Berita Madiun

Gubernur Jatim Ingatkan Peran Sunario Sastrowardoyo dalam Peringatan Hari Sumpah Pemuda

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengajak pemuda Jawa Timur untuk menjadi game changer.

tribun jatim/sofyan arif
Khofifah Indar Parawansa Menjadi Inspektur Upacara dalam Upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda tahun 2022 di Alun-alun Caruban, Kabupaten Madiun, Jumat (28/10/2022). 

SURYA.CO.ID, MADIUN - Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengajak pemuda Jawa Timur untuk menjadi game changer.

Hal tersebut ia sampaikan saat menjadi inspektur upacara Upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda di Alun-alun Reksogati, Caruban, Kabupaten Madiun, Jumat (24/10/2022).

Resonansi Semangat Sumpah Pemuda bisa menjadi referensi kekuatan sebagai game changer yang bisa menjadi aktor sekaligus inisator untuk melakukan perubahan dari berbagai dinamika perubahan lokal nasional maupun global demi menjaga NKRI

"Saya ingin mengajak pemuda Jatim dan warga Indonesia dari Sabang sampai Merauke perlahan memiliki cita-cita dan imajinasi baru bahwa tujuan politik mereka adalah menyusun jembatan emas yaitu kemerdekaan Indonesia lahir dan batin, kesejahteraan, kemakmuran, kemajuan dan keadilan," kata Khofifah, Jumat (28/10/2022).

Lebih lanjut, ia memilih tempat upacara peringatan Sumpah Pemuda di Madiun bukan tanpa alasan.

Menurut Khofifah, Madiun punya tokoh yang berperan besar dalam dua peristiwa yang menjadi tonggak sejarah nasional yaitu manifesto 1925 dan kongres pemuda ke 2 1928, ia adalah Prof Mr Sunario Sastrowardoyo.

Sunario, disebut Khofifah merupakan pria kelahiran Madiun yang menempuh pendidikan mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah setingkat SMP di Madiun.

Setelah itu kakek dari Dian Sastrowardoyo tersebut menempuh pendidikan SMK di Batavia atau Jakarta lalu melanjutkan pendidikannya ke Leiden, Belanda.

"Sunario aktif sebagai pengacara yang membela para aktivis pergerakan yang berurusan dengan polisi Hindia Belanda," ucap Khofifah.

"Dalam Kongres pemuda ke 2 Sunario menjadi pembicara dengan makalah pergerakan Pemuda dan persatuan Indonesia," lanjutnya.

Lebih lanjut, Ketua Umum Muslimat itu, mengatakan peringatan Sumpah Pemuda harus menjadi pelecut semangat bersama untuk terus menggerakkan roda perjuangan pembangunan, mencapai cita-cita bersama, Indonesia maju.

Para pemuda dalam Sumpah Pemuda 1928, lanjut Khofifah, sebagian besar adalah bagian dari kaum aristokrat atau kaum terdidik yang mendapatkan pendidikan tinggi.

Tidak sulit bagi mereka untuk dapat hidup mewah dan enak dibawah pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Namun para pemuda rela meninggalkan kesempatan bergelimang kemewahan material untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yang kala itu masih sebuah cita-cita. Mereka meletakkan kepentingan diri sendiri, dan menguatkan kehendak dan tekad bersama untuk memerdekakan Indonesia.

"Saat ini, yang dibutuhkan Indonesia dan Jawa Timur adalah pemuda yang memiliki karakter, kapasitas, kemampuan inovasi, kreativitas yang tinggi, mandiri, inspiratif serta mampu bertahan dan unggul dalam menghadapi persaingan dunia. Jadilah agen perubahan, bukan pemuda rebahan dan mager," pungkasnya.

BACA BERITA SURYA.CO.ID DI GOOGLE NEWS LAINNYA

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved