BIODATA Muradi yang Beber Isu Adanya Peran Kakak Asuh Ferdy Sambo dalam Kasus Pembunuhan Brigadir J
Berikut profil dan biodata Muradi yang membeberkan isu adanya peran kakak asuh Ferdy Sambo dalam kasus pembunuhan Brigadir J.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
SURYA.co.id - Inilah profil dan biodata Muradi yang membeberkan isu adanya peran kakak asuh Ferdy Sambo dalam kasus pembunuhan Brigadir J.
Keberadaan kakak asuh Ferdy Sambo ini diungkapkan Muradi dalam program dialog Satu Meja The Forum Kompas TV.
Muradi menyebut, kakak asuh Ferdy Sambo berupaya untuk meloloskan hingga meringankan hukuman Ferdy Sambo atas kasus Brigadir J.
Lantas, seperti apa sosok Muradi?
Baca juga: FAKTA BARU Kekuatan Ferdy Sambo: Diisukan Ada Peran Kakak Asuh, Mafia hingga Pejabat di Belakangnya
Melansir dari Wikipedia, Muradi lahir di Jakarta pada tanggal 10 Mei 1975.
Beliau merupakan Guru Besar Ilmu Politik & Keamanan dan Direktur Program Pasca Sarjana Ilmu Politik (Magister & Doktoral) di Universitas Padjajaran (UNPAD) Dari 2016 - 2021.
Ia aktif mengajar di almamaternya sejak tahun 2004 hingga saat ini.
Sejak mahasiswa aktif dalam pergerakan mahasiswa, pernah menjadi Ketua Umum Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) Fakultas Ilmu Budaya dan menjadi Koordinator Umum BPM Universitas Padjadjaran pada tahun 1997-1998.
Menjadi Ketua Umum Keluarga Aktivis Universitas Padjadjaran (KA Unpad) di periode yang sama. Menjelang Soeharto jatuh.
Muradi menjadi Koordinator Umum Forum Mahasiswa Bandung (FMB), organisasi yang menaungi lebih dari 80 kampus se-Bandung Raya.
Muradi merupakan anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Bandung pada 1995, dan saat ini menjabat sebagai Ketua DPP Persatuan Alumni GMNI (PA GMNI) bidang Politik Pertahanan & Keamanan dan Luar Negeri (2016-2021).
Muradi menyelesaikan pendidikan Strata Satu di Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran.
Kemudian Ia melanjutkan pendidikan Strata Dua dan Strata Tiganya di tiga universitas berbeda, yakni Program Pasca Sarjana Ilmu Politik, Universitas Indonesia (UI), Program Kajian Stratejik, S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University (NTU), Singapura, dan School of Politics and International Studies, Flinders University, Adelaide, Australia.
Muradi juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Ikatan Alumni Universitas Padjadjaran (PP IKA UNPAD), Bandung sejak tahun 2016 sampai tahun 2020. Pada kepengurusan PP IKA UNPAD periods 2020-2024, Muradi dipercaya menjadi Ketua Dewan Pakar PP IKA UNPAD.
Bongkar peran kakak asuh Ferdy Sambo
Berikut peran kakak asuh Ferdy Sambo dari menaikkan karir di kepolisian hingga dalam penanganan kasus pembunuhan brigadir J:
1. Berperan dalam loncatan karir Ferdy Sambo
Salah satunya karir cemerlang Irjen Ferdy Sambo tidak terlepas dari peran kakak asuh.
Apalagi Irjen Ferdy Sambo bisa memegang jabatan sebagai Kadiv Propam Polri.
Padahal jabatan Kadiv Propam Polri harusnya seorang polisi dengan pengalaman yang luas.
Misalnya dia pernah menjadi penyidik hingga ke level pengambil kebijakan di level provinsi atau Kapolda.
"Kalau saya menyebut FS (Ferdy Sambo) less experience. Tidak pernah pegang Polda. Jadi Kapolres 9 bulan di Brebes, selebihnya di elite. Beberapa menyebutnya (Ferdy Sambo) polisi Jakarta karena muter-muter (menjabat) di Jakarta," ujar Muradi pada program dialog Satu Meja The Forum Kompas.TV, Rabu (24/8/2022) malam.
2. Perencana kerajaan Sambo
Menurut Muradi "kakak asuh" Ferdy Sambo ini adalah master mind atau perencana dari "Kerajaan Sambo".
Bahkan tak hanya menguasai lahan perjudian, tambang juga ikut dikuasai.
"Kakak Asuh" Ferdy Sambo, kata Muradi, ada yang masih aktif di Kepolisian dan memegang posisi strategis. Ada juga yang sudah purnawirawan," ujar Muradi.
Menurut dia kalau Ferdy Sambo diproses secara hukum maka 'Kakak Asuhnya" juga harus diproses.
Lebih lanjut Muradi menilai dilihat dari latar belakang Ferdy Sambo, kerajaan yang dibangun Sambo ini memang ada lantaran didukung oleh "Kakak Asuh".
Untuk itu Kapolri perlu juga melihat hal ini sebagai proses penelusuran lebih jauh mengenai kenapa Kerajaan Sambo kuat dan berkuasa.
"Komisi III DPR juga menanyakan itu, Pak Kapolri butuh waktu untuk menuntaskan itu. Momen ini menarik untuk Kapolri untuk bersih-bersih," ujar Muradi.
3. Coba ringankan hukuman
Muradi mengatakan, Ferdy Sambo, tampak jelas masih memiliki power di kepolisian.
Menurut Muradi, Ferdy Sambo yang merupakan eks mantan Kadiv Propam Polri memiliki back up di kepolisian dalam kasus Brigadir J ini.
Khususnya back up dari 'kakak asuh' yang sudah pensiun dari kepolisian.
Kakak Asuh Berupaya Loloskan hingga Ringankan Hukuman Ferdy Sambo
Bahkan katanya Ferdy Sambo dan sang kakak asuh masih intens berkomunikasi untuk bisa lolos atau memperingan hukuman dalam kasus pembunuhan berencana Brigadir J ini.
"Katakanlah minggu lalu mereka masih berkomunikasi (Ferdy Sambo dan kakak asuh), masih yang paling vulgar ketika FS enggak mengakui menembak, dalam rekonstruksi buat saya implisit dia masih punya power. Masih ada back up di situ (kepolisian)," kata Muradi dikutip dari Kompas.com, Kamis (15/9/2022).
4. Ada yang sudah pensiun
Muradi menjelaskan, yang disebut 'kakak asuh' di sini adalah para pejabat kepolisian yang masih menjabat di posisi strategis kepolisian maupun yang sudah pensiun.
Dia menduga, 'kakak asuh' ini tidak terlibat langsung dalam kejahatan Ferdy Sambo, namun ikut mendorong agar Ferdy Sambo bisa lolos dari jerat pidana berat.
Itulah sebabnya, Muradi berharap agar kepolisian bisa mengusut keterlibatan 'kakak asuh' tersebut dalam keterlibatan di kasus Ferdy Sambo.
"Saya berharap (pemeriksaan) menyentuh yang sudah pensiun, karena ini jauh punya power mengendalikan FS, yang memberi beliau (Ferdy Sambo pangkat) jenderal, dan sebelum (kakak asuh ini) pensiun juga jadikan (Ferdy Sambo) Kadiv Propam, saya kira itu perlu dikejar juga," kata Muradi.
Dia pun meminta agar kepolisian tidak takut mengusut keterlibatan "kakak asuh" ini.
Karena menurut Muradi, jabatan di institusi polisi itu sama dengan di tentara yang bekerja dalam garis komando.
"Kalau dia tidak pegang tongkat komando, selesai sudah, kalau dia jadi kapolda sekadar megang asisten yang tidak strategis, selesai sudah. Kita punya pengalaman ketika Pak Gatot (Nurmantyo) panglima (TNI) diganti, selesai," ucap Muradi.
Dia menilai, langkah pengusutan keterlibatan para senior kepolisian ini penting agar proses persidangan kasus Sambo bisa berjalan dengan mulus.
"Itu perlu ada langkah cepat sebelum persidangan, poin ketiga tadi, mengusut keterlibatan kakak asuh, apakah terlibat atau tidak," kata Muradi.
>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id