri. 

Sehari-hari, Mukmin bekerja sebagai penjual kerupuk dagangan si bos.

Upah yang dia terima dalam sehari Rp 50-70 ribu. 

Baca juga: Warga Kota Probolinggo Ini Panik, Piranti STB Mendadak Terbakar saat Asyik Nonton Televisi

"Sebagian upah saya kumpulkan untuk mahar, sebagian lagi untuk memenuhi kebutuhan pokok. Saya membeli sebatang linggis kondisi baru di sebuah toko bangunan. Harganya Rp 50 ribu," sebutnya. 

Sementara, Sumiati mengungkapkan, ketika Mukmin memberikan mahar sebatang linggis dan uang Rp 100 ribu, tidak ada keraguan baginya untuk menerima mahar itu. 

Sumiati juga bersyukur dengan mahar yang diberikan kepadanya. 

"Tanpa panjang lebar saya terima pinangan dan mahar yang diberikan oleh suami. Sebab, dari awal saya memang tak neko-neko meminta mahar. Saya bersyukur dengan apa yang diberikan," ungkapnya. 

Sumiati menyatakan, mahar sebatang linggis itu akan dipajang di dinding ruang tamu rumah. 

Linggis tersebut akan diletakkan di titik yang mudah terlihat agar dia dan suami selalu ingat dengan filosofinya. 

"Sebatang linggis itu akan menjadi kenangan untuk saya dan suami. Saya dan suami akan berupaya mewujudkan arti yang ada dalam sebatang linggis itu, yakni rumah tangga yang kokoh," terangnya. 

Di sisi lain, Sumiati menyatakan perkenalan dirinya dengan suami berlangsung sejak 5 tahun lalu. 

Saat itu, status Sumiati menjanda karena suami pertama meninggal dunia.

Begitu pula Mukmin. Dia menduda usai istrinya meninggal dunia. 

Perkenalan Sumiati dengan Mukmin terjadi karena peran dua temannya, bekennya dicomblangin.

Mulanya, Sumiati dan Mukmin tak ada gairah untuk membuka lembaran baru dengan orang lain. 

Baca juga: Polres Probolinggo Kota Tangkap 2 Pemuda yang Hendak Tawuran, Kedapatan Bawa Celurit

Mereka lebih fokus bekerja demi sang buah hati.

Sumiati mempunyai seorang anak. Sedangkan, Mukmin memilik dua orang anak. 

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, Sumiati dan Mukmin bertemu. 

Ketika awal bertemu, Mukmin sempat minder karena merasa tak memiliki apa-apa. 

Hanya rumah sederhana dan motor butut Honda Astrea keluaran tahun 2000 yang dia punyai.

Pekerjannya juga sebagai penjual kerupuk. 

"Saya memberikan pengertian kepadanya, bahwa saya tak mementingkan harta. Rejeki sudah diatur oleh Allah. Tak mungkin tertukar. Rejeki bisa didapat kalau berusaha," urainya.

Tiga bulan akhir ini, keduanya semakin dekat.

Sumiati dan Mukmin sudah bisa memahami satu sama lain. 

"Karena usia kami tak lagi muda, tentu kami tidak berpacaran. Kami hanya taarufan. Biar hubungan ini mengalir saja. Hingga pada akhirnya, saya dan suami menikah pada Jumat, kemarin. Acara pernikahan digelar sederhana," pungkasnya. 

>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id

Sumber: Surya
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved