Berita Surabaya
6 FAKTA Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi Marah Saat Sidak RSUD Soewandhie, Pihak RS Janjikan Ini
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi marah saat melakukan sidak di RSUD Soewandhie karena Ada Pasien Antre Sampai Lima Jam. Simak rangkuman faktanya.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.co.id - Inilah rangkuman fakta tentang momen saat Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi marah saat melakukan inspeksi mendadak atau sidak di RSUD Soewandhie.
Kemarahan Eri Cahyadi ini bukan tanpa alasan, karena ia menemukan seorang pasien mengantre hingga lebih dari 5 jam.
Pelayanan yang lamban inilah yang membuat Cak Eri menegur pihak rumah sakit dengan nada tinggi.
Teguran tersebut akhirnya membawa dampak positif.
Pihak RSUD Soewandhie berjanji akan memperbaikinya.
Berikut rangkuman faktanya.
1. Pasien mengantre hingga lebih dari 5 jam
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi menggelar inspeksi mendadak (Sidak) di sejumlah fasilitas pelayanan kesehatan, di antaranya di RSUD Soewandhie, Senin (28/11/2022).
Di sela sidak, Wali Kota Eri marah akibat menemukan salah seorang pasien yang mengantre hingga lebih dari 5 jam.
Ini berawal saat Cak Eri, sapaan Wali Kota Surabaya, tiba di RSUD Soewandhie sekitar pukul 12.30 WIB. Ia langsung berbincang dengan sejumlah pasien.
Dalam perbincangan itu, salah seorang pasien cerita soal lamanya pelayanan.
Ibu-ibu lansia ini mengaku datang sekitar pukul 07.30 WIB untuk menuju Poli Orthopedi.
Baca juga: Sidak RSUD Soewandhie, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi Marah Ada Pasien Antre Sampai Lima Jam
2. Penyebabnya terungkap
Mendengar hal itu, Cak Eri mengajak pasien ini langsung bertemu perawat hingga manajemen untuk mengklarifikasi lamanya pelayanan.
Dari penjelasan manajemen inilah, diketahui bahwa salah satu penyebab masalah tersebut karena lamanya mencari dokumen rekam medis pasien yang bersangkutan.
3. Cak Eri Marah
Mendengar jawaban tersebut, Cak Eri bergerak menuju ruang rekam medis.
Tiba di ruang berkas rekam medis itu, Cak Eri bertambah marah.
Ia melihat petugas pelayan di tempat tersebut sedikit. Kemudian, susunan berkas tersebut terkesan kurang tertata.
Ia pun langsung meminta jajaran RSUD Soewandhie memperbaiki.
“Ya pantas saja lama carinya, wong penataannya begini, tidak teratur seperti ini," katanya.
Akibat mencari rekam medis inilah, pelayanan semakin lama. Tak jarang, pasien yang datangnya belakangan justru mendapatkan pelayanan lebih awal, karena rekam medisnya telah ditemukan lebih dahulu.
"Kalian tahu gak, itu ada yang rekam medisnya lebih cepat dikirim lalu dilayani, tapi yang tidak datang-datang rekam medisnya sampai lama tidak dilayani pemeriksaannya," ujar Cak Eri.
"Saya sudah bilang, buatlah inovasi, ini wargaku yang kalian suruh nunggu lama, kalian tahu gak?” tegas Cak Eri kepada para staf bagian mencari rekam medis di ruang tertutup itu.
4. Suasaa semakin tegang
Suasana pun semakin tegang saat salah seorang pegawai ASN berbisik-bisik sesama staf lainnya. Kedua pegawai ini seakan membela diri.
Mendengar pembelaan pegawai tersebut, Cak Eri langsung memanggilnya dengan nada tinggi.
“Masak penataannya seperti ini masih dibilang rapi? Ayo kalian semua ikut saya, biar kalian tahu bagaimana warga saya yang sakit antre, kasihan warga saya itu,” ujar Cak Eri di hadapan yang bersangkutan.
Ia lantas menggandeng ASN perempuan ini menuju Poli Orthopedi.
Cak Eri juga mengajak semua staf di ruang rekam medis itu untuk ikut serta ke Poli Orthopedi.
Tiba di Poli Orthopedi, antrean tampak mengular.
“Ini dilihat. Mereka ada yang sudah antre dari pagi baru dilayani karena rekam medisnya gak datang-datang. Kalian itu kerja di sini dibayari oleh APBD, jangan disia-siakan wargaku,” kata Cak Eri lagi dengan nada tinggi.
Tak lama kemudian, Cak Eri meminta maaf kepada warga yang sudah antre lama.
Setelah itu, ia langsung menggelar rapat internal bersama manajemen RSUD Soewandhie.
5. Ditindak lanjuti
Teguran dari Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi atas panjangnya antrean pasien di RSUD Soewandhie, membawa dampak positif.
Karena Manajemen RSUD Soewandhie menindaklanjuti hasil sidak Wali Kota Surabaya untuk perbaikan proses pelayanan kesehatan .
Dan Cak Eri sudah menginstruksikan kepada jajaran manejemen melakukan perbaikan karena dari hasil sidak, ia mencatat beberapa hal yang perlu mendapatkan peningkatan.
Di antaranya, perbaikan soal sistem antrean hingga jumlah dokter spesialis.
"Di puskesmas sudah berubah. Tetapi yang ada di RSUD BDH, dan RSUD Soewandhie belum ada perubahan signifikan," tegas Cak Eri di sela sidak, Senin (28/11/2022).
Dari sistem antrean, misalnya, Cak Eri meminta manajemen RS untuk mempercepat pelayanan.
Manajemen harus memiliki inovasi dalam memotong waktu antrean.
Berdasarkan hasil sidak, diketahui penyebab lamanya antrean karena sistem pencarian rekam medis pasien yang dilakukan manual sehingga prosesnya berlangsung lama.
"Ternyata, rekam medis, mengambilnya terlalu lama. Pasien datang 07.30 WIB, dokter sudah siap, pasien sudah siap. Tetapi berkas (rekam medis) naik ke atas baru 5 menit yang lalu (12.30 WIB). Inilah pusat masalahnya," papar Cak Eri.
Kedua, untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan, ia meminta dokter selalu tersedia.
Apabila jumlah dokternya minim, maka lama pelayanan akan semakin panjang.
"Kalau kita punya empat dokter maka bisa melayani 1.000 orang dengan cepat. Tetapi apabila dua dokter (praktik) operasi, akhirnya tinggal dua. Sehingga kalau yang ditargetkan 3 jam malah bisa 6 jam," urainya.
"Tadi sudah kita sepakati untuk berubah. Kalau kita hitung dokter 4, maka jam 08.00 WIB sampai jam 14.00 WIB tidak boleh kurang dari empat dokter," ia menambahkan.
Nantinya hal tersebut akan tertuang dalam kontrak kinerja.
Para direksi akan menandatangani kesepakatan standar pelayanan yang harus dipenuhi.
"Pelaksanaan kontrak kinerja segera. Di situ, berbunyi jumlah pasien yang daftar, berapa dokter yang melayani. Kemudian sebelum poli buka, sudah ada rekam medis pasien terdata. Sehingga pelayanan bisa cepat," ujar Cak Eri.
6. Janji pihak rumah sakit
Sementara Direktur RSUD Dr Soewandhi, dr Billy Daniel Messakh memastikan segera menindaklanjuti instruksi wali kota.
Ia menjelaskan, sistem antrean hingga tenaga kesehatan akan terus dioptimalkan.
Terkait masalah rekam medis yang dilakukan secara manual, pihaknya akan melakukan secara Elektronik-Rekam Medik (e-RM).
"Memang kelemahan kita di e-RM. Seharusnya sudah E, tetapi kita belum ke situ. Yang jelas, ada beberapa pasien yang luput. Misalnya, ia masuk antrean 28, ternyata pelayanan sudah 100 sekian. Statusnya ketlisut," kilah Billy.
Melalui sistem elektronik, nantinya pelayanan diharapkan akan lebih baik.
"Nantinya, Catatan medisnya ada di e-RM dia. Nanti kita akan bikin," tambah Billy.
Selama ini, sistem pendaftaran juga sudah diterapkan secara elektronik. Sehingga, bisa memastikan jumlah pasien yang datang.
"Sebenarnya saya sudah tahu jumlah pasien besok berapa. Nah, yang dimaksud Pak Eri, hari ini saya siapkan statusnya. Berkasnya sudah ada," ungkapnya.
Namun pada perjalanannya, pendaftaran kemudian berjalan manual karena pasien poli tidak datang secara disiplin.
"Selama ini, sudah kita lakukan sebenarnya. Namun 60 persen pasien nggak datang. Itu yang membuat kita berpikir, kecepatan kita sudah cukup karena punya 15 tenaga kesehatan. Tetapi sepertinya kita evaluasi lagi," lanjutnya.
Setelah adanya proses secara elektronik, ia menargetkan sistem antrean berjalan cepat.
"Standarnya, pasien datang jam berapa (waktu ditentukan), 7 menit antrean," janjinya.
Terkait dengan jumlah tenaga kesehatan, Billy juga memastikan tenaga dokter cukup. Sekalipun ia mengakui jumlahnya berkurang.
"Seharusnya lima orang, salah satunya saya. Namun saya kan sudah menjadi bagian struktural, lalu satu sudah pensiun. Sekarang tinggal tiga orang. Lalu ada satu dokter di bagian operasi. dua di poli. Ini sudah cukup, bisa operasi 5-6 orang satu hari," tandasnya.(Putra Dewangga/Bobby Constantine/SURYA.co.id)
>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id