Pengamat Pemilu: Pemilih Pilpres 2024 Dapat Memilih Berdasarkan Sumber Informasi di Medsos
Pengamat pemilu menilai media sosial bisa menjadi media penting dalam memberikan informasi terkait pemilu.
SURYA.CO.ID - Topik mengenai para pemilih pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 tengah menjadi perbincangan hangat banyak orang.
Topik ini juga dibahas dalam acara Tribun Network Talkshow Series: Memilih, Damai dengan tema "Membaca Suara dari Daerah: Kalimantan" pada Senin (5/12/2022).
Sejumlah narasumber dihadirkan, di antaranya Rektor Universitas Balikpapan Isradi Zainal, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Mulawarman Samarinda Muhammad Noor, Peneliti Litbang Kompas Yohan Wahyu, serta Aktivis Pengamat Pemilu dan Demokrasi Indonesia sekaligus Dewan Pembina Perludem Titi Anggraini.
Aktivis Pengamat Pemilu dan Demokrasi Indonesia sekaligus Dewan Pembina Perludem Titi Anggraini menilai, pemilih hanya disajikan berdasarkan apa saja yang bisa diakses.
"Pemilih dapat memilih berdasarkan sumber informasi di media sosial (medsos). Jadi ini menjadi tantangan ke depan, bagaimana media juga ikut memberitakan secara lebih proporsional. Pemimpin-pemimpin alternatif dari daerah-daerah selain Jawa," tutur Titi.
Sementara itu, Peneliti Litbang Kompas Yohan Wahyu mengaku keberatan jika pekerjaan memberikan informasi terkait pemilu hanya dibebankan kepada media saja.
"Peran medsos sebagai pengaplikasian berita dan tidak menciptakan peristiwa. Ketika segala infrastruktur berada di Pulau Jawa, terutama di Jakarta," ujarnya.
Pada konteks tertentu, sebut dia, pemakai medsos terbesar berdasarkan data memang ada di Jawa. Oleh karenanya, wajar jika hal yang diperbincangkan berkisar pada orang-orang Jawa.
"Tidak mungkin mereka melakukan atas apa yang tidak mereka ketahui, sesuatu yang jauh dengan mereka. Ini yang menjadi pekerjaan rumah kita, bagaimana jangkauan tersebut bisa meluas," tukasnya.
Menurutnya, semua orang bisa menciptakan momentum. Apalagi, saat ini banyak hal yang menarik perhatian publik.
"Jika dilihat, konten-konten yang viral tidak semua dari Pulau Jawa," cetus Yohan.
Artinya, dia melanjutkan, semuanya harus dibuat terlebih dahulu. Dengan kata lain, promosi lewat medsos merupakan hal yang penting.
"Medsos pasti adalah hal yang menarik. Berbeda dengan berita cetak, hal yang penting didahulukan, bukan berarti tulisan karangan khas tidak menarik. Sedangkan di medsos pasti yang menarik. Kebiasaan ini yang perlu dipelajari, bahwa sesuatu yang menarik, cepat dan kemudian dekat dengan keseharian," paparnya.
Yohan menilai, jika dilihat secara jelas, banyak konten viral saat ini yang sebenarnya tidak terlalu penting.
"Berbicara ilustrasi, bagaimana sebenarnya kreativitas dan momentum yang bisa dipakai, ketika berkaitan medsos. Isu yang menjadi perbincangan terkait pekerjaan, kesejahteraan, bahkan isu demokrasi, tapi kemasannya tidak seserius itu," ucapnya.