Berita Pamekasan
Tidak Terdampak 10 Juta Bendera Merah Putih Gratis, Pedagang di Pamekasan Malah Untung Besar
Pihaknya tergerak untuk memborong bendera, sebagai bentuk kecintaannya pada negeri ini menyambut perayaan 17 Agustus
Penulis: Muchsin | Editor: Deddy Humana
SURYA.CO.ID, PAMEKASAN – Tidak seperti rekan seprofesinya di beberapa daerah yang dibayangi kerugian akibat adanya program pembagian 10 juta bendera Merah Putih gratis, pedagang aksesoris 17 Agustusan di Pamekasan malah menuai keuntungan.
Di Pamekasan, para pedagang bendera dan pernak-pernik Agustusan seperti tidak terpengaruh karena penjualannya malah meningkat dibandingkan dua tahun sebelumnya. Hampir semua pedagang bendera di Pamekasan, baik yang menggelar dagangannya di pinggir jalan di berapa kawasan di kota maupun toko-toko, tetap laris manis diserbu pembeli.
Dari pengakuan penjual bendera di pinggir jalan, omzet penjualan bendera Rp 750.000 hingga Rp 1 juta per hari. Bahkan sebuah toko penjual bendera meraup omzet penjualannya cukup tinggi, antara Rp 4 juta hingga Rp 8 juta per hari.
Seperti diungkapkan Mahfud, pengelola Toko Aneka Topi 2 di Jalan Diponegoro, yang menyediakan bendera dan seragam sekolah siswa. Mahfud mengaku sejak akhir Juli 2022 ini dagangan bendera Merah Putih yang dijual di tokonya laris manis.
Terutama untuk bendera ukuran 60 cm x 90 seharga Rp 20.000 dan bendera ukuran 120 cm x 90 cm seharga Rp 30.000 per lembar dan umbul-umbul, mulai harga Rp 25.000, Rp 30.000 hingga Rp 35.000 per lembar.
“Alhamdulillah, tahun ini pedagang bendera termasuk kami juga dapat merasakan manisnya penjualan bendera Merah Putih. Karena dari pagi hingga sore diserbu pembeli. Kami tidak mengerti, kenapa Agustus tahun ini, banyak yang membutuhkan bendera. Padahal Agustus 2020 dan 2021 lalu, toko sepi nyaris tidak ada pembeli” ujar Mahfud kepada SURYA, Selasa (9/8/2022)
Mahfud yang berjualan bendera sejak 2015 menyatakan, warga yang membeli bendera dari kalangan RT, RW, perangkat desa, orang kantoran, siswa SMP dan SMA serta mahasiswa. Mereka membeli bukan satu atau dua lembar, rata-rata di atas lima lembar bendera.
“Agustus tahun ini berbarengan tahun ajaran baru siswa, yang juga membutuhkan bendera untuk tugas sebagai siswa baru di sekolahnya,” kata Mahfud yang mengaku selama seminggu, omzet penjualan bendera di atas Rp 8 juta per hari.
Hal senada diungkapkan Ade (54), penjual bendera asal Garut Jawa Barat yang menggelar dagangannya di halaman eks gedung Bioskop Irama, di Jalan Agussalim Pamekasan. Ade bersama 46 temannya dari Garut yang menyebar di Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep, menyatakan sebagian besar pembeli bendera miliknya dari perangkat desa.
Bendera yang banyak diminati adalah ukuran 60 cm x 90 cm dan ukuran 60 cm x 120 cm. Namun sebagian besar pembeli memborong 10 sampai 20 lembar. Bahkan ada juga beberapa pembeli memborong ratusan lembar bendera. Itu belum pembelian satu atau dua lembar untuk bendera jenis baner dan umbul-umbul.
Ade yang membawa enam karung bendera berisi 4.000 lembar menjelaskan, dari beberapa orang yang membeli bendera dengan jumlah ratusan lembar adalah pengurus RT dan RW. Mereka mengaku bendera-bendera itu akan dipakai untuk keperluan kampung dan diberikan kepada warganya.
“Kami bersyukur, walau kali ini pemerintah memberikan bendera gratis kepada warganya, dagangan kami tetap terjual. Karena warga ingin menyemarakkan hari kemerdekaan ini. Apalagi harga bendera terjangkau, sehingga tidak menunggu pemberian bendera gratis,” kata Ade, yang berjualan bendera di Pamekasan sejak 2012.
Sekretaris Desa (Sekdes) Rek-Kerrek, Kecamatan Palanga’an, Mohammad Hasyim yang memborong 300 lembar bendera mengakui, jika saat ini kemendagri memprakarsai Gerakan Pembagian 10 Juta bendera Merah Putih gratis untuk warga.
Sehingga pihaknya tergerak untuk memborong bendera, sebagai bentuk kecintaannya pada negeri ini menyambut perayaan 17 Agustus.
Hasyim yang ditemui saat memborong bendera yang dijual Ade menguraikan, bendera sebanyak itu akan dipasang di kampung-kampung, di pinggir jalan dan sebagian lagi di depan rumah warganya yang tidak memiliki bendera.
“Jika bendera 300 lembar ini masih kurang, besok kami akan kembali lagi membeli bendera di tempat ini. Uang ini dari badan usaha desa di tempat kami dan sebagian lagi sumbangan perangkat desa dan warga di sana,” kata Hasyim. *****