Berita Malang Raya

Di Pasar Besar Kota Malang, Stok Ikan Laut yang Dijual Berkurang Pasca Angin Kencang

Angin kencang yang terjadi beberapa hari lalu berdampak terhadap pasokan ikan laut yang dijual di Pasar Besar Kota Malang.

Penulis: Benni Indo | Editor: Titis Jati Permata
surya.co.id/benni indo
Pedagang ikan laut di Pasar Besar Kota Malang, Maria Ulfa melayani pelanggan yang datang ke lapaknya. Stok ikan laut di tempatnya berkurang akibat dampak dari angin kencang beberapa waktu lalu. 

SURYA.CO.ID, MALANG - Angin kencang yang terjadi beberapa hari lalu berdampak terhadap pasokan ikan laut yang dijual di Pasar Besar Kota Malang.

Para nelayan tidak berangkat melaut akibat angin kencang.

Sejumlah pedagang pun untuk sementara waktu tidak bisa menjual ikan laut.

Adapun beberapa hanya menjual dalam jumlah yang terbatas.

Seorang pedagang ikan laut, Maria Ulfa berujar ikan laut yang tidak datang adalah bawal putih, tuna besar, ikan kembung, serta kakap.

Di sisi lain, jumlah ikan laut yang ia jual sangat terbatas.

Dari permintaan 20 Kg ikan, ia hanya mendapatkan 5 Kg saja dari nelayan.

Opsi lain yang ia lakukan adalah berjualan ikan air tawar.

Selain jumlahnya yang menurun, harga ikan laut juga mengalami kenaikan.

Baca juga: Jadwal Lanjutan Liga 2 Belum Jelas, Gresik United Tunda Latihan Perdana di Awal Tahun 2023

Baca juga: Sering Bikin Pengendara Jatuh, Warga Tanam Pohon Pisang di Jalan Berlubang Kota Blitar

"Kakap merah yang awalnya Rp 55 ribu, naik menjadi Rp 75 ribu. Naiknya banyak, biasanya Tengiri Rp 70 ribu, sekarang Rp 80 ribu, yang besar Rp 85 ribu per kilogram," ujarnya.

Kenaikan harga ini juga dipicu momen liburan Natal dan tahun baru yang baru saja berakhir.

Kenaikan harga terjadi juga pada ikan air tawar.

Kata Marian, Gurami yang awalnya Rp 40 ribu menjadi Rp 45 ribu per kilogram.

Kemudian Nila yang awalnya seharga Rp 30 ribu menjadi Rp 35 ribu per kilogram.

"Sejak tahun baru naik, anginnya juga tinggi waktu itu. Suami saya yang aml ke selatan kekurangan stok. Saat ini stok ikan laut sedikit sehingga cepat habis," ujar Maria.

Sementara itu, harga sejumlah kebutuhan pokok relatif stabil.

Ada sejumlah barang yang harganya naik, tapi juga ada yang turun. Kenaikannya juga tidak terlalu signifikan.

Harga kebutuhan yang naik seperti gula. Saat ini, harga gula menjadi Rp 13 per Kg.

Sedangkan yang turun salah satunya adalah telur yang menjadi Rp 27 ribu per Kg.

Baca juga: Nelayan Brondong Lamongan Gelar Tasyakuran dan Petik Laut 3 Hari 3 Malam Tanpa Larung Sesaji

Baca juga: Cuaca Ekstrem Diprediksi Hingga Awal Tahun, BMKG Tuban : Gelombang Tinggi Ancam Nelayan

Afi Rizkia, pedagang sembako di Pasar Besar Kota Malang berpendapat, justru yang saat ini banyak diburu oleh masyarakat adalah beras Bulog.

Menurutnya, kualitas beras Bulog saat ini sangat bagus dengan harga yang terjangkau.

Hal itulah yang membuatnya banyak diminati masyarakat.

"Sekarang, beras Bulog agak kosong. Sudah mulai ada peminatnya, tapi masih kosong saat ini. Harganya Rp 47 ribu, sedangkan beras yang biasanya itu harganya di atas Rp 60 ribu," ujarnya.

Afi mengaku sangat membutuhkan beras Bulog saat ini.

Banyak pembeli yang datang ke warungnya untuk beli beras Bulog. Sayangnya, stoknya tidak ada.

"Saya sangat membutuhkan beras Bulog karena sekarang pembeli mau menerima. Dulu tidak mau karena kualitasnya kurang, sekarang peminatnya banyak. Stok beras Bulog saya habis sejak akhir Desember 2022. Peminatnya banyak sekali untuk beras Bulog," ungkapnya.

Ia berharap pemerintah segera membuat kebijakan mengedarkan kembali beras Bulog.

Menurut Afi, saat ini masyarakat sangat membutuhkan beras Bulog karena harga terjangkau di tengah kondisi perekonomian yang sulit.

Bank Indonesia Kantor Cabang Malang melaporkan, kenaikan permintaan akhir tahun memicu peningkatan inflasi di Kota Malang.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Malang pada Desember 2022 mengalami inflasi sebesar 0,58 persen (mtm), dengan demikian, selama tahun 2022 inflasi Kota Malang tercatat sebesar 6,45 % (yoy), lebih rendah dari inflasi Provinsi Jawa Timur yang sebesar 6,52 % (yoy).

Bank Indonesia memperkirakan inflasi tahun 2023 akan melandai dan lebih rendah dibanding tahun 2022.

Sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia akan terus diperkuat melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan penguatan koordinasi TPIP-TPID untuk menjaga level inflasi berada dalam rentang sasaran 3,0 % + 1 % .

BACA BERITA SURYA.CO.ID DI GOOGLE NEWS LAINNYA

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved