Preman Pensiun

KABAR SEDIH Sinetron Preman Pensiun 6: Kang Murad, Kang Cecep dan Ujang Beri Info Penting ini

Ada kabar sedih dari sinetron Preman Pensiun 6. Kang Murad, Kang Cecep, dan Ujang mendadak memberikan info penting kepada para penonton setia. 

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
instagram
Kang Murad, Kang Cecep dan Ujang menyampaikan kabar sedih sinetron Preman Pensiun 6 

SURYA.CO.ID - Kabar sedih datang dari sinetron Preman Pensiun 6. Kang Murad, Kang Cecep, dan Ujang mendadak memberikan info penting kepada para penonton setia. 

Info tersebut mengenai sinetron Preman Pensiun 6 yang tidak tayang pada hari ini (22/9/2022).

Sayangnya, Kang Murad, Kang Cecep, dan Ujang tidak menjelaskan alasan mengapa sinetron Preman Pensiun 6 tidak tayang hari ini.

"Dulur-dulur Preman Pensiun 6, hari ini kita libur tayang dulu. Tapi jangan lupa, besok tayang kembali," ujar mereka serempak, dalam video singkat yang diunggah ke Instagram @premanpensiun.mncp.

Sementara dipantau SURYA.CO.ID dari situs resmi RCTI, penyebab sinetron Preman Pensiun 6 tidak tayang adalah adanya program IDN Television Awards 2022, yang tayang mulai pukul 17.30 - 20.30 WIB.

Sinetron Preman Pensiun

Melansir Wikipedia, Preman Pensiun adalah sinetron bergenre drama komedi yang ditayangkan di RCTI dan diproduksi oleh MNC Pictures.

Serial ini menceritakan seseorang bernama Bahar sebenarnya hanya preman “kecil”, tetapi wilayahnya cukup luas, selain menjadi “backing” para pedagang kaki lima, juga menguasai sebuah pasar dan terminal.

Kisah yang akan dituturkan dalam serial ini bukanlah perjalanan hidupnya sejak awal, meskipun dalam beberapa dialog terceritakan juga, melainkan kisah di masa tuanya ketika dia memutuskan untuk pensiun.

Masa lalu yang terceritakan dalam dialog adalah Bahar dan temannya, Bagja merantau dari Garut ke Bandung sekitar tahun 1972, ketika dia remaja dan pergi merantau karena keluarganya di kampung sangat miskin.

Di Bandung, Bahar remaja mencari nafkah sebagai penjual tahu, leupeut dan telur asin di bus sebelum keluar terminal.

Penghasilan Bahar kala itu tidaklah besar, hanya pas-pasan, cenderung minim.

Dia menerima itu sebagai rezekinya, tetapi yang tidak bisa dia terima adalah bahwa dia harus membayar pajak pada para preman.

Bahar kemudian berpikir bahwa daripada dipungut “pajak” lebih baik dia yang memungut pajak.

Halaman
12
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved