Berita Surabaya

Jelang Perayaan Imlek, Kue Keranjang Paling Diburu, Produsen : Banyak yang Pesan Akhir Desember

Kue ini merupakan salah satu kue khas atau wajib disiapkan saat perayaan tahun baru Imlek. Kue ini mempunyai tekstur yang kenyal

surya.co.id/bobby kolloway
Produsen kue keranjang di Kalidami, Kelurahan Mojo, Kecamatan Gubeng, Surabaya memperlihatkan produk buatannya, Kamis (12/1/2022). 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Penjualan kue keranjang naik menjelang Tahun Baru Imlek 2023 yang bertepatan dengan Minggu (22/1/2023). Total penjualan naik hingga 10 persen.

Natal dan Imlek yang hanya berselisih satu bulan ikut berdampak pada penjualan.

Warga Surabaya mulai memesan saat itu dan puncaknya akan terjadi pada saat Imlek.

Apabila tahun sebelumnya pedagang baru bisa menjual 5.000 dus, maka tahun ini naik signifikan. Hingga pertengahan Januari, sudah 6.000 dus yang terjual.

"Sebenarnya, gejala kenaikan sudah terlihat sejak Natal. Masyarakat banyak yang mulai memesan di akhir Desember," kata Pengusaha Kue Keranjang di Kalidami, Kelurahan Mojo, Kecamatan Gubeng, Feri Andrea Cendy, Kamis (12/1/2022).

Untuk diketahui, kue ini merupakan salah satu kue khas atau wajib disiapkan saat perayaan tahun baru Imlek. Kue ini mempunyai tekstur yang kenyal dan bisa disantap dengan berbagai sajian.

Dikutip dari berbagai sumber, kue keranjang memiliki nama asli Nian Gao atau Ni-Kwe (Ti-Kwee) yang disebut juga kue tahunan karena hanya dibuat setahun sekali pada masa menjelang tahun baru Imlek.

Masyarakat Tionghoa percaya bahwa kue satu ini bisa membawa keberuntungan.

Feri menjelaskan, bahwa bisnis yang dikembangkan merupakan usaha turun temurun. "Awalnya, dimulai nenek saya di tahun 80-an," katanya.

Dengan dibantu 3 karyawannya, dia bisa memproduksi 300 kotak dalam sehari. Seluruh proses dilakukan di kediamannya yang berlokasi di Jalan Kalidami IX No.9, Mojo, Kecamatan Gubeng.

Tahun ini, ada dua ukuran yang disiapkan. Yakni, ukuran standar dengan berat 8 ons (isi dua potong besar) dan ukuran kecil dengan berat 4,5 ons (isi sembilan potong kecil).

Tiap dusnya, ia menjual kue keranjang mulai Rp28 ribu untuk ukuran kecil dan Rp30 ribu untuk ukuran besar. "Kami tahun ini mulai menjual ukuran kecil karena banyak yang memesan untuk ukuran kecil," kata Feri.

Tiap tahunnya, pesanan datang bukan hanya dari dalam kota, namun juga luar daerah. "Kami pasarkan ke sejumlah pusat perbelanjaan di Surabaya. Dibanding pandemi tahun lalu, pesanan tahun ini lebih banyak," kata pria 35 tahun ini.

Selain bersama karyawannya, ia juga mengembangkan bisnis ini bersama ibunya, Tjitjik Lidyana. Mereka membimbing karyawannya tiap proses pembuatan.

Untuk memproduksi kue sebanyak itu, pihaknya membutuhkan 20 kg tepung ketan, 20 kg gula, dan 20 liter air dalam sekali pembuatan. Dibanding kue keranjang lainnya, ada kekhasan dalam kue ini yang dinilai dari rasa.

Pihaknya tetap mempertahankan resep keluarga. "Kami sudah memiliki pelanggan yang loyal tiap tahunnya," katanya.

Produksi kue dimulai dengan mengaduk masing-masing bahan dalam satu adonan. Waktunya, sekitar 1 jam.

Begitu adonan selesai, selanjutnya proses penyaringan. Adonan yang disaring lantas dibagi dalam berbagai ukuran. Selanjutnya, kue dikukus.

Menariknya, waktu pengukusan ini ternyata cukup lama, mencapai 15 jam. Setelah dikukus, kue yang matang lantas dikemas.

Bagi masyarakat yang biasa menikmati kue ini, ada berbagai cara penyajian. Mulai dari langsung disantap atau diolah lagi.

"Ada yang dipotong kecil-kecil kemudian disantap dengan kuah santan. Ada juga yang dipotong-potong kecil dan dimakan bersama parutan kelapa," katanya.

BACA BERITA SURYA.CO.ID DI GOOGLE NEWS LAINNYA

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved