PENGAKUAN Terbaru IPW: Tak Ada Pelecehan Istri Ferdy Sambo, yang Ada Konsensual, Antara Siapa?

Sugeng Teguh Santoso, Ketua Indonesia Police Watch (IPW) bicara soal dugaan pelecehan terhadap istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi.

Editor: Musahadah
Kolase Youtube Harian Kompas/istimewa
Ketua IPW Sugeng Teguh Santoso menyebut tidak ada pelecehan istri Ferdy Sambo, yang ada konsensual. 

SURYA.CO.ID - Inilah pengakuan terbaru dari Sugeng Teguh Santoso, Ketua Indonesia Police Watch (IPW) tentang dugaan pelecehan terhadap istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi.

Sugeng Teguh Santoso menyebut tidak ada pelecehan seksual yang dialami Putri Candrawathi, namun yang ada adalah konsensual atau kesepakatan. 

Sugeng Teguh Santoso menyebut isu pelecehan terhadap istri Ferdy Sambo yang disuarakan oleh Komnas HAM dan Komnas Perempuan  itu adalah produk prakondisi. 

Prakondisi ini mulai dilakukan setelah peristiwa pembunuhan tanggal 8 Juli 2022. 

Dia lalu membeber fakta tanggal 11 Juli 2022 ketika dia dihubungi anggota DPR RI yang menyampaikan versi istri Ferdy Sambo ada pengancaman, ditegur dan menembak. 

Baca juga: JERAT PIDANA BARU Istri Ferdy Sambo, PPATK Temukan Transaksi Mencurigakan di Rekening Brigadir J

"Bahkan dia bilang begini: Sambo itu menyesal, kenapa bukan dia sendiri yang menembak," ungkap Sugeng saat tampil di podcast Back To BDM yang tayang di youtube Harian Kompas, Sabtu (17/9/2022). 

Lalu, pada tanggal 15 Juli 2022 ada seorang komisaris besar polisi  (Kombes) meminta bertemu dia. 

"Dia anggota Satgassus menceritakan hal yang sama. Bahkan persentuhan fisiknya dikasih tahu. Dipegang kakinya, dibekap, dipakai pistol," terang Sugeng. 

Dengan fakta-fakta ini, Sugeng lalu memastikan memang ada prakondisi tentang pelecehan ini termasuk ke Komnas Perempuan dan Komnas HAM. 

Terkait pernyataan Komnas Perempuan yang menyebut ada dugaan pelecehan, menurut Sugeng memang ada basis teoritis yang dipakai yakni UU PKS. 

Namun, yang menjadi persoalannya, apakah ada hasil visum et repertus psikiatrum dari istri Ferdy Sambo yang selalu mengaku mengalami trauma berat. 

"Apakah ada asesmen polisi yang menunjuk psikolog atau psikiater forensik yang memeriksa sebab dia traumatik itu karena apa. Apakah melihat Yosua diitembak karena secara personal dekat atau karena dilecehkan," ujar Sugeng. 

"Apakah menurut anda ada pelecehan?," tanya Budiman Tajuredjo.

Sugeng menjawab tegas, tidak ada. 

"Tidak ada pelecehan seksual,  yang ada konsensual. 

Peristiwanya ada tapi konsensual, kesepakatan," kata Sugeng. 

Sugeng beralasan ada persitiwa itu, karena faktanya ada asisten rumah tangga (ART) bernama Susi yang menangis dan Kuat Maruf yang bersitegang dengan Brigadir J. 

"Ini ada perjumpaan yang saya sebut konsensual itu ada. Entah antara siapa nih antara J (BRigadir J) atau antara KM (Kuat Baruf)  dengan Ibu PC. Karena ini gelap di sini," katanya. 

Pernyataan Sugeng ini didasari informasi yang dia dapat lalu dipetakan dengan fakta-fakta yang diangkat media.

"Jadi informasi itu sepotong, kita analisis.

Pelecehan itu produk prakondisi. Pertemuan yang terjadi adalah sebuah konsensus.

Saya petakan KM ribut dengan J. RR (Bripka RR) komunikasi dengan J ada.

Kalau tidak ada pelecehan, tidak ada ketahuan sedang ada perjumpaan, gak ada ribut dong," katanya.

Kalau betul seperti itu, berarti alasan Ferdy Sambo membela harkat martabat benar adanya?

Menurut Sugeng bisa saja itu terjadi.

"Makanya saya menyayangkan jenderal katakanlah ada konsensual, atau ada pelecehan, kenapa harus demikian.

Makanya ada informasi cek penggunaan obat," tukasnya. 

Lihat video selengkapnya: 

Bripka RR Tak Curiga Ada Pelecehan

Sebelumnya, Bripka RR mengaku tak pernah mengetahui ada pelecehan terhadap istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi yang diduga dilakukan Brigadir J.

Bripka RR atau Bripka Ricky Rizal yang tinggal serumah dengan istri Ferdy Sambo di Magelang juga tak melihat gelagat aneh dari Brigadir J. 

Bahkan Bripka RR turut menyaksikan pertemuan istri Ferdy Sambo dengan Brigadir J di kamar sekitar 15 menit. 

Pengakuan terbaru Bripka RR ini diungkapkan kuasa hukumnya, Erman Umar saat diwawancara dalam program Aiman, Kompas TV, Senin (12/9/2022). 

Erman Umar mengurai kronologi kejadian yang dimulai tanggal 6 Juli 2022. 

Saat itu para ajudan dibangunkan sekitar pukul 24.00 WIB karena ada perayaan ulang tahun perkawinan Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi

Di sana lah mereka membagi-bagi kue ke para ajudannya. 

Esoknya, 7 Juli 2022, Ferdy Sambo kembali ke Jakarta bersama ajudan lainnya, Deden. 

Pada siang sekitar pukul 14.00 WIB, Bripka RR diperintahkan Putri Candrawathi untuk membeli sembako. 

Saat itu dia pergi bersama Kuat Maruf. 

Saat mau kembali ke rumah, anak Putri menelponnya untuk meminta dia membeli kipas angin dan makanan ayam. 

Setelah barang diantar ke rumah, Bripka RR berencana kembali ke rumah di Jakarta untuk mengambil barang lain yang belum diantar. 

Saat itu, Bharada E meminta ikut bersamanya. 

Akhirnya, Bripka RR dan BHarada E pun berangkat. 

Saat bersemu seorang pamong di suatu tempat dekat masjid, Bripka R ditelpon Putri Candrawathi, dia pun balik ke rumah di Magelang. 

Saat naik ke tangga rumah lantai dua itu, dia bertemu dengan Kuat Maruf dan melihat Susi, asisten rumah tangga lainnya, menangis. 

Saat itu lah dia bertanya ke Kuat.

Kata Kuat, Brigadir J turun naik tangga hingga dia pun menegurnya. 

Brigadir J agak memaksa mau masuk ke kamar Putri, namun dihalangi Kuat pakai pisau. 

Bripka RR pun menengok ke kamar Putri Candrawathi dan menanyakan apa yang terjadi.

Bukannya melapor telah dilecehkan, Putri Candrawathi justru menanyakan keberadaan Yosua. 

"Mana Yosua," tanya Putri ke Bripka RR. 

Bripka RR pun mencari Brigadir J di lantai bawah. 

Bripka RR sempat bertanya ke Brigadir J mengenai kejadian sebenarnya. 

"Gak tahu, itu Pak Kuat, kenapa kok marah-marah sama saya," jawab Brigadir J ke Bripka RR. 

Setelah itu, Bripka RR meminta Brigadir J menemui Putri di kamarnya.

Pertemuan Putri dan Brigadir J berlangsung sekitar 15 menit dengan kondisi pintu kamar tidak tertutup. 

Bripka RR pun menungguinya di luar kamar, namun dia mengaku tidak mendengar pembicaraan mereka. 

"Apakah mungkin korban pelecehan memanggil pelaku dan 15 menit di dalam kamar?," tanya Aiman ke Erman yang menceritakan hal itu. 

Erman tidak memberikan jawabannya. 

Tapi dipastikan saat itu Bripka RR tidak mencurigai adanya pelecehan terhadap Putri dari gerak gerik yang diliharnya. 

"Ricky mencurigai ada pelecehan?," tanya Aiman. 

"Tidak ada," tegas Erman.  

Justru, lanjut Erman, setelah pertemuan dengan Putri, emosi Brigadir justru sudah menurun.

"Yosua bilang, gak ada apa-apa bang," kata Erman. 

Meski melihat Brigadir J sudah tidak emosi, namun untuk berjaga-jaga agar tidak ada masalah dengan Kuat, Bripka RR mengambil senjatanya. 

Setelah itu dia kembali ke kamar untuk beristirahat. 

Sementara Brigadir J tidur di kamar yang sama dengan Bharada E, 

Esok harinya atau tanggal 7 Juli 2022 mereka dibangunkan Putri untuk diajak pulang ke Jakarta. 

Dari kronologi itu, Bripka melaui Erman mengaku tidak mengetahui keributan antara Putri Candrawathi dengan Ferdy Sambo, ketika di Magelang maupun saat di Jakarta. 

Karena itu, ketika tanggal 7 Juli 2022 dia melihat Ferdy Sambo menangis dan ingin membunuh Brigadir J, dia mengaku  tidak tahu masalahnya. (harian kompas/tribubnnews)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved