Berita Lumajang
Dinsos Akui Sulit Tangani Pengemis dan Gelandangan di Lumajang, Ini Sebabnya
Pengemis dan gelandangan di Lumajang makin menjamur di beberapa titik lampu merah. Parahnya lagi, banyak dari mereka yang masih berusia produktif
Penulis: Tony Hermawan | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID, LUMAJANG - Keberadaan pengemis dan gelandangan hingga saat ini masih menjadi tugas berat Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Lumajang.
Sebab, belakangan ini pengemis dan gelandangan makin menjamur di beberapa titik lampu merah. Seperti halnya di perempatan Klojen, perempatan Toga, juga di perempatan Suwandak.
Parahnya lagi, tidak sedikit juga pengemis, gelandangan dan pengamen yang masih berusia produktif. Bahkan ada juga yang masih anak-anak, yang seharusnya mereka berada di sekolah.
Kepala Dinsos Lumajang, Dewi Susiyanti mengakui, mengatasi pengemis dan gelandangan memang bukan perkara mudah. Sebab, pengemis dan gelandangan selalu kembali ke jalan meskipun berulang kali terkena razia.
"Penyebab banyaknya pengemis dan gelandangan, karena merasa mencari uang di jalan lebih mudah ketimbang kerja. Ada pasangan pengemis sudah berkali-kali ditangkap, tapi ya masih kembali mengemis. Padahal, mereka terdaftar menjadi penerima bantuan PKH," kata Dewi.
Menurut Dewi, motif pengemis dan gelandangan tak pernah jera mencari rezeki dengan cara menadahkan tangan bukan hanya karena motif ekonomi saja. Apabila diurai alasan masyarakat nekat menjadi pengemis atau gelandang, karena mentalitasnya telah rusak akibat merasa mudah mencari uang hanya dengan cara menadahkan tangan.
Sementara, di Lumajang belum ada tempat pelatihan kerja untuk menangani masyarakat yang mengalami masalah sosial.
"Di Dinsos itu hanya ada rumah aman, bukan tempat seperti liponsos. Kalau liponsos bisa dijadikan untuk membina mental mereka. Rumah aman itu fungsinya hanya seperti griya lansia," ungkap Dewi.
Dewi berencana ke depan akan melakukan pembinaan mental secara intensif. Langkah pertama, yakni melakukan pendekatan terhadap keluarga pengemis atau gelandangan.
Lalu, mereka akan dibekali keterampilan, sehingga gelandangan atau pengemis ke depan bisa hidup mengandalkan kemampuannya.