Berita Gresik

Ahmad Mujtabah, Pemuda Gresik, Sukses Budidaya Melon dengan Metode Hidroponik Substrat

Ahmad Mujtabah (23), asal Dusun Larangan, Desa Dalegan, Panceng, Gresik, sukses menanam buah melon dengan metode hidroponik substrat.

Penulis: Willy Abraham | Editor: irwan sy
Pemkab Gresik
Ahmad Mujtabah (23), asal Dusun Larangan, Desa Dalegan, Panceng, Gresik, menunjukkan buah melon yang ditanam dengan metode hidroponik substrat. 

Ditanya mengenai lomba petani muda inovatif yang digagas Dinas Pertanian, Tabah bercerita awalnya dirinya sempat menolak berpartisipasi dalam lomba yang dimulai sekitar awal bulan Oktober 2022 itu.

"Di Panceng ini banyak sekali petani hebat, banyak senior yang hebat-hebat. Awalnya segan, namun setelah mendapat informasi dari Badan Penyuluh Pertanian (BPP) bahwa batas usia maksimal peserta lombanya 30 tahun akhirnya saya mendaftar juga," kenang Tabah.

Lulusan D3 Produksi Tanaman Holtikultura Politeknik Negeri Jember ini mengaku awal mula jatuh cinta dengan tanaman melon saat menggarap program smart green house di kampus.

Di sana, Tabah beberapa teknisi menjadi pioner program tersebut.

Sebagai program perintis, Tabah dan tim berhasil menjawab tantangan dengan mengembangkan melon hidroponik yang saat itu satu-satunya di Jember.

"Setelah itu saya pulang, dan berpikir kenapa tanaman melon ini tidak dibudidayakan di Gresik. Padahal, iklim di Gresik sangat mendukung budidaya melon," ujarnya.

Tabah mengakui di Gresik memiliki potensi besar dalam hal pertanian.

Di samping cuaca yang mendukung, hal ini tidak lain dari Gresik yang memiliki pelabuhan besar.

"Di samping cuaca yang mendukung, tanaman utamanya holtikultura merupakan komoditas yang memerlukan waktu singkat dalam proses pengirimannya. Oleh karenanya, dengan adanya pelabuhan besar maka sebenarnya itu sangat membantu dalam memasarkan produk. Peminat ekspor produk holtikultura juga sangat besar dari negara tetangga hingga ke Timur Tengah, namun sayangnya hingga saat ini belum bisa tercukupi lantaran suplai yang harus besar dan berkelanjutan. Kalau masalah kualitas mutu, hasil hidroponik pasti akan diterima" tambahnya.

Namun, di tengah potensi yang sangat besar, seperti halnya petani yang lain, kendala juga masih ditemui Tabah dalam berkegiatan tani hidroponik.

"Di Gresik, untuk pertanian hidroponik masalah utamanya adalah mineral/pupuknya. Di Hidroponik yang diperlukan adalah mineral tunggal, sedangkan pupuk yang banyak di pasaran kebanyakan sudah campur dengan berbagai mineral," terangnya.

Tidak berhenti di sini, Tabah bermimpi untuk memperluas metodenya dari hidroponik menjadi metode organik.

Dengan metode organi, penanamannya 100 persen menggunakan bahan-bahan organik tanpa kimia dan pestisida.

"Di Indonesia hingga saat ini yang berhasil hanya ada satu, di daerah Tangerang, daerah beriklim panas sama dengan Gresik, jadi seharusnya Gresik juga bisa. Di samping itu, saya juga bercita-cita mendirikan sekolah 'pengangguran', di mana di dalamnya kita membudidayakan Anggur," terangnya dengan penuh semangat.

Tabah meyakini satu hal, bahwa sejauh apapun kamu berkelana, sebaik-baiknya adalah pulang ke rumah.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved