Memilih Damai

Dosen Fisip Unair Airlangga Pribadi Kusman: Kaum Muda Ingin Meninggalkan Budaya Lama dalam Politik

Dosen FISIP Unair, Airlangga Pribadi Kusman, meyakini kalangan millenial bakal perlahan meninggalkan budaya lama dalam politik.

Penulis: Yusron Naufal Putra | Editor: irwan sy
habibur rohman/surya.co.id
Dosen Fisip Unair Airlangga, Pribadi Kusman, talkshow Tribun Series "Memilih, Damai!" yang berlangsung di Aula Soetandyo Wignjosoebroto Fisip Unair, Jumat (2/12/2022). 

Berita Surabaya

SURYA.co.id, SURABAYA - Dosen FISIP Unair, Airlangga Pribadi Kusman, seiring perkembangan pesat digital meyakini kalangan millenial bakal perlahan meninggalkan budaya lama dalam politik.

Sebaliknya, pijakan pada kemampuan dan kapasitas figur akan lebih mengemuka.

Pernyataan ini disampaikan Airlangga dalam kesempatan talkshow bertema 'Memilih Damai: Yang Muda Yang Primordial?' di Aula Soetandyo Kampus B Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya, Jumat (2/12/2022).

Kegiatan didepan kalangan mahasiswa Unair ini digelar oleh Tribunnetwork.

"Sepertinya era digital teknologi seperti sekarang, kita melihat pelan-pelan kaum muda ingin meninggalkan persoalan buruk," katanya dalam diskusi yang dipandu oleh Tri Mulyono, Pemimpin Redaksi TribunJatim network.

Menurut Airlangga, kaum millenial memang melihat Indonesia dengan cara pandang yang baru dan melampaui cara pandang kaum di atasnya.

"Kalau kita dengar diskusi mereka, memang mereka melihat Indonesia dengan cara pandang yang baru," tambahnya.

Lebih lanjut, Airlangga yang juga pengamat politik ini mengatakan persoalan ekonomi hingga penguatan demokrasi menjadi perhatian kalangan millenial.

Dia melihat kesadaran politik kaum muda cenderung lebih tinggi.

Sementara itu, Pradipto Niwandhono yang merupakan Dosen Fakultas Ilmu Budaya Unair mengungkapkan jika ada stigma negatif kaum muda terhadap politik menjadi tantangan bagi kaum elit termasuk parpol.

"Generasi muda ingin ada kesadaran politik yang lebih baik," katanya dalam diskusi yang juga dihadiri Pengamat Ekonomi Politik, Fachry Ali serta Peneliti Litbang Kompas, Yohan Wahyu.

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved