Brigadir J Ditembak di Rumah Jenderal
PAKAR Mikro Ekspresi Bandingkan Gelagat Ferdy Sambo dan Bharada E: Verbal FS Bahaya, Siapa Bohong?
Pakar Mikro Ekspresi menganalisis gelagat Ferdy Sambo dan Bharada E saat bersaksi di sidang. Siapa yang bohong?
SURYA.CO.ID - Pakar mikro ekspresi Kirdi Putra membandingkan ekspresi Ferdy Sambo dan Bharada RIchard Eliezer PUdihang Lumiu atau Bharada E saat bersaksi di sidang pembunuhan Brigadir J.
Seperti diketahui, Ferdy Sambo baru saja bersaksi untuk terdakwa Bharada E, Bripka Ricky Rizal dan Kuat Maruf di PN Jakarta Selatan pada Rabu (7/12/2022).
Sementara Bharada E bersaksi untuk terdakwa Bripka Ricky Rizal dan Kuat Maruf di persidangan Rabu (30/11/2022).
Menurut Kirdi Putra, untuk menganalisis ekspresi ini perlu dilihat polanya.
Pola Bharada E dari sebelumnya sampai sekarang, relatif konsisten.
Baca juga: JANJI Ferdy Sambo ke Bripka Ricky Rizal dan Kuat Maruf setelah Kasus Selesai: Saya Rawat Keluarganya
"Ketika bicara cukup ekspresif, cukup menjelaskan dengan dipegang lehernya, segala macam. Sangat ekspesif nyaris tanpa jeda begitu ditanya jawab, begitu ditanya jawab. Bisa menjelaskan dengan begitu jelas," jelas Kirdi Putra dikutip dari tayangan Primetime News Metro TV, Rabu (7/12/2022).
Sementara, lanjut Kirdi, Ferdy Sambo menjelaskan dengan pola yang berubah-ubah.
Mulai, dari ketika dia minta maaf, bicara di depan, berinteraksi dengan PC, saat sidang kemarin.
Menurut Kirdi, sidang hari ini, Ferdy Sambo sangat berhati-hati. Ditandai saat pegang mik dengan dua tangan.
"Ketika seseorang memegang mik dengan dua tangan, itu satu cara supaya tidak bergetar atau holding position. Ketika seseorang nervous atau dalam kondisi tertekan dia pegang mik," katanya.
Tak hanya menyoroti ketika memegang mik dengan dua tangan, Kirdi juga melihat tangan kiri Ferdy Sambo setelah memegang mik selalu diletakkan dan diam di pangkuan.
"Dari awal sampai akhir begitu, ada beda tapi jarang. Sementara orang yang lepas, tidak ada beban, bisa menggunakan gesture lebih lepas. Bergerak bebas tangannya," katanya.
Kirdi juga melihat ada beberapa pernyataan saat disampaikan Ferdy Sambo dengan melirik ke sebelah kanannya.
"Ini yang kita sebut sebagai confirmation gesture, dia butuh konfirmasi jawaban saya benar gak sih," kata Kirdi.
Ini sangat berbeda sekali dengan Bharada E yang saat di sidang sangat lepas menjelaskan dengan ekspresi tangan yang lepas.
"Saya gak bisa bilang ini pasti jujur, tetapi Eliezer menampilkan sebuah bentuk komunikasi yang konsisten dari sebelumnya sampai sekarang. Satu, isinya konsisten. Dua, cara dia menyampaikan konsisten.
"Kemungkinan atau kencenderungan dia (Eliezer) berkata apa adanya itu lebih besar dibandingin Ferdy Sambo," tegas Kirdi.
Apakah sikap yang ditunjukkan Ferdy Sambo itu bagian dari strategi untuk keluar dari tekanan?
Koirdi mengakuinya. "Jelas ketika seseorang dengan holding gesture, itu cara seseorang untuk mengurangi intensitas stress yang terjadi pada dirinya," katanya.
Tak hanya gesture, Kirdi juga melihat komunikasi verbal yang dilakukan Ferdy Sambo yang menurutnya justru berbahaya.
"Ada namanya,indirect languange untuk mempengaruhi orang secara tidak sadar.
"Seolah-olah mau bertanggungung jawab padahal pukulan kata-katanya yang dia sebut salah itu adalah Eliezer," terang Kirdi.
Kalimat yang menguatkan analisis Kirdi ini adalah ketika Ferdy Sambo menyebut, 'saya bertanggungjawab penuh atas apa yang terjadi.
"Itu kata-kata sebenarnya semuanya telah terjadi, yang melakukan dia. begitu sebetulnya.
Itu bahasa penghalus, tapi yang salah kan dia. Saya gentle. Tapi dia menyalahkan Eliezer," terang Kirdi.
Lalu, mengenai kalimat yang diucapkan FErdy Sambo dengan tone rendah, pelan dan speed pelan, menurut KIrdi itu adalah bagian dari strategi.
Hal ini beralasan karena di awal-awal Ferdy Sambo kalau berbicara berapi-api dengan nada tinggi.
"Ini bagian strategi. Kalau bicara orang yang dianggap salah di Indonesia, kebanyakan masyarakat lebih lunak soft, kalau orangnya humble, rendah hati, lebih santun.
"Justru ini strategi komunikasi yang dirancang dengan sangat bagus sekali. Artinya, tim bisa kuasa hukum, tim komunikasi sudah bekerja dengan baik," terang Kirdi.
Hal yang sama dilihat saat Ferdi Sambo menerangkan soal kekerasan seksual yang dialami istrinya, Putri Candrawathi.
Kirdi melihat, saat menerangkan kekerasan seksual itu ekspresi bibir Ferdy Sambo masuk ke dalam.
Justru ekspresi ini tidak bisa dikatakan marah karena biasanya ekspresi marah diikuti tarikan wajah bagian atas dan bibir mengencang.
"Tapi ini (bibirnya) masuk ke dalam. Dia sebetulnya punya keterangan lain yang dia tahu, tapi dia putuskan untuk tidak sampaikan ke orang yang di hadapannya. Banyak sekali fakta-fakta yang dia tahan," tegasnya.
Analisis Lengkap Ekspresi Bharada E

Sebelumnya, pakar mikro ekspresi Monica Kumalasari menganalisis ekspresi Bharada E atau Bharada Richard Eliezer Pudihang Lumiu saat bersaksi di sidang pembunuhan Brigadir J di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (30/11/2022).
Pakar mikro ekspresi menyebut segala sesuatu yang disampaikan Bharada E di sidang terdakwa Bripka Ricky Rizal dan Kuat Maruf menjadi lebih natural.
Selain itu, Bharada E juga tampak lancar dan spontan, bahkan ketika mengatakan tidak tahu saat ditanya hakim.
"Ada sinkronisasi dengan apa yang disampaikan di statemennya dengan ekspresi di wajah, baik makro maupun mikro. Berikut body language, voice, tonelity dan sebagainya," kata Monica Kumalasari dikutip dari tayangan News Prime, INews TV, Kamis (1/12/2022).
Monica melihat ekspresi yang paling krusial saat Bharada E mengaku menembak dan menjelaskan prosesnya.
Baca juga: UPDATE Wanita Menangis di Rumah Ferdy Sambo yang Dibongkar Bharada E: Kubu Sambo Bantah, LPSK Akui
"Kita lihat dari otot di wajahnya, yang bertanggungjawab dari rasa kesedihan ini terlihat dan muncul.
Kemudian ditunjukkan dengan suara yang tercekat. Ada kedipan mata yang meningkat.
Apa yang ditunjukkan oleh bahasa non verbalnya semua hal yang kongruen (sama persis) dan genuine (tulus) sekali," kata Monica.
Monica tidak melihat adanya proses berpikir karena tanda-tanda di wajahnya tidak menunjukkan prognitif loading.
"Tetapi semuanya menjadi lepas, spontan, tanpa berpikir panjang. diikuti kanal-kanal tubuh yang lain. Mulai dari ekspresi , gestur. Bahkan ketika menunjukkan harus memperagakan sesuatu. Ini spontan, dan konsisten dari cerita yang disampaikan," ujarnya.
Sementara terkait sesuatu yang disampaikan, menurut Monica hal itu didasarkan pada kemampuan ingatan.
Monica melihat Bharada E memiliki kapasitas untuk mengingat sesuatu lumayan bagus.
Lalu, apa ekspresi yang paling dominan?
Monica melihat rasa sedih yang mendalam dan emosi marah yang dominan.
"Marah bisa disebabkan banyak hal, bisa marah ke diri sendiri karena akhirnya tidak mampu menahan permintaan ini. Dan marah banyak hal ke Ferdy Sambo, ibu Putri yang menyebabkan problem ini terjadi. Jadi yang paling dominan kesedihan dan kemarahan," tukasnya.
Monica juga diminta menganalisis ekspresi Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi saat menyampaikan permohonan maaf ke keluarga Brigadir J di sidang beberapa waktu lalu.
Monica melihat ada kesedihan dari Putri Candrawathi dan Ferdy Sambo.
Namun, ketika dibuat prioritas, dia justru melihat ekspresi Ferdy Sambo lebih tampak.
"FS lebih spontan dalam berekspresi juga. Kita tidak mendapatkan spontanitas dari emosi ibu PC.
Ibu PC tegang sekali, tidak tampak emosi-emosi yang genuine. Karena secara beberapa pertanyaan dijawab dengan tidak tahu. Tidak ada emosi dan ekspresi yang keluar," pungkasnya.
Mantan Hakim Merinding
Di bagian lain, mantan hakim Asep Iwan Iriawan mengaku merinding saat melihat Brigadir J bersaksi di sidang.
Pernyataan Asep ini diucapkan saat dia diminta tanggapannya di acara Breaking News Kompas TV yang menyiarkan secara langsung kesaksian Bharada E di sidang, Rabu (30/11/2022).
"Bharada E dengan tenang menerangkan itu. Kalau keterangan palsu lihat Susi, Kodir, mikir dulu.
Tapi lihat, kepolosan kejujurannya dengan tenang," kata Asep Iriawan.
Asep juga menyoroti gaya Bharada E memegang mik dengan tangan kiri dan tangan kanannya yang menerangkan apa yang diucapkan.
Ini berbeda dengan ekspresi saksi yang biasa diperiksa saat dia menjadi hakim dahulu.
"Saya betul-betul merinding melihat Eliezer.
Saya yakin, benarlah eliezer, dia orang jujur," katanya.
Melihat ekspresi Bharada E, Asep mengaku jika dia menjadi hakimnya akan menjadi pertimbangan penting.
"Kalau saya hakimnya: ini pasti jadi pertimbangannya.
Ini orang bener, jujur,
Keterangannya, masuk akal, bersesuaian dengan saksi yang lain," katanya.
"Jujur saya merinding melihat Bharada E. Orang jujur dilihat cara pegang mik. Tangan menjelaskan tenang, raut muka, memegang mik," tukasnya.
Ikuti Berita Selengkapnya di SURYA ONLINE.